Oleh: Redi Mulyadi (Pemimpin Redaksi TABLOID LINTAS PENA)
ZAMAN memang telah berubah. Dahulu , mungkin handphone hanya digunakan untuk alat komunikasi, terbatas untuk menelpon dan mengirim SMS (Short Message Service). Sekarang, smartphone (sebutan untuk handphone jaman now) telah berevolusi sedemikian dahsyat sehingga dengannya kita bisa melakukan apa saja. Mulai dari belanja, membayar tagihan listrik, membuka pintu mobil, mengganti saluran televisi, semuanya dapat dilakukan hanya dengan jari saja tanpa perlu menggerakkan anggota tubuh lainnya.
Artinya apa? Semua lini kehidupan kita sudah banyak yang bergeser ke sistem digital, bukan analog lagi. Digitalisasi bukan hanya pelengkap aksesori bisnis, melainkan sudah menjadi kompenen fundamentalnya saat ini, bahkan menjadi sebuah kebutuhan dari gaya hidup. Hal ini menciptakan peluang tanpa batas, dimana perusahaan yang tidak dapat beradaptasi dengan ekonomi digital (e-commerce) akan ketinggalan, termasuk jasa industri logistik. Sebaliknya, perusahaan yang telah beralih ke dunia digital jauh lebih menguntungkan daripada rekan-rekan mereka.
Produk kreatif Indonesia akan kian melesat tahun ini. Platform e-commerce (bisnis digital) bakal marak dengan segmentasi usaha yang beragam. Industri kreatif juga makin mendapat tempat di hati konsumen karena tumbuhnya marketplace hingga penyedia layanan jasa logistik.
Pertumbuhan e-commerce sekarang ini tergolong dahsyat. Pertumbuhan yang sangat cepat ini karena masyarakat sudah menempatkan e-commerce sebagai gaya hidup. Bahkan ada yang menganggap, jika tidak ikut berbelanja online dinilai ketinggalan jaman.
Dalam hal ini, logistik sudah menjadi bagian penting gaya hidup di era digital. Hal itu terjadi seiring dengan terus menanjaknya tren belanja online di tengah masyarakat, khususnya generasi milenial. Betapa tidak?! Berdasarkan hasil survey Sharing Vision pada 2015, e-commerce memberikan kontribusi 60%-70% terhadap pendapatan penyedia jasa logistik. Kontribusinya terhadap sektor logistik akan terus menanjak seiring dengan semakin melambungnya popularitas e-commerce di tengah masyarakat. Prediksi penulis, tahun 2019 ini pertumbuhan volume dan nilai transaksi e-commerce akan kembali menyentuh double digit. Ini juga tentu akan berkorelasi dengan pertumbuhan transaksi jasa logistik.
Kemudian berdasarkan data Sharing Vision, nilai pasar e-commerce Indonesia tumbuh rata-rata 39% per tahun. Jeff memprediksi, pada tahun depan nilai pasar e-commerce Indonesia akan menembus Rp 1.700 triliun.Ini terjadi karena semakin besarnya pergeseran aktivitas belanja dari offline ke online. Bahkan, untuk pembelian tiket, pergeserannya sudah mencapai 90%.
Tingginya pergeseran tren belanja tersebut, dipicu semakin banyaknya pengguna internet dan gadget yang aware terhadap e-commerce, konvergensi cyber space dengan physical space, dan perang promo. Faktor pendorong lainnya adalah karakter belanja digital yang selaras dengan gaya hidup generasi milenial. Konsumen, khususnya generasi milenial, lebih memilih berbelanja online karena lebih mudah, lebih murah, dan praktis. E-commerce juga dinilai mampu memberikan pilihan barang yang lebih beragam,”
Hasil survey Sharing Vision menyebutkan, 64% konsumen online adalah generasi milenial, menikah, dan bekerja. Sementara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi, saat ini jumlah generasi milenial Indonesia mencapai 90 juta jiwa.
