oleh

Ade Armando: “Saya Bergabung Masuk PSI Karena Saya Mencintai Indonesia”

JAKARTA—Tepat satu tahun yang lalu saya berada di kamar perawatan di Rumah Sakit Siloam.Sebagian Anda mungkin masih ingat, di siang hari di bulan Ramadhan tahun lalu itu, saya dikeroyok puluhan orang di depan gedung DPR.

Saya terselamatkan karena ada beberapa teman saya yang, dalam ketidakberdayaannya, meminta polisi untuk membantu.

Sejumlah polisi berhasil menembus barikade manusia yang berusaha menghalangi siapapun yang berusaha menolong saya yang sedang dalam bulan-bulanan kepungan manusia beringas itu.

Karena merekalah saya tertolong.

Di Rumah Sakit, setelah saya melampaui masa kritis, dokter yang merawat saya menyatakan, saya harus bersyukur pada Tuhan.

Tuhan memberikan keajaiban.

This is a Miracle, katanya.

Saya bukan saja masih hidup, tapi tidak mengalami cedera yang berarti —  sesuatu yang menurutnya ajaib mengingat level pengeroyokan yang dilakukan, seperti yang terekam oleh berbagai pengambil gambar.

Saya percaya Tuhan masih mengizinkan saya hidup, untuk alasan tertentu.

Peristiwa 11 April itu membuka mata saya.

Di ranjang rumah sakit, saya menyadari betapa rentannya saya.

Saya sadar bahwa sebenarnya kapanpun, tanpa ada sebuah proses panjang, nyawa saya bisa melayang.

Saya sadar bahwa ada orang-orang yang memang dengan sengaja ingin menghabisi nyawa saya.

Peristiwa itu tidak bisa dipandang sebagai tindakan spontan.

Hampir pasti ada yang menggerakkan.

Dan ini sebenarnya bukan sesuatu yang terlalu mengejutkan.

Upaya menghabisi saya sudah dilakukan dengan beragam cara.

Saya diadukan ke polisi lebih dari sepuluh kali.

Dan dalam setiap kesempatan, proses hukum tidak dilanjutkan karena memang tidak ditemukan bukti bahwa saya melanggar hukum.

Saya menjadi sasaran cancel culture, karier saya sebagai dosen dipersulit dengan cara tidak masuk akal, saya difitnah, dipalsukan tandatangannya, saya didoxing, diancam, dan seterusnya.

Percobaan pembunuhan saya itu memang ekstrim, tapi sekadar kelanjutan dari upaya-upaya sebelumnya.

Dan karena itu, peristiwa 11 April 2022 itu membuka mata saya bahwa saya tidak boleh berhenti memperjuangkan apa yang sudah saya perjuangkan, dan justru harus mengintensifikasikannya.

Ketika peristiwa itu terjadi, saya baru saja meresmikan Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS), sebuah gerakan aktivisme digital untuk menyuarakan pluralism dan kesetaraan.

Alhamdulillah, PIS sudah sangat produktif menyuarakan, mengkampanyekan kebhinekaan Indonesia.

Tapi, kini saya percaya selain PIS yang berteriak di luar, saya juga harus mencoba mengubah dari dalam.

Karena itulah  saya harus melangkah lebih jauh, mencoba masuk ke parlemen melalui Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Ada dua isu besar yang saya percaya dihadapi Indonesia, dan itu harus dilawan melalui partai politik dan DPR.

Pertama, Korupsi.

Kedua, Intoleransi.

Sebagian orang mengatakan bahwa di Indonesia, korupsi sudah bersifat sistemik.

Sstemnya itu sendiri sudah korup, dan Anda hanya bisa survive dengan mengikuti aturan main sistem yang korup itu.

Ini terlihat dalam kasus DPR.

Anda mungkin saja seorang yang bersih, berintegritas, jujur, anti korupsi, tapi begitu Anda masuk Partai Politik dan masuk parlemen, dalam waktu tak lama Anda akan ikut korup.

Saya tak percaya itu.

Saya tak percaya dengan teori yang bilang struktur menentukan manusia.

Saya percaya manusia bisa menentukan struktur.

Mungkin tidak mudah. Tapi bisa.

Banyak yang mencibir, bagaimana mungkin DPR memerangi korupsi, karena DPR sendiri adalah sarang koruptor?

Saya memahami skeptisisme itu, karena dari apa yang saya tahu, ada beragam praktek perampokan uang rakyat terjadi di sana.

Yang paling terkenