Oleh: Redi Mulyadi (Wartawan TABLOID LINTAS PENA 085353955509)
APA itu generasi milenial ? Para ahli dan peneliti menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Generasi milenial pada umumnya adalah anak-anak dari Generasi X yang lebih dulu eksis. Generasi ini umumnya ditandai peningkatan penggunaan dan keakraban komunikasi, media, dan teknologi digital. Di sebagian besar belahan dunia, pengaruh mereka ditandai dengan peningkatan liberalisasi politik dan ekonomi, meskipun pengaruhnya masih diperdebatkan
Pada kenyataannya, generasi milenial tak bisa dinafikan keberadaannya di dalam lingkungan pesantren. Mereka menjadi satu generasi unik di sana. Berpeci dan bersarung tapi suka gonta-ganti sarung hape. Rajin shalawat sekaligus menjadi generasi online chat. Sebuah generasi yang satu kaki masih mempertahankan budaya pesantren yang dipegang teguh, sementara satu kakinya sudah terjulur dan menapak di era digital.
Dalam tulisan ini, saya akan mencoba menjalin kisah, gagasan, dan harapan-harapan, untuk para santri di manapun berada. Bukan sekadar mereka yang masih menetap dan belajar di pondok pesantren, tetapi untuk semua. Sebab santri zaman now bukan lagi mereka yang ada di pesantren, tetapi juga yang berkiprah bersama masyarakat.
SANTRI MILENIAL DAN PERADABAN BARU
Sejarah telah mencatat, peran santri dalam mengabdikan diri bagi umat dan bangsa sejak periode penjajahan sampai periode kemerdekaan dan hari ini. Dengan pengabdiannya, santri telah mampu mewarnai berbagai dinamika kehidupan berbangsa. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, dinamika kehidupan berbangsa kian mengalami perubahan, salah satunya disebabkan cepatnya arus informasi melalui berbagai macam media yang berbasis kemukthahiran teknologi.
Begitupun dengan fenomena santri saat ini yang juga tidak terlepas dari pengaruh media dan informasi. Era digital yang kian memudahkan lalu lintas informasi juga turut memengaruhi pola pikir dan tingkah laku santri. Perilaku-perilaku seperti cara berpakaian, musik favorit, kisah asmara, sampai kepada way of life santri mengalami berbagai macam perubahan. Perubahan ini tentu dapat bernilai negatif maupun positif, tergantung bagaimana santri dapat memfilter dampak yang terjadi serta keteguhannya untuk tidak meninggalkan identitasnya sebagai santri.
Santri saat ini, atau istilah kerenya adalah santri zaman now, adalah bagian dari generasi milenial yang tentunya tidak terlepas dari karakteristik generasi milenial itu sendiri.
Menurut Hassanudin Ali dan Lilik Purwandi, dalam bukunya yang berjudul Millenial Nusantara, yang dimaksud dengan generasi milenial adalah generasi yang dilahirkan pada tahun 1981-2000. Dalam kontek ini, milenial adalah istilah cohort (kohor).
Sebagai generasi yang lahir dalam kurun tertentu, dalam Millenial Nusantara dijelaskan bahwa setidaknya ada tiga karakteristik yang dimiliki generasi milenial, yaitu confidence (percaya diri) creative (karya akan ide dan gagasan), dan connected (pandai bersosialisasi dalam berbagai komunitas). Karakteristik ini yang tentu juga dimiliki oleh santri zaman now sebagai bagian dari santri milenial.
Selama perjalanan pergolakan kemerdekaan bangsa ini, apa tantangan yang harus dihadapi oleh para santri milenial? Santri milenial adalah santri yang tumbuh dan berkembang pada masa informasi digital. Jika di zaman pergerakan para santri berjuang untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan, maka sudah menjadi tanggung jawab santri pula untuk memajukan bangsa dan negara.
Sementara tantangan terbesar santri, selain harus mampu membumi bersama rakyat, ia juga harus melek teknologi terutama media digital online dimana ujaran kebencian dan berita hoaks menjadi hal yang meresahkan serta menjadi pemicu disintegrasi bangsa.
Jadi mengendalikan jari-jari tangan ketika menggunakan media sosial hari ini, sama pentingnya dengan mengangkat senjata pada masa penjajahan. Jika dahulu musuh kita adalah bangsa penjajah dari negara lain, maka saat ini musuh kita adalah hoaks dan ujaran kebencian yang banyak bertebaran di media sosial dan online.
