Oleh: Drajat Rangga Biwana (Universitas Muhammdiyah Malang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,Ekonomi Pembangunan, Semester 10)
PEMBAHASAN
Perdagangan internasional sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara, karena saling bersaing di dalam pasar internasional.Salah satu keuntungan perdagangan internasional adalah memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi dalam menghasilkan barang dan jasa yang murah. Disamping itu, manfaat nyata dari perdagangan internasional dapat berupa kenaikan pendapatan negara, cadangan devisa, transaksi modal dan luasnya kesempatan kerja. Auzina (2014) menganalisis pengaruh produktivitas tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi dan daya saing global di periode pasca krisis. Dalam artikel ini disebutkan bahwa produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi merupakan faktor kunci untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing suatu negara di pasar global. Pembahasanan ini dikhususkan untuk analisis tren terbaru dari produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi pasa periode pasca krisis di bandingkan dengan tren pra krisis dan periode krisis.
Ayres dan Voudouris ( 2014) melakukan penelitian tentang pertumbuhan ekonomi : modal, tenaga kerja dan faktor energi. Menggunakan data perekonomian di Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang, menggunakan metode GAIC (Generalized akaike information criterion). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara modal, tenaga kerja, dan faktor energi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hasil juga menunjukan bahwa terdapat elastisitas diantara output, modal, tenaga kerja, dan faktor energi. Tekanan depresiasi terhadap rupiah harus diimbangi dengan instrumen kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mestabilkan nilai tukar rupiah.Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah bagi Indonesia, yaitu mengakibatkan menurunya kesejahteraan masyarakat.Bagi pelaku bisnis yang berbasis impor dengan pasar domestik. Bagaimana tidak menjadi masalah, ketika terjadi nilai rupiah yang melemah membuat terjadinya ketimpangan pada barang-barang ekspor dan perusahaan yang berorientasi pada bahan baku impor. Dimana barang-barang ekspor Indonesia lebih berdaya saing, namun disisi lain biaya menjadi tinggi terlebih biaya dari perusahaan yang berhutang dalam dollar AS atau menggunakan bahan baku impor, Hal tersebut dapat menggambarkan terdapat dampak positif dan dampak negatif yang terjadi ketika nilai tukar rupiah melemah. Bagi pelaku bisnis yang berbasis impor dengan berorientasi pada pasar domestik, melemahnya nilai tukar rupiah berdampak terhadap meningkatnya biaya produksi. Apabila kondisi ini terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan berdampak langsung pada penurunan nilai perusahaan. Jumlah industri yang berorientasi pada bahan baku impor sangat banyak, bahkan dominan dalam struktur industri nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Auzina, E. Astra. (2014). “Labor Productivity, Economic Growt and Global Competitivenes in Post Crisis Period”. 19th Internasional Scientific conference : Economic and Management”. Procedia-Social and Behavior Sciennces.Hal : 317-321.
Ayres, Robert dan Voundoris, Vlasios. (2013). “The Economic Growth Enigma : Capital, Labor, and Useful Energy”. Energy Policy.Hal :16-28.
Baharumshah, AZ, Lau E, Fountas S, 2002, “On the Sustainability of Current Account Deficits: Evidence from Four ASEAN Countries”, J. Asian Econ., 14(3) : 465 – 487.
Komentar