DAHULU kala, ada seorang raja yang bijaksana bernama Prabu Wening. Kerajaannya makmur, rakyatnya hidup damai, dan ia dicintai oleh semua orang. Namun, setelah bertahun-tahun memerintah, raja mulai kehilangan semangat hidupnya. Ia merasa kesepian, meskipun dikelilingi kemewahan dan banyak orang. Senyum yang dulu selalu menghiasi wajahnya kini hilang, tergantikan oleh tatapan kosong.
Para penasihat kerajaan bingung melihat keadaan raja. Mereka mencoba berbagai cara untuk menghiburnya—pertunjukan musik, tarian, bahkan hadiah dari pelosok negeri. Namun, tidak ada yang mampu membuat Prabu Wening tersenyum kembali.
Suatu malam, dalam mimpi, raja mendengar suara burung Perkutut yang merdu. Dalam mimpi itu, burung berkata, “Datanglah ke hutan di tepi kerajaan. Aku akan menunggumu di sana. Mungkin aku bisa membantumu menemukan senyummu kembali.”
Keesokan harinya, Prabu Wening merasa tergugah oleh mimpi itu. Ia memutuskan pergi ke hutan tanpa ditemani siapa pun. Di sana, di bawah pohon besar, ia melihat seekor burung Perkutut yang tampak anggun.
“Wahai burung Perkutut,” ujar raja, “aku telah kehilangan senyumanku. Hidupku terasa hampa meskipun aku memiliki segalanya. Dalam mimpiku, kau berkata akan membantuku. Apa yang harus aku lakukan?”
Burung Perkutut menatap raja dengan penuh kelembutan. “Wahai Raja yang bijaksana, senyummu hilang karena hatimu terkurung dalam keinginan untuk memiliki lebih banyak, meskipun kau telah memiliki segalanya. Kebahagiaan sejati tidak datang dari apa yang kau miliki, tetapi dari apa yang kau berikan. Pernahkah kau bertanya, apa yang bisa kau lakukan untuk membawa kebahagiaan bagi orang lain?”
Raja terdiam. Selama ini, ia memang telah memberikan segalanya kepada rakyatnya, tetapi itu ia lakukan sebagai tanggung jawab, bukan dari hati yang tulus untuk berbagi kebahagiaan.
Melihat raja merenung, burung Perkutut melanjutkan, “Keluarlah dari istana, berjalanlah di antara rakyatmu, bukan sebagai raja yang tinggi, tetapi sebagai seorang manusia. Lihatlah apa yang benar-benar mereka butuhkan, dan berikanlah dari hatimu. Dengan berbagi kebahagiaan, kau akan menemukan senyummu kembali.”
Prabu Wening pulang dengan hati yang penuh pertanyaan. Ia memutuskan untuk menyamar sebagai rakyat biasa dan berjalan di tengah desanya. Ia berbicara dengan petani, nelayan, dan anak-anak kecil. Ia mendengar cerita mereka—kebahagiaan sederhana, harapan kecil, dan kesedihan yang tidak pernah sampai ke telinganya.
Raja mulai berbagi, bukan hanya dengan hartanya, tetapi juga dengan waktu, perhatian, dan kasih sayang. Ia membantu seorang petani memperbaiki sawah, mengajari anak-anak membaca, dan menemani seorang nenek tua yang kesepian. Perlahan, ia merasa hatinya menjadi lebih ringan, dan tanpa sadar, senyuman kembali menghiasi wajahnya.
Burung Perkutut itu tetap bernyanyi di hutan, menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati datang dari memberi dengan hati yang tulus.
KESAN DAN PELAJARAN:
Cerita ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari apa yang kita miliki, tetapi dari apa yang kita berikan. Dengan tulus berbagi kepada orang lain, kita tidak hanya membawa kebahagiaan bagi mereka, tetapi juga menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam diri kita sendiri.
#Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata
#burung #burungperkutut #cerita #kisah #dongeng #cerpen #tahunbaru #akhirtahun #tahun2024 #sorotan #literasi #inspiratif #tahun2025
Komentar