oleh

Abah Anton Charliyan: “Seimbangnya Rasa Kopi dan Gula”

Oleh: Abah Anton Charliyan

PADA suatu pagi, seorang ayah mengajak bercengkrama kepada anak laki lakinya di bagian beranda rumahnya yang sejuk. Dalam hatinya, sang ayah ingin memberikan sebuah sebuah nasehat untuk bekal hidup sang anak, agar kelak menjadi orang bijak dalam mengarungi hidup dan kehidupannya.

Ayah : Tolong buatkan kopi dua gelas untuk kita berdua nak, tapi gulanya jangan engkau tuang dulu, bawa saja kemari beserta cangkirnya.

Anak : Baik, ayah

Tidak berapa lama, anaknya sudah membawa dua gelas kopi yang masih hangat dan gula di dalam wadahnya beserta sendok kecil.

Ayah : Cobalah kamu rasakan kopimu nak , bagaimana rasa kopimu?

Anak : Rasanya sangat pahit sekali ayah

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula, aduklah, bagaimana rasanya?

Anak : Rasa pahitnya sudah mulai berkurang, ayah

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

Anak : Rasa pahitnya sudah berkurang banyak, ayah

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

Anak : Rasa manis mulai terasa tapi rasa pahit juga masih sedikit terasa, ayah

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

Anak : Rasa pahit kopi sudah tidak terasa, yang ada rasa manis, ayah

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

Anak : sangat manis sekali, ayah.

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya…?

Anak : Terlalu manis. Malah tidak enak, ayah

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

Anak : rasa kopinya jadi tidak enak, lebih enak saat ada rasa pahit kopi dan manis gulanya sama-sama terasa, ayah.

Ayah : Ketahuilah nak.. Pelajaran yang dapat kita ambil dari contoh ini adalah.. jika rasa pahit kopi ibarat kemiskinan hidup kita, dan rasa manis gula ibarat kekayaan harta’Lalu menurutmu kenikmatan hidup itu sebaiknya seperti apa nak?

Sejenak sang anak termenung, lalu menjawab.

Anak : Ya ayah, sekarang saya mulai mengerti, bahwa kenikmatan hidup dapat kita rasakan jika kita dapat merasakan hidup secukupnya; tidak melampaui batas. Terimakasih atas pelajaran ini, ayah

Ayah : Ayo anakku, kopi yang sudah kamu beri gula tadi, campurkan dengan kopi yang belum kamu beri gula, aduklah… Lalu tuangkan dalam kedua gelas ini, lalu kita nikmati segelas kopi ini.

Sang anak lalu mengerjakan perintah ayahnya

Ayah : Bagaimana rasanya?

Anak : Rasanya nikmat, ayah.

Ayah : Begitu pula jika engkau memiliki kelebihan harta, akan terasa nikmat bila engkau mau membaginya dengan orang orang yang kekurangan.

Anak : Terima kasih atas ilustrasinya, ayah

Secangkir kopi yang nikmat itu ibarat hidup yang sedang kamu jalani saat ini. Mungkin kamu belum sampai tahap dimana rasa nikmat tersebut belum dikecap, tapi masih dalam proses dijemur dan digiling agar mendapatkan hasil yang terbaik.

Tak perlu takut atau merasa kalut, asal semangat dan kerja kerasmu tak padam, pada akhirnya akan tiba waktumu untuk merasakan nikmat, layaknya kopi yang harum dan enak itu. Semangat!

Komentar