Selain melakukan perlawanan, bagi santri yang memiliki kemampuan menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan, maka sudah menjadi tugas dan tanggungjawabnya untuk menulis serta menyebarkan tulisan kepada khalayak yang lebih luas.
Terutama sekali menjelaskan kembali hal-hal yang dianggap sebagai hoaks atau informasi yang tidak benar tentang sesuatu hal. Apabila kita mempunyai informasi pembanding yang meluruskan atau membantah wacana yang berkembang, maka wajib bagi kita untuk menyampaikan hal itu.
Sedangkan jika bagi yang kurang memahami, maka mencari tahu informasi lain, atau tabayun (klarifikasi), cek dan crosscheck kepada orang yang dianggap tahu atau lebih mengetahui tentang wacana tertentu. Kalau sudah mendapatkan informasi itu, wajib pula membagikannya kepada yang lain agar hal buruk tentang persepsi yang salah bisa dihindari. Dan kebenaran akhirnya yang akan bicara.
Tetapi yang perlu diingat kembali, untuk memasuki media digital, santri juga harus dibekali dengan kapasitas diri dan literasi yang baik. Sehingga ketika melakukan counter opini akan mampu menjelaskan kepada publik secara lebih jelas bagaimana dan apa sebenarnya yang terjadi.
Di permulaan saat ini, nampaknya ada beberapa hal yang menarik untuk diperbincangkan juga kemudian perlu dipersiapkan. Selanjutnya, apa yang harus dilakukan santri dalam mempersiapkan diri agar bisa menjadi pelaku sejarah serta pelopor kemajuan peradaban di Indonesia di era milenial ini?
Setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan santri dalam mempersiapkan diri agar bisa menjadi pelaku sejarah serta pelopor kemajuan peradaban di Indonesia berdasarkan realitas yang ada. Pertama, santri harus memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi dan daya nalar kritis dalam menyikapi setiap persoalan yang ada.
Dalam konteks ini, keilmuan santri harus mampu menyesuaikan dengan keadaan zaman, sehingga tidak lagi dibatasi dengan dikotomi antara keilmuan dunia dan keilmuan akhirat. Santri harus bisa menguasai berbagai bidang keilmuan yang mampu mengantarkan kemenangan di dunia dan akhirat.
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin mengutip sebuah hadits yang mengatakan bahwa: “Sesungguhnya kalian berada di zaman fuqaha (ahli ilmu), ahli baca al-Quran, dan ahli pidato. Maka amal pada zaman ini lebih baik dari pada ilmu. Dan akan datang kepada manusia zaman di mana sedikit fuqaha, banyak qurra, dan khutoba. Maka, ilmu pada zaman ini lebih baik dari pada amal.”
Boleh jadi, di era sekarang ini, memang menjadi suatu keniscayaan bahwa ilmu pengetahuan memiliki peran yang sangat penting, dan tentunya harus diimbangi juga dengan amal perbuatan.
Kedua, santri harus mempersiapkan diri agar memiliki entrepreneur skill yang mumpuni dan tampil dalam melihat peluang bisnis yang sangat besar. Menjamurnya start up bisnis dari kalangan pemuda harusnya direspons juga dengan sigap oleh kalangan santri. Santri zaman now tidak cukup hanya berbekal ilmu pengetahuan, tetapi juga harus sukses juga dalam bidang entrepreneur.
Rasulullah SAW telah memberikan contoh langsung untuk kita teladani. Di zamannya, Nabi merupakan sosok pebisnis yang sukses. Kesungguhanya dalam berdagang mengantarkan Rasulullah mencapai kondisi yang mandiri secara finansial di usia muda. Keteladanan inilah yang harus dicontoh oleh santri saat ini. Kemandirian ekonomi harus dirintis dan diperjuangkan dari sejak muda. Maka sudah sepatutnya santri tidak hanya belajar membaca dan menghafal kitab. Lebih dari itu, santri harus bisa mengaktualisasikannya. Dengan begitu, ada harapan besar santri juga bisa menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Ketiga, di era milenial ini santri harus bisa berdiri di atas keteguhan dan keistikomahan dalam memegang prinsip dan karakteristik santri. Maraknya kenakalan remaja, kasus kriminal, dan merosotnya moral para pelajar di Indonesia yang diakibatkan kurangnya pendidikan berbasis karakter seharusnya tidak dialami oleh santri.
Inilah yang terpenting bagi seorang santri di era milenial ini. Tetap teguh dan istiqomah dengan karakter kesantriannya di tengah godaan dan perang budaya transnasional. Dengan kecerdasan intelektual yang tinggi, entrepreneur skill yang mumpuni, berintegritas, serta berakhlak mulia, bukan tidak mungkin santri milenial akan menjadi pelopor kemajuan peradaban baru Indonesia di masa depan.
SANTRI MILENIAL PELOPOR KEMAJUAN PERADABAN
Sejarah telah mencatat peran santri dalam mengabdikan diri bagi umat dan bangsa sejak periode penjajahan hingga periode kemerdekaan hari ini. Santri telah mampu mewarnai berbagai dinamika kemajuan bangsa dengan mahakarya dan berbagai kontribusi aktif di dalamnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, dinamika kehidupan berbangsa kian mengalami perubahan, salah satunya disebabkan cepatnya arus informasi melalui berbagai macam media yang berbasis kemutakhiran teknologi.
Begitupun dengan fenomena santri hari ini yang juga tidak terlepas dari pengaruh media dan informasi yang turut memengaruhi pola pikir dan tingkah laku santri. Perilaku-perilaku seperti cara berpakaian, musik favorit, kisah asmara, sampai kepada way of life santri mengalami berbagai macam perubahan. Perubahan ini tentu dapat bernilai negatif maupun positif tergantung bagaimana santri dapat memfilter dampak yang dapat terjadi serta keteguhannya untuk tidak meninggalkan identitasnya sebagai santri.
Santri hari ini, atau istilah kerennya adalah santri zaman now, adalah bagian dari generasi millenial yang tentunya tidak terlepas dari karakteristik generasi millenial itu sendiri. Menurut Hassanuddin Ali, dalam bukunya yang berjudul Milenial Nusantara, yang dimaksud generasi millenial adalah generasi yang lahir pada tahun 1981-2000, di mana millenial adalah istilah cohort. Dalam demografi, terdapat empat cohort besar yaitu Baby bommer, Gen-X, Gen-Y (generasi millenial), dan Gen-Z. Lebih lanjut lagi, Hassanuddin menerangkan bahwa setidaknya ada tiga karakteristik dasar generasi millenial, yaitu confidence (percaya diri), creative (kaya akan ide dan gagasan), dan connected (pandai bersosialisasi dalam berbagai komunitas). Karakteristik ini juga yang tentu dimiliki juga oleh santri zaman now sebagai bagian dari generasi millenial.
Di permulaan tahun ini, nampaknya ada beberapa hal yang menarik untuk diperbincangkan juga kemudian perlu dipersiapkan. Pertama, pada tahun 2018 kita akan menyongsong 20 tahun pasca reformasi Indonesia. Kedua, pada dua tahun berikutnya yaitu tepatnya tahun 2020, kita akan memulai fase dimana Indonesia akan mengalami bonus demografi. Kemudian yang ketiga, pada tahun 2030 diprediksi akan menjadi awal masa keemasan Indonesia. Lalu timbul pertanyaan, di manakah posisi santri saat itu? Akankah santri menjadi pelopor kemajuan di Indonesia ataukah hanya menjadi pengekor saja? Akankah santri menjadi pelaku sejarah atau hanya menjadi penikmat sejarah? Harapan besarnya adalah santri dapat menjadi pelopor peradaban kemajuan Indonesia.