Selain itu, pesatnya pertumbuhan e-commerce memang berkorelasi terhadap peningkatan industri jasa logistik. Perusahaan jasa logistik Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) misalnya, ternyata mencatat pertunbuhan pengiriman cukup signifikan per tahun. Artinya, jumlah paket yang dikirimkan JNE dari terus meningkat dan itu didominasi produk e-commerce. Sebagian besar produk yang dikirimkan adalah produk fesyen dan sisanya adalah produk kecantikan, kerajinan tangan, serta makanan dan minuman. Kondisi tersebut menjadi salah satu indikator bahwa saat ini industri logistik sudah menjadi bagian penting dari gaya hidup masyarakat di era digital. Karena itu, ke depan peran industri jasa logistik akan semakin vital.
Tingginya pembeli secara online ini karena bisnis e-commerce di Indonesia memiliki beragam segmen, dari online retail, marketplace, daily deals, classified ad, price comparison, travel, sistem pembayaran, logistik, keuangan, dan lain-lain.
Bahkan, Head of Mass Media Relations JNE Idham Azka mengakui bahwa pertumbuhan e-commerce dan industri kreatif membuka kesempatan bagi perusahaan logistic untuk turut memberikan kontribusi dalam proses pengiriman. “Penguatan bisnis di industrf kreatif menjadi daya dorong yang baik secara bisnis di segmen logistik,” terang Idham di Jakarta, beberapa waktu lalu seperti dikutip surat kabar harian
Idham menambahkan, makin menjamurnya bisnis e-commerce di Indonesia, ditangkap sebagai peluang besar oleh jasa pengiriman JNE. Perusahaan jasa pengiriman yang sudah berdiri 29 tahun itu pun akan mulai fokus untuk mendukung e-commerce.
Salah satu upaya yang dilakukan pihak JNE adalah dengan menyiapkan berbagai aplikasi IT dalam mendukung bisnis e-commerse. Selain aplikasi untuk android, JNE terus membenahi website sehingga lebih mudah dimengerti pelanggan.“Pelaku bisnis e-commerce sendiri mendominasi pelanggan kami. Sekitar 70 persen pelanggan berasal dari para pelaku bisnis jualan online, baik supplier maupun retailer,” tambah Idham. Dengan pengembangan yang dilakukan di sektor IT, lanjutnya, diharapkan bisa makin memudahkan para pelanggan menggunakan jasa JNE.
Pada aplikasi tersebut, para pelanggan bisa mengetahui terkait pengecekan tarif, tracking trace, hingga layanan pick up barang langsung ke lokasi pelanggan.
JNE sendiri sudah memiliki lebih dari 5000 gerai di seluruh pelosok Indonesia dan siap melayani pengiriman barang serta paket ke seluruh Indonesia. Sekitar 250 gerai diantaranya berada di wilayah Jawa Barat. Selain di kota kabupaten, gerai-gerai JNE pun kini sudah menembus kota-kota kecamatan.
JNE berhasil meraih piagam penghargaan silver di kategori The Best Contact Center Operations dan piagam penghargaan gold di kategori The Best People Development pada ajang Indonesia Contact Center Association 2019. Penghargaan di dua kategori tersebut adalah untuk yang ke 5 kalinya di tahun ini.
Perkembangan teknologi telah menciptakan disrupsi pada hampir semua sektor industri, termasuk industri logistik. Bahkan di bisnis logistik sendiri, perubahan dipicu oleh makin berkembangnya bisnis e-commerce. Tumbuhnya platform niaga daring kemudian mendorong munculnya model bisnis baru di industri logistik.Karena itu, perubahan-perubahan yang terjadi tersebut menuntut pelaku industri logistik bertransformasi, dan dalam proses transformasi itu dibutuhkan kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM).
Penulis melihat salah satu hal esensial yang dapat membuat logistik makin kompetitif adalah SDM.Bahkan kita akui bahwa di era digital saat ini, SDM di industri logistik harus memiliki literasi teknologi. Mereka tak hanya dituntut untuk mampu menguasai teknologi terkini, tapi juga teknologi yang akan datang.
Di industri logistik sendiri, penggunaan teknologi makin masif dalam beberapa tahun terakhir. Sebut saja pemanfaatan Unmanned Aerial Vehicles (UAV) yang telah banyak digunakan di gudang, baik untuk penyimpanan maupun pengambilan barang.Selain itu, SDM di industri logistik juga dituntut memiliki keahlian dalam memecahkan masalah. Ia menjelaskan, keahlian dalam memecahkan masalah merupakan hal yang tidak bisa dikerjakan oleh mesin sehingga membutuhkan intervensi manusia. Ketika kita menemukan satu masalah, kita bisa mengembangkan skill baru.
