oleh

Desa Citengah Sumedang Perintis ‘Sakola Budaya’

Penulis:  Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, M.S. (Dosen Departemen Sejarah dan Filologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran )** 

KABUPATEN Sumedang selain terkenal dengan kelezatan ‘tahu’nya, juga menjadi ‘Puseur Budaya Sunda’. Beragam kearifan lokal budaya yang dimilikinya  kakoncara ‘terkenal’ sampai ke mancanagara. Seni Kuda Renggong, Beluk, Angklung buhun,  serta seni Sunda buhun lainnya kerap ditampilkan, dikembangkan, dijaga bahkan dilestarikan. Demikian halnya dengan manuskrip Sunda sebagai dokumen budaya masa lampau yang masih tersebar secara perseorangan di masyarakat.  

Keanekaragaman budaya Sumedang menginspirasi dirintisnya Sakola Budaya ’Sekolah Budaya’ di Desa Citengah Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Keberadaan Sakola Budaya dimaksud  tidak terlepas dari peran serta, dukungan, dan partisipasi aktif Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, melalui Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen FIB Unpad dan Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa Unpad secara berkelanjutan. Untuk Semester Genap Tahun Akademik 2023/2024 Periode Juli-Agustus 2024 ini, KKNM Unpad dilaksanakan selama satu bulan, mulai 2 Juli sampai 3 Agustus 2024, diikuti oleh 1.445 mahasiswa, dengan jumlah Dosen Pembimbing Lapangan sebanyak 85 orang, disebar ke delapan kota/kabupaten di Jawa Barat.

 Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa Unpad merupakan salah satu cara untuk mewujudkan Unpad bermartabat, bermanfaat, dan mendunia. Tujuan tersebut sejalan dengan tema yang diusung oleh Tim PPM Dosen FIB Unpad dan Tim KKNM Unpad kelompok Desa Citengah, yang materinya secara khusus  menunjang pengayaan dan pengembangan literasi budaya untuk keberadaan serta implementasi Sakola Budaya di Desa Citengah Sumedang.  Tim KKNM dan PPM Dosen FIB Unpad di Desa Citengah Sumedang terdiri atas enam kelompok KKNM, meliputi enam DPL dan 90 orang mahasiswa.

Keenam kelompok KKNM Unpad Desa Citengah mengusung tema Desa Literasi Budaya melalui Pengembangan Sekolah Budaya, Membangun Narasi dan Promosi Potensi Wisata dan Optimalisasi Pengembangan Sekolah Budaya, Pengembangan Literasi Digitalisasi sebagai Daya Dukung Sekolag Budaya, Pengembangan Budaya Literasi sebagai Upaya Pembentukan Karakter dan Cara Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Budaya, Pengembangan Desa Ramah Anak Berbasis Literasi Digital, Pengayaan Materi Sekolah Budaya melalui Manuskrip sebagai Dokumentasi Budaya dan Referensi Literasi, serta dari bidang pertanian mengusung tema Penguatan Budaya Agraris Melalui Pangan Lokal Berbahan Baku Kacang Koro Pedang,  yang kesemuanya itu sejalan dengan judul PPM Dosen FIB Unpad di Desa Citengah. Tema-tema tersebut, ada keterkaitan dan kesinambungan satu sama lain, yang tertuju kepada  Sekolah budaya.

Mungkin sebagian orang bertanya-tanya, apa itu Sekolah Budaya? Siapa murid/siswanya? Bagaimana cara belajarnya? Siapa gurunya? Apakah kurikulumnya sama dengan sekolah umum? Apakah dipungut biaya? Yang jelas, eksistensi Sekolah Budaya yang dirintis oleh Desa Citengah Kabupaten Sumedang tidak terlepas dari peran Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,  Dinas terkait,  Bupati dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang, serta Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran.          

