oleh

Dinasti Politik dan Simbolisasi Ketua Umum Partai

Oleh: Lutfi S. Hidayat (Eterna Foundation Purbalingga)***

MENJADI anggota partai kemudian dalam hitungan hari langsung menjadi ketua umum sebuah partai ternyata begitu mudah. Asal mempunyai relasi kekuasaan hinggal sampai kepada jantungnya, bahkan akan mudah jika bagian dari dinasti dalam politik.

Kaesang Pangarep dianggap mewakili anak muda kekinian, sehingga tanpa ada drama apapun, dia didaulat menjadi ketua umum PSI. Dari sini sebenarnya, tidak salah jika orang berasumsi bahwa alasan utamanya adalah semata karena Kaesang anak Presiden Jokowi.

Tentu PSI berharap agar popularitas dan posisi strategis Kaesang bisa menjadi simbol baru bagi partai anak muda mudi ini untuk mendulang suara dalam pemilu. Jika benar demikian, apakah prioritas yang ditawarkan kepada masyarakat hanya euforia ketenaran?

Nyatanya, dari sini jelas sekali. Bahwa ide, gagasan dan karya buah pemikiran bukanlah tonggak utama dalam politik demokrasi. Sekarang bisa jadi ketua umum hanya akan menjadi simbol, bukan didasarkan falsafah pemikirannya terhadap kemajuan sebuah negera.

Beginilah kualitas kondisi politik negara Indonesia saat ini. Yang bangga bukan dengan gagasan dan pemikiran, namun kalah dengan sebuah dinasti politik dan simbolisasi popularitas seseorang (yang bahkan bukan seorang politisi, apalagi negarawan).*****

Komentar