E-commerce semakin menggeliat seiring dengan perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi. Kemudahan berbelanja dan berjualan online membuka kesempatan bagi semua pegiat usaha mulai dari perusahaan besar, UKM mau pun bisnis perorangan.Berkaitan dengan ekosistem e-commerce, untuk menarik investasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merencanakan akan membuka investasi asing untuk marketplace hingga 67 persen.
Partner Convergence Ventures Donald WIhardja mengungkapkan saat ini investasi teknologi di Indonesia perlahan telah menjadi hal yang umum. Selain itu, pemerintah pun mulai mengambil peran besar mendorong tahap pertama investasi teknologi.Namun, meski investasi marak masuk dengan potensi industri ekonomi digital digital di Indonesia yang akan menanjak dengan nilai pasar 130 miliar dolar AS pada 2020, peluang besar ini diharapkan digarap perusahaan e-commerce nasional, bukan asing.
Dengan potensi bisnis e-commerce yang sangat besar itu, diharapkan perusahaan lokal bisa memanfaatkan potensinya agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hal ini yang telah dilakukan perusahaan jasa pengiriman dan logistik, JNE. Bagi JNE, perkembangan e-commerce telah mengubah budaya pengiriman dimana saat ini mayoritas pengiriman adalah berupa paket kecil.
Dengan pesatnya pertumbuhan e-commerce, membuka kesempatan bagi JNE untuk turut memberikan kontribusi dalam proses pengiriman. Kini dengan jaringan yang berjumlah lebih dari 5000 titik layanan di seluruh Indonesia sampai dengan tingkat kecamatan disertai dengan gerai 24 jam di kota-kota besar, JNE mampu memberikan pelayanan maksimal sehingga seller mau pun buyer dapat melakukan transaksi kapan pun.
JNE juga menyediakan produk layanan sebagai fasilitas seperti PIPO (Pickup Point), JOB (JNE Online Booking), dan JLC (JNE Loyalty Card), yang dapat mempermudah proses pengiriman para pelanggan.
Kemajuan bidang e-commerce juga membutuhkan dukungan dari semua pihak dan sebagai perusahaan yang fokus di bidang distribusi barang selama 25 tahun, JNE selalu aktif berperan serta dalam memberikan dukungannya, baik dari kualitas serta kapasitas pelayanannya mau pun program.
Sementara, merespons tren digital, JNE siap bertransformasi seiring pertumbuhan pesat era digital dengan meluncurkan myjne.com dan aplikasi mobile. “JNE akan melakukan transformasi. Lebih digital dan meningkatkan kapasitas,” kata Eri Palgunadi Vice President of Marketing JNE di Jakarta, belum lama ini.
Penulis memprediksi, bisnis logistik tanah air diprediksi mengalami pertumbuhan di tahun 2018 dan tahun-tahun mendatang. Hal ini, di antaranya didukung oleh perkembangan tren perdagangan elektronik atau e-commerce yang semakin pesat dan menjadi tren terbaru masyarakat Indonesia. Era yang serba digital telah mendorong semua pihak untuk melakukan berbagai perubahan guna mengikuti perkembangan industri.Guna mempersiapkan strategi menghadapi berbagai perubahan di era transportasi dan logistik 4.0, seluruh pihak yaitu pemerintah, praktisi, dan juga akademisi dari semua sektor terkait perlu merapatkan barisan.
Pemanfaatan teknologi berbasis digital dapat meningkatkan kinerja transportasi dan logistik nasional di masa depan. Penggunaan sistem digital mulai harus diterapkan diseluruh aktivitas mulai dari pergudangan, pelabuhan dan transportasi, serta pelayaran . Perkembangan dan perubahan gaya hidup di masyarakat mendorong industri untuk segera berbenah diri guna memenuhi permintaan pasar, inovasi teknologi yang terus berkembang.Era digitalisasi dan perdagangan global mengubah paradigma praktisi di sektor transportasi dan logistik. Kemampuan dan keahlian yang tidak merata menjadi tantangan bagi para pelaku usaha, pemerintah dan pihak terkait. (****)
Komentar