Selanjutnya, apa yang harus dilakukan santri dalam mempersiapkan dirinya agar bisa menjadi pelaku sejarah serta pelopor kemajuan peradaban di Indonesia? Menurut penulis, setidaknya ada tiga hal yang harus santri lakukan dalam mempersiapkan dirinya agar bisa menjadi pelaku sejarah serta pelopor kemajuan peradaban di Indonesia berdasarkan realitas yang ada. Pertama, persiapan yang harus dilakukan santri yaitu santri harus memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi dan daya nalar kritis dalam menyikapi setiap persoalan yang ada. Keilmuan santri harus mampu menyesuaikan dengan keadaan zaman, sehingga tidak lagi dikotomi antara keilmuan dunia dan keilmuan akhirat. Santri harus bisa menguasai keilmuan-keilmuan yang mampu mengantarkan kemenangan di dunia dan akhirat. Imam al-Ghazali, dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, mengutip sebuah hadits bahwa: “Sesungguhnya kalian berada pada zaman di mana fuqaha’ (ahli ilmu) banyak sedangkan sedikit qurra’ (ahli baca al-Qur’an) dan khutoba’ (ahli pidato), maka amal pada zaman ini lebih baik daripada ilmu.” Dan akan datang kepada manusia zaman di mana sedikit fuqaha’ sedangkan banyak qurra’, dan khutoba’, maka ilmu pada zaman ini lebih baik daripada amal”. Boleh jadi di era sekarang ini, memang menjadi suatu keniscayaan bahwa ilmu pengetahuan memiliki peran yang sangat penting, dan tentunya harus diimbangi juga dengan amal perbuatan.
Kedua, persiapan yang harus santri santri lakukan yaitu memiliki skill entrepreneur yang mumpuni dan terampil dalam melihat peluang bisnis. Potensi pasar Indonesia yang sangat besar diiringi laju pertumbuhan ekonomi yang pesat serta menjamurnya start-up bisnis dari kalangan pemuda harusnya direspon juga dengan sigap oleh kalangan santri. Santri zaman now tidak cukup hanya berbekal ilmu pengetahuan, akan tetapi harus sukses juga dalam entrepreneur.
Rasulullah SAW telah memberikan contoh langsung untuk kita teladani di mana beliau merupakan sosok pebisnis yang sukses. Kesungguhannya dalam berdagang mengantarkan Rasulullah mencapai kondisi yang mandiri secara finansial di usia muda. Contoh keteladanan inilah yang harus dicontoh oleh santri hari ini, bahwa mandiri secara finansial harus dirintis dan diperjuangkan dari sejak muda. Maka sudah sepatutnya, santri tidak hanya belajar membaca kitab kemudian menghukuminya saja, lebih dari itu santri harus bisa mengaktualisasikannya. Harapan besar lainnya juga santri bisa menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemudian yang ketiga, persiapan yang harus dilakukan santri yaitu bahwa santri harus bisa berdiri di atas keteguhan dan keistiqomahan memegang prinsip karakteristik santri. Maraknya kenakalan remaja, kasus kriminal, dan merosotnya moral para pelajar di Indonesia yang diakibatkan kurangnya pendidikan berbasis karakter seharusnya tidak dialami oleh santri.
Karena sejatinya, pesantren sebagai tempat pembelajaran bagi santri telah menerapkan pendidikan berbasis penguatan karakter, di mana tujuannya dapat melahirkan santri dengan etika luhur (strong ethic), berakhlak mulia (possesing a positive attitude), dan berintegritas (intergrity). Selanjutnya tinggal bagaimana santri setelah lulus dapat bisa mengistiqomahkan karakter kesantriannya di tengan godaan dan perang budaya kebarat-baratan dan ketimur-timuran di kalangan pemuda Indonesia. Menurut penulis, kebangkitan pemuda adalah suatu keniscayaan yang akan membangun Indonesia di masa mendatang, yaitu dengan adanya fenomena bonus demografi yang kemudian berimplikasi setidaknya ke dalam tiga sektor yaitu organisasi, politik, dan ekonomi. Ketiga sektor ini menjadi wacana youth civil society, youth government, dan youth entrepreneurship akan lahir dari kalangan pemuda generasi milenial yang termasuk di dalamnya adalah kaum santri. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa santri akan menjadi pelopor kemajuan pemuda di bidangnya masing-masing, mengingat potensi besar yang dimiliki oleh santri. Sehingga santri millenial dengan kecerdasan intelektual yang tinggi, skill entrepreneur yang mumpuni, berintegritas, serta berakhlak mulia, bukan tidak mungkin akan menjadi pelopor kemajuan peradaban di Indonesia
JAWAB TANTANGAN PERKEMBANGAN ZAMAN
Santri hari ini, atau dapat kita sebut dengan istilah kerennya yaitu ‘Santri Zaman Now” yang berupa bagian-bagian dari generasi-generasi milenial dan tentu saja tidak dapat terlepas oleh ciri dari generasi milenial itu sendiri. Di era milenial ini, peran santri dalam memajukan bangsansanatlah berpengruh dan harus kita dukung.
