Oleh: Alfaqier G.E.Diponegoro.Jatman .(Pengurus Idarah Wustho Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah Prov.Lampung)
SEBAGAI salik thoriqoh pencinta tanah air Indonesia,marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya di manapun kita berada di bumi Nusantara Indonesia tercinta dan dalam keadaan apa saja, baik dalam keadaan senang maupun susah, baik dalam keadaan lapang atau dalam keadaan sempit.
Nabi Muhammad saw bersabda:
«اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ» [رَوَاهُ الْتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ] اهـ رياض الصالحين
Bertakwalah engkau kepada Allah di mana saja engkau berada, dan susulilah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya dan berbudipekertilah terhadap manusia dengan budi pekerti yang baik.
Ditegaskan dalam hadits Nabi tersebut di atas, bahwa kita semua diperintahkan untuk selalu menjaga tata krama dan adab/etika serta berprilaku baik kepada siapa saja di bumi Indonesia dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Nabi saw bersabda:
«مَا مِنْ شَيْءِ يُوضَعُ في المِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ، وإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ والصَّلاَةِ» . [رواه الترمذي] قال أبو عِيسَى: هذَا حَديثٌ غَرِيبٌ من هذَا الوَجْهِ. اهـ
Tiada sesuatu yg lebih berat dalam timbangan amal melebihi budi pekerti yg baik, sungguh seorang yg memiliki budi pekerti yg baik akan mencapai derajat kemuliaan seorang yg ahli berpuasa dan ahli melakukan shalat.
Dan penting juga bagi kita para orang tua untuk memperhatikan dan mengupayakan agar budi pekerti yang luhur ini juga diwarisi oleh putra-putri kita baik melalui pendidikan atau teladan di tengah-tengah kehidupan keluarga kita, Nabi bersabda:
«ما نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ». هذا حديث صحيح الإسناد اهـ المستدرك للصحيحين
Tiada pemberian orang tua kepada putranya yg lebih baik dari pada pemberian adab atau etika yg baik.
Beliau Syeikh Nuruddin al-Harawi al-Qari dalam kitab Mirqatul Mafatih terkait penjelasan hadits tersebut beliau mengatakan:
وَهُوَ الْمُطَابِقُ لِلْعُرْفِ الْمُوَافِقُ لِلشَّرْعِ
Bahwa yg dikehendaki dengan adab atau etika yg baik adalah etika yang sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariat.
Senada dengan keterangan tersebut juga ditegaskan dalam kitab Mirqatu Su’udit Tasdiq Syarah Sullam Taufiq:
وَقَدْ سُئِلَ أَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ قَوْلِهِ ﷺ «وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ» ، فَقَالَ : هُوَ مُوَافَقَةُ النَّاسِ فِيْ كُلِّ شَيْءٍ مَا عَدَا الْمَعَاصِيْ اهـ
Amirul Mukminin Shahabat Ali RA ditanya terkait penjelasan sabda Nabi yang artinya “dan berbudipekertilah engkau terhadap manusia dengan budi pekerti yang baik” beliau berkata: Maksudnya adalah menyesuaikan diri dengan budaya masyarakat dalam hal apapun selain kemaksiatan.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa agama Islam sangat menghargai suatu tradisi dan budaya yang mengakar di tengah-tengah masyarakat baik dalam perkataan, perilaku, penampilan, dan kegiatan selama tradisi dan budaya tersebut tidak bertentangan dengan syariat, bahkan agama kita memerintahkan agar kita menyesuaikan diri serta mengikuti budaya tersebut, karena hal itu bagian dari husnul khuluq atau budi pekerti yang baik.
Sebaliknya bersebrangan atau bahkan berupaya menggantinya dengan budaya-budaya yang lain berarti bagian dari su-ul khuluq atau budi pekerti yang buruk.
Semoga dengan hidayah dan pertolongan Allah swt kita semua dan seluruh keluarga dan masyarakat kita mampu berakhlaqul karimah kepada sesama sehingga terciptalah suasana yang nyaman, aman, dan tentram dalam kehidupan kita di Tanah Air tercinta Indonesia dan juga kelak di akhirat. Amin ya robbal alamin.(***
Komentar