DEDI MULYADI mantan Bupati Purwakarta dua periode yang kini anggota DPR RI tampak kagum pada Nurzein (14), penjual borondong beledug (popcorn) keliling. Nurzein adalah seorang remaja ulet yang prihatin sejak lahir, karena ayahnya meninggal dunia saat dia dalam kandungan dan sebulan setelah lahir ibunya bekerja. Sejak bayi merah, dia dirawat oleh neneknya
Meskipun tubuhnya mungil dan memiliki kekurangan dalam penglihatan, tetapi kegigihan dan semangat hidup Nurzein menginspirasi, terutama bagi kalangan remaja seusianya.”Saya secara tidak sengaja bertemu Nurzein di satu jalan di Purwakarta, dia tengah memikul dua kantong plastic besar berisi makanan ringan borondong beledug khas Jawa Barat. Saya benar benar kagum, meski tubuhnya kecil, tetapi dia ternyata sangat kuat.Nurzein mampu berjalanan kaki puluhan kilometer untuk menjajakan borondong beledug dagangannya dengan cara dipikul,”ungkap Kang Dedi Mulyadi seperti dikutif dari konten youtube miliknya.
Dedi Mulyadi menjelaskan, tubuh Nurzein memang kecil dan memiliki keterbatasan penglihatanm, tetapi semangat dan kekuatannya mampu mengalahkan orang tubuh tubuh besar dan penglihatannya normal. Nurzein berasal dari Pasir Jambu Kab.Cianjur. “Saya sempat kaget ketika mengetahui, kalau Nurzein saat ini tinggal (ngontrak rumah) di Ciwidey Kab.Bandung, dan dia berjualan hingga ke Purwakarta.Padahal, jarak tempuh dari Ciwidey ke Purwakarta itu sekitar 90 km. Nurzein biasanya menaiki angkutan umum dan selebihnya berjalanan kaki menjajakan dagangannya.Bahkan jika dagangannya banyak, dia bisa erjualan ke Karawang yang jaraknya sekitar 120 km dari Ciwidey,Sungguh luar biasa,”katanya.
Dalam tayangan konten youtube Lembur Pakuan dan Kang Dedi Mulyadi, saat ditanya oleh Kang Dedi Mulyadi saat itu, Nurzein mengungkapkan bahwa dirinya hidup mandiri dengen mengontak rumah sederhana di wilayah Ciwidey Kab.Bandung. “Saya lebih kagum lagi. Karena di rumah kontrakannya itulah Nurzein membuat borondong beledug, mengemas sendiri di rumah kontrakannya di daerah Ciwidey Bandung, dan dia jajakan sendiri keliling kota.Jika dagangannya banyak, dia bahkan bisa berjualan sampai ke Karawang yang jaraknya mencapai 117 kilometer dari Ciwidey.Nurzein juga pernah berjalan kaki menjajakan dagangannya sampai Garut,Tasikmalaya, Ciamis dan Banjar. Gak kebayang kan?” ucapnya.
Nurzein kepada Kang Dedi Mulyadi mengaku, bahwa keuntungan yang didapat dari jualan borondong beledung, ternyata tidak terlalu besar. Mungkin karena peminatnya kurang. Dalam satu minggu, 4 kali biasanya dia menjelajah menapakan kaki di tengah terik matahari, menelusuri jalan menjajakan borondong beledugnya. Jika dagangannya habis, dia bisa mendapatkan keuntungan Rp 100.000. Uang keuntungan itu dia tabung.
“Saya kaget juga, karena uang keuntungan penjualan borondong beledug yang tidak seberapa itu ternyata juga disisihkan untuk menghidupi neneknya serta membiayai sekolah adiknya yang tinggal di Pasir Jambu, Kabupaten Cianjur agar bisa melanjutkan jenjang pendidikannya ke perguruan tinggi. Bisa kuliah seperti orang lain. Setalah dibagi bagi itu,sisanya yang juga tidak seberapa, Nurzein tabungkan untuk menggapai mimpinya yang sangat sederhana yakni ingin naik haji, membuka toko dan membangun masjid. Tabungannya kini baru berjumlah Rp 6.000.000. Sungguh perjuangan dan pengorbanan yang sangat luar biasa, tak dimiliki setiap orang, terlebih Nurzein masih anak anak karena usianya baru 14 tahun ” ujarnya.
Dengan mengetahui perjalanan hidup Nurzein tersebut, Kang Dedi Mulyadi pun sempat meneteskan air matanya,karena mengaku mengingatkan masa kecilnya yang mengalami pahit getir dialami Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat ini. Dengan melihat semangat dan perjuangan yang menggebu gebu,berkeliling menjual borondong beledug, Kang Dedi Mulyadi pun berdoa semoga Nurzein pun menjadi pengusaha besar, sebesar pikiran dan harapannya.. “Saya paling senang melihat anak anak yang gigih berjuang menghadapi kenyataan hidup ini, terlebih hasil jerih payahnya untuk menghidupi keluarganya, seperti Nurzein yang membantu perekonomian neneknya serta berkeinginan adiknya bisa kuliah. Tidaklah mudah apa yang dilakukan seorang Nurzein. Itu yang paling menginspirasi dan tak bisa dilakukan seorang anak berusia 14 tahunan,”tuturnya.
Karena itu tidak berlebihan, jika kemudian Kang Dedi Mulyadi pun mengajak Nurzein pada suatu acara yatim piatu asuhannya di Lembur Pakuan. Pada acara ini, Nurzein memberikan motivasi dan support kepada anak yatim, piatu dan yatim piatu karena dia sendiri sejak dalam kandungan 3 bulan sudah ditinggal sang ayah kea lam baka serta ibunya sebulan sejak melahirkannya sudah pergi meninggalkannya bersama sang nenek. Sang ibu pergi bekerja menjadi pembantu lalu menikah lagi, sehingga Nurzein diurus oleh neneknya.
“Nurzein tumbuh menjadi mandiri karena keprihatinan hidupnya. Sejak belajar di kelas 1 SD, ia sudah bekerja membuat berondong beledug. Dia bekerja dengan upah Rp 1 juta per bulan.Setelah kelas 3 SD,Nurzein menjadi penjual makanan ringan seperti kacang polong, es, kerupuk dan lainnya. Ia berjualan camilan itu sampai tamat SD. Setelah tamat SD, Nurzein berjualan kerupuk yang dikirim dari bos kerupuk asal Cianjur . Ia berangkat dari rumahnya di Desa Simpang, Kecamatan Pasir Kuda ke Kota Cianjur. dengan menempuh perjalanan 3 jam naik mobil angkuan umum. Dia berangkat pukul 07.00 dan sampai Kota Cianjur pukul 10.00. Lalu ia pulang pukul 19.00 dan sampai rumah pukul 22.00. Dia melakoni usaha jualan itu selama setahun. Nurzein kemudian pindah berjualan ke Ciwidey, Kabupaten Bandung. Karena merasa capek harus pulang-pergi, Nurzein akhirnya menyewa sebuah rumah dengan biaya Rp 500.000 per bulan.Di rumah kontrakan itu, Nurzein membuat berondong sendiri, berjualan keliling Ciwidey sampai dia mampu menyewa kios untuk berjualan pulsa, minuman ringan dan makanan kecil. Sebuah kisah hidup yang menginspirasi kita dan terutama anak anak orangtuanya baik karena meninggal dunia maupun korban penceraian. Nurzein hidup tanpa mengandalkan bantuan dari siapapun. Bahkan membantu ekomoni neneknya dan adiknya yang sekolah di MTs,” pungkas Dedi Mulyadi.(REDI MULYADI)***
Komentar