DAHULU kala, hiduplah seorang pemuda bernama Aruna yang tinggal di sebuah desa kecil. Namun, Aruna tidak puas dengan kehidupannya. Ia merasa desa itu terlalu kecil untuk menampung mimpinya. Ia ingin pergi ke kota besar dan meraih kekayaan serta kemasyhuran.
Dengan tekad besar, Aruna meninggalkan keluarganya dan pergi ke kota. Bertahun-tahun ia bekerja keras, hingga akhirnya ia berhasil menjadi pedagang sukses. Namun, meskipun hartanya melimpah dan namanya terkenal, Aruna merasa hatinya kosong. Ia sering terjaga di malam hari dengan perasaan hampa yang tak ia mengerti.
Suatu hari, karena rindu yang tiba-tiba menyergap, Aruna memutuskan untuk kembali ke desanya setelah bertahun-tahun lamanya. Saat ia berjalan melewati jalan setapak yang membawanya ke tempat kelahirannya, ia mendengar suara burung Perkutut yang bernyanyi dari atas pohon. Suara itu menghentikan langkahnya, membawa kenangan masa kecil yang ia lupakan.
Aruna mendongak ke arah burung itu dan bertanya, “Wahai burung Perkutut, aku telah meraih semua yang aku impikan: kekayaan, nama besar, dan kehidupan yang nyaman. Tetapi mengapa hatiku tetap merasa kosong?”
Burung Perkutut itu memandang Aruna dengan mata yang tenang, lalu menjawab, “Kamu telah terbang tinggi, wahai pemuda, tetapi kamu lupa pada akarmu. Seperti pohon yang kehilangan akarnya, jiwa yang melupakan asalnya akan kehilangan kekuatannya. Kekayaan dan nama besar mungkin mengisi kantongmu, tetapi hanya akar kehidupanmu yang bisa mengisi hatimu.”
Aruna terdiam mendengar kata-kata itu. Ia teringat masa-masa kecilnya, bermain di ladang bersama keluarganya, membantu ibunya memasak, dan mendengar cerita ayahnya di depan api unggun. Semua itu kini terasa jauh, seolah-olah ia telah meninggalkan sebagian dari dirinya di desa kecil itu.
“Bagaimana aku bisa kembali menemukan akarku?” tanya Aruna dengan nada penuh penyesalan.
Burung Perkutut menjawab, “Kembalilah ke keluargamu, ke tanah yang dulu memberimu kehidupan. Bersyukurlah atas akar itu, karena merekalah yang membuatmu mampu terbang tinggi. Tidak ada salahnya meraih mimpi besar, tetapi jangan pernah lupa darimana kamu berasal. Ketenangan sejati ditemukan dalam kebersahajaan dan cinta yang tulus dari mereka yang menyayangimu.”
Aruna pun melanjutkan perjalanan ke desanya. Saat ia tiba, ia disambut dengan pelukan hangat dari keluarganya. Ia mulai kembali merasakan kebahagiaan sederhana yang telah lama ia lupakan. Kini, ia menjalani hidupnya dengan seimbang, tetap bekerja keras tetapi tidak melupakan akar yang memberinya kekuatan.
Burung Perkutut itu tetap bernyanyi di atas pohon, menjadi pengingat bahwa setinggi apa pun kita terbang, akar kehidupan kita adalah tempat kita menemukan makna sejati.
KESAN DAN PELAJARAN:
Cerita ini mengajarkan kita bahwa dalam perjalanan meraih mimpi, kita tidak boleh melupakan akar kehidupan kita—keluarga, tempat asal, dan nilai-nilai sederhana yang membentuk kita. Kekayaan dan pencapaian tidak akan membawa kebahagiaan sejati tanpa rasa syukur dan cinta kepada mereka yang selalu menjadi bagian dari diri kita.
#Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata
#burung #burungperkutut #cerita #kisah #dongeng #cerpen #tahunbaru #akhirtahun #tahun2024 #sorotan #literasi #inspiratif #tahun2025
Komentar