Oleh: Yanti Warlina, S.Pd. (SDN Babakankadu Kota Tasikmalaya)
PENDIDIKAN merupakan hal yang penting bagi setiap individu, sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang nomor 2 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam bab III pasal 4 bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjungjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa. Dengan berdasarkan undang-undang tersebut, guru sebagai pendidik sekaligus pengajar harus dapat memperhatikan peserta didik, mulai dari memahami kemampuan berpikir, keterampilan yang dimiliki, serta tidak mengabaikan dan membeda-bedakan peserta didik yang satu dengan yang lainnya.
Proses pembelajaran tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada peserta didik yang mengalami hambatan dalam materi pelajaran tertentu. Hal tersebut sering dikatakan dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar identik dengan ketidakmampuan belajar, prestasi rendah, dan tidak dpat mengikuti pembelajaran yang berdampak pada keteringgalan. Sebagaimana pendapat Mulyadi (2008) bahwa kesulitan belajar terjadi ketika dalam proses pembelajaran ditemui adanya hambatan tertentu, sehingga tidak tercapainya tujuan pembelajaran.
Guru dapat mengetahui kesulitan belajar yang dialami peserta didik dengan mangamati ciri-ciri yang terlihat ketika proses belajar mengajar. Menurut Ahmadi (2013) mengungkapkan gejala pertanda adanya kesulitan belajar pada peserta didik, yaitu peserta didik menunjukan prestasi yang rendah, adanya kelambatan dalam mengerjakan tugas, menunjukan sikap yang tidak wajar seperti acuh tak acuh, menunjukan tingkah laku yang berlainan seperti mudah tersinggung, pemarah, murung, bingung, kurang gembira, selalu sedih.
Berikut ini jenis-jenis kesulitan belajar menurut ilmu psikologi pendidikan:
- Non-verbal Learning Disabilities (NLD)
Kesulitan NVLD merupakan jenis kesulitan belajar dimana peserta didik tidak mampu memahami objek-objek visual yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Peserta didik yang mengalami kesulitan seperti ini tentunya tidak bisa jika hanya belajar dari gambar dan tulisan saja tanpa penjelasan auditori yang jelas dari orang lain.
Dengan demikian, guru dan orangtua harus segera melakukan upaya penangan terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan seperti ini. Dapat dilakukan dengan menentukan macam media pembelajaran dan metode yang tepat.
- Dyscalculia
Dyscalculia merupakan kesulitan belajar dalam mata pelajaran matematika. Contohnya seperti operasi hitung, membentuk bangun datar atau bangun ruang, dan lain-lain. Selain mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika, peserta didik yang mengalami dyscalculia ini mengalami kesulitan dalam menyusun kata dan merangkai huruf.
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar jenis dyscalculia tidak bisa dibiarkan belajar secara mandiri, akan tetapi ia membutuhkan dampingan guru atau orang tua serta dengan menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
- Auditory and Visual Processing Disorder (APD)
Peserta didik mengalami kesulitan belajar sebab ia tidak mampu memahami bahasa pengantar mata pelajaran baik itu disajikan secara tertulis maupun lisan. Jika terjadi seperti itu, maka akan sulit belajar dalam semua mata pelajaran. Upaya yang dapat dilakukan yaitu guru harus menerapkan praktik nyata supaya peserta didik dapat lebih mudah untuk memahaminya. Biasanya peserta didik yang mengalami kesulitan belajar jenis seperti ini cenderung tidak bisa diam di kelas dan selalu ingin mencoba hal baru di lingkungannya.
Jika guru sudah mengetahui permasalahan tersebut, sebaiknya guru tidak melarang mereka untuk memahami pelajaran sesuai dengan apa yang mereka senangi. Apabila hal tersebut dikembangkan, bukan tidak mungkin mereka akan menciptakan kreatifitas yang luar biasa.
- Dyslexia
Dyslexia merupakan jenis kesulitan belajar peserta didik yang tidak bisa memahami tulisan baik itu huruf atau angka. Mereka akan lebih paham dengan penejalasan oral daripada membuat sendiri di buku tulisnya. Dapat dibilang, kemampuan otak peserta didik tersebut cenderung rendah.
Guru dapat mengajak peserta didik yang mengalami kesulitan belajar jenis dyslexia dengan mengedepankan pembelajaran yang sifatnya menciptakan kreativitas. Contohnya seperti membuat berbagai macam permainan edukatif yang menyenangkan, membuat hasta karya dan lain-lain.