Di zaman sekarang santri tidak hanya menjadi ustadz saja, namun banyak dari santri sekarang yang memasuki dunia poitik. Guna agar politik menjadi lebih adem serta mempunyai martabat yang tinggi.
Santri milenial harus dapat mengetahui serta mampu menjawab mengenai perkembangan zaman. Seperti beberapa waktu lalu terdapat informasi di media yang begitu mencuri perhatian public bahwa terdapat di pesantren Blitar dan Mojokerto di Jawa Timur ada santri yang berhasil memenangkan kontes robotic di Jepang. Berita itu banyak memotivasi santri yang lain, bagaimana tidak, dengan adanya ajang perlombaan itu bisa membuat santri lain lebih termotivasi. Nah, hal ini yang harus terus dikembangkan oleh para santri sehingga dala keikutsertaan serta peran santri dalam memajukan Negara ini dapat terlhat. Dan ini sangat berpengaruh terhadap keinginan masyarakat sekitar atau juga para petinggi Negara mengenai keikutsertaan santri dalam perlombaan-perlombaan dibidang Nasional.
Sebagai santri jangan hanya mengali ilmu agama saja, tetapi juga ilmu-ilmu umum lainnya, Karena jika tidak, negara dan masyarakat nantinya akan diisi oleh orang-orang yang tidak faham agama. Dan jika itu terjadi maka akan terdapat goncangan yang begitu besar dalam kehidupan bermasyarakat serta bernegara. Karena seperti yang kita ketahui sudah banyak masalah di zaman sekarang ini baik sosial maupun pribadi masyarakat itu sendiri. Jadi, santri harus dapat bangkit menjadi agent of change (gerakan perubahan) bagi negara. Guna agar negara dapat lebih maju dan juga santri milenial dapat lebih semangat di era milenial ini.
Santri di era milenial juga sudah melek teknologi, serta dapat membendung atau membatas sebuah paham yang akan merusak citra Agama dan tentunya dapat merusak Negara. Santri di era milenial juga tidak arang memposting sesuatu yang berkaitan dengan negara dan agama, seperti berdakwah dalam media sosial dan juga selalu menshare dan membatasi konten yang bisa merusak citra Agama dan Negara.
Menurut penulis terdapat beberapa hal yang harus santri lakukan dalam mempersiapkan dirinya agar dapat menjadi pelaku dalam sejarah itu sendiri serta serta pelopor dalam kemajuan peradaban di Negara dengan berdasarkan kenyataan yang ada. Pertama, santri harus dapat memiliki kecerdasan intelektual, serta pemahaman dalam menyikapi setiap masalah yang ada, Kedua, santri harus dapat mempunyai keteguhan atau keistiqamahan sehingga tahan akan godaan mengenai budaya barat dikalangan pemuda Indonesia. Nah, kedua hal itu akan lahir dari kalangan pemuda di Negara ini dan didalamnya tentu saja terdapat kaum santri. mungkin bahkan tidak dapat menutup kemungkinan bahwa santri yang akan menjadi pelopor negara dengan kemajuannya dibidang masing-masing.
Dalam konteks Generasi Milenial ini, santri —yang dikenal dengan keilmuan tentang agamanya— harus mampu menyesuaikan dengan keadaan zaman, sehingga tidak lagi dikotomi antara keilmuan dunia dan keilmuan akhirat. Santri diharapkan menguasahi keilmuan yang mampu mengantarkan kemenangan di dunia dan akhirat.
Setidaknya ada dua hal yang harus santri lakukan dalam mempersiapkan dirinya agar bisa menjadi pelaku sejarah serta pelopor kemajuan peradaban di Indonesia berdasarkan realitas yang ada. Pertama, santri harus memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi dan daya nalar kritis dalam menyikapi setiap persoalan yang ada.
Kedua, hal positif yang harus dipersiapkan dan perlu dilakukan oleh santri di zaman milenial ini yaitu memiliki skill entrepreneur yang mumpuni dan terampil dalam melihat peluang bisnis. Sehingga dengan adanya kecendrungan pola hidup konsumerisme seorang santri dapat menjadi peluang bagi insan pondok pesantren untuk konsisten menjalankan program pemberdayaan ekonomi umat.