  Sekolah Budaya yang dirintis dan diberdayakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang di Desa Citengah Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang tersebut ada, karena niat dan keinginan luhur masyarakat Sumedang dalam rangka ngaraksa, ngariksa, tur ngamumulé  tinggalan Karuhun orang Sunda, khususnya masyarakat  Sumedang, agar kearifan lokal budaya nenek moyang orang Sunda tersebut tetap eksis, dipelihara, dan dikembangkan, tidak musnah ditelan masa. Saha nu baris miroséa tur mikanyaah  budaya Sunda, lamun lain ku urang Sundana sorangan? ‘Siapa yang akan memperhatikan dan mencintai budaya Sunda, kalau bukan oleh orang Sunda itu sendiri?’

Sekolah Budaya bukan untuk komersial. Siswanya tidak terbatas usia, dari kalangan manapun bisa mengikutinya. Cara belajar dan waktu belajarnya disesuaikan dengan kesediaan ‘guru’. Tidak terpaku kepada tempat atau ruangan. Di mana pun tempatnya, belajar itu bisa dilakukan. Yang penting nyaman, teduh, tidak gaduh,  dan riang gembira. Bisa belajar sambil bermain, dan sebaliknya.  Para pengajarnya dari berbagai kalangn, bisa guru, pensiunan, seniman, pejabat, atau budayawan yang bersedia memberikan ilmunya untuk mencerdaskan, mencerahkan, menambah cakrawala ilmu bagi masyarakat dan siswa Sekolah Budaya. Kurikulumnya disesuaikan dengan situasi dan kondisi, yang ada kaitannya dengan kearifan lokal budaya Sunda. Demikian pula dengan materi yang diberikan, tergantung kepada ilmu yang dimiliki oleh para pengajarnya, yang berkaitan dengan budaya Sunda.

Materi yang berkaitan dengan manuskrip Sunda, meliputi tujuh unsur budaya, baik religi, teknologi, sosial dan kemasyarakatan, mata pencaharian hidup, ilmu pengetahuan, bahasa, dan seni, yang berguna dan dapat menjadi referensi literasi bagi ilmu lain secara multidisiplin. Di samping itu, aksara, bahasa, dan sastra yang dipakai dalam manuskrip  bisa diajarkan kepada siswa Sekolah Budaya. Bidang aksara yang dikompetisikan bisa melalui Pasanggiri Maca jeung Nulis Aksara Sunda. Bidang bahasa, melalui Bantara Basa Sunda, dan di bidang sastra bisa dilombakan melalui dongeng ‘bercerita’,  puisi, dan lainnya. Hasil kompetisi atau pasanggiri bisa bermanfaat dan menunjang siswa Sekolah Budaya di sekolahnya masing-masing.     

Bidang literasi digital maupun pembentukan karakter yang dikenalkan dan diajarkan di Sekolah Budaya akan sangat dibutuhkan oleh generasi muda di era milenial saat ini. Demikian juga bidang lainnya yang terungkap dalam Manuskrip Pengobatan akan memberikan pengetahuan tentang TOGA, baik jenis, fungsi, dosis, cara pengolahan, maupun tindak pengobatannya, yang ada kaitannya juga dengan pencegahan stunting yang sedang digalakkan oleh pemerintah, agar anak-anak Indonesia tidak gagal tumbuh kembang, tetapi tumbuh sehat kuat dan berkarakter.

Semoga Sekolah Budaya ini tetap berjalan dan berkembang selama lima tahun ke depan, dan dapat diresmikan oleh Rektor Universitas Padjadjaran tepat pada waktunya. Hal ini penting sebagai pengakuan adanya kerja sama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang dengan Universitas Padjadjaran sebagai mitra kerjanya selama ini. Di samping itu, semoga Mahasiswa KKN Unpad mampu belajar dan menimba ilmu di masyarakat, untuk bekal, setidaknya mendapat pengalaman,  menyusun skripsi kelak, dan mencapai cita-citanya dengan baik dan lancar.   (***  

Komentar