- Dysgraphia
Dysgraphia merupakan kesulitan belajar dimana peserta didik tidak mampu atau kesulitan untuk menuliskan sesuatu yang mereka pikirkan atau yang orang lain katakan. Ingatan peserta didik tersebut terhadap angka dan huruf sangat rendah. Ketika peserta didik yang lain sudah dapat membedakan berbagai macam huruf dan angka, peserta didik yang dysgraphia biasanya belum.
Mengatasi peserta didik yang dysgraphia, guru dapat menerapkan metode pengulangan. Peserta didik menulis alphabet atau angka setiap kali belajar supaya ingatan mereka untuk membedakan hruf dan angka akan semakin kuat.
- Specific Language Impairment (SLI)
Kesulitan belajar SLI merupakan gangguan bahasa yang dimana peserta didik kesulitan dalam mencerna dalam mempelajari bahasa. Kesulitan ini disebabkan adanya gangguan perkembangan pada otak kanan sehingga kemampuan berbahasa peserta didik cenderung rendah.
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar jenis SLI biasanya akan sedikit sulit dalam mengungkapkan kata-kata. Sehingga mereka terlihat seperti yang mengalami keterbelakangan mental, padahal mental mereka sangat normal dan hanya kesulitan memahami jika berkomunikasi secara kompleks. Cara untuk mengatasi kesulitan jenis SLI ini dengan cara sering mengajak mereka berdialog.
Ketika guru merasakan dan melihat adanya gejala atau ciri-ciri kesulitan yang dialami oleh peserta didik, maka tugas guru yaitu mencari solusi untuk mengatasi kesulitan tersebut. Namun, sebelum guru mencari solusi, ia harus mencari apa faktor penyebab terjadinya kesulitan tersebut. Muhibbin (2002) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik yaitu berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu meliputi: a) Kognitif ; contohnya kurangnya kapasitas intelektual peserta didik, b) Afektif,; seperti masih labilnya emosi dan sikap peserta didik, c) Psikomotor; seperti memiliki gangguan indera penglihatan dan pendengaran. Dan yang kedua yaitu faktor eksternal: a) Faktor keluarga, b) Faktor lingkungan masyarakat, c) Faktor sekolah.
Dengan demikian faktor penyebab kesulitan belajar pada peserta didik dapat dipengaruhi dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup segi intelektual seperti kecerdasan, minat, kondisi, dan keadaan fisik. Sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan sosial peserta didik, mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat sekitar, dan lingkungan sekolah.
Ada berbagai cara untuk mengidentifikasi penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. Ketika guru akan mengatasi kesulitan belajar peserta didik, maka tidak lepas juga guru harus mengetahui faktor-faktor penyebabnya, jika guru sudah mengetahui faktor penyebab maka ia akan mudah cara mengatasi kesulitan tersebut. Upaya mengatasi kesulitan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan memperhatikan dan mengamati, apabila ada lebih dari satu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yang sama, maka dapat dilakukan dengan cara bersama-sama. Akan tetapi, jika ada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yang berbeda-beda, maka upaya cara mengatasinyapun diberikan secara individual. Ada beberapa cara dalam mendiagnosa dan mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik, yaitu:
- Guru terlebih dahulu menentukan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, tekniknya dapat dilakukan dengan cara observasi proses belajar, mengamati nilai ulangan dan nilai rata-rata keseharian dikelas.
- Mengamti termasuk jenis kesulitan apa yang dialami peserta didik tersebut.
- Mencari faktor-faktor penyebab dari kesulitan belajar yang dialam.
- Menentukan upaya atau remedial yang sesuai.
Guru tidak hanya mempunyai peranan untuk mentransfer ilmu kepada peserta didiknya, akan tetapi guru juga berperan sebagai pendidik sekaligus motivator bagi peserta didik supaya memiliki prestasi dan perilaku yang baik. Motivasi dari guru menjadi faktor yang ikut menentukan dalam hal tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar, motivasi menjadi salah satu hal yang penting dalam keberhasilan peserta didik. Karena peserta didik yang memiliki motivasi yang tinggi akan mencapai hasil belajar yang baik, dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki motivasi rendah atau sama sekali tidak memiliki motivasi dalam belajar.(**
Komentar