Potensi pasar Indonesia yang sangat besar diiringi laju pertumbuhan ekonomi yang pesat serta menjamurnya start-up bisnis dari kalangan pemuda, harusnya direspon juga dengan sigap oleh kalangan santri. Santri zaman now tidak cukup hanya berbekal ilmu pengetahuan, akan tetapi harus sukses juga dalam entrepreneur.
Rasulullah SAW telah memberikan contoh langsung untuk kita teladani di mana beliau merupakan sosok pembisnis yang sukses. Kesungguhannya dalam berdagang mengantarkan Rasulullah mencapai kondisi yang mandiri secara finansial di usia muda. Contoh keteladanan inilah yang harus dicontoh oleh santri hari ini, bahwa mandiri secara finansial harus dirintis dan diperjuangkan dari sejak muda.
Sehingga dengan adanya keahlian yang dilakukan oleh santri dalam wirausahawan menjadikan perekonomian umat dapat berkembang. Namun bukan hanya itu saja, eksistensi dari adanya keahlian santri dalam hal ini juga membantu dan menjadi nilai lebih bagi santri yang ahli dalam hal tersebut. Sehingga mereka bukan hanya memiliki bekal ilmu agama saja.
KESIMPULAN
Selain mengemban tugas utama melanjutkan dakwah dan menyebarkan ajaran Islam dengan cara damai, para santri milenial terpanggil untuk ikut menjaga keutuhan bangsa dan negara, serta berpartisipasi aktif membangun demi mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, masyarakat makmur sejahtera dan berkeadilan sosial. Supaya dapat menjalankan tugas/panggilan baru tersebut, para santri milenial harus memperkuat identitas dirinya sebagai santri sejati. Artinya, pada satu sisi, mereka semestinya mempertebal keimanan, memperkokoh ketaqwaannya kepada Allah SWT, dan terus memperhalus akhlaknya. Mereka pun harus terus mengasah kecerdasan intelektual, meningkatkan kompetensi dan skills, terutama yang berkaitan dengan teknologi dan digitalisasi.
Pada sisi lain, mereka perlu berjuang melepaskan diri dari kecenderungan umum kaum milenial yaitu suka pada hal yang instan, tidak mendalam, mengabaikan nilai-nilai kebersamaan, dan solidaritas sosial, ingin bebas kebarat-baratan, dan kurang menghargai tata krama. Lebih dari itu, para santri juga dituntut untuk selalu mengendalikan jari-jari tangannya ketika menggunakan media sosial. Jika dahulu para santri mengangkat senjata dan bersedia mati syahid melawan kaum penjajah, maka kini para santri milenial dituntut melawan hoaks dan ujaran kebencian yang banyak bertebaran di media sosial dan media online. Sementara itu, para santri yang memiliki kemampuan menyampaikan gagasan melalui tulisan diharapkan dapat menyebarkan tulisan yang membawa pencerahan dan pesan perdamaian kepada khalayak luas. Dalam hal ini, mereka dapat mencontoh wali songo yang berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam agama rahmatan lil alamin, yaitu agama yang merupakan bentuk rahmat dan rasa kasih sayang Allah SWT kepada seluruh alam semesta. Ruang online dan kemajuan teknologi digital, akan memunculkan berbagai macam peluang bagi para santri milenial untuk ikut berperan dalam aktivitas ekonomi dan bisnis berbasis online dan digital. Mereka dapat mengembangkan aktivitas gaya hidup muslim mulai dari pengabdian agama hingga buku harian perjalanan wisata halal, ulasan makanan atau kuliner halal, blog mode muslim, berjualan secara online, hingga video youtube, musik dan tiktok dengan tampilan, suara, bahasa, dan budaya muslim yang bersifat futuristik. (@@@@
@ CATATAN:
- Redi Mulyadi, adalah wartawan media cetak dan online TABLOID LINTAS PENA
- Alamat Kantor: PT.LINTAS PENA MEDIA Perumahan “BUMI ENDAH RESIDENCE” Blok AA-9 Kel.Sirnagalih – Kec.Indihiang – Kota Tasikmalaya Telp/WA: 085353955509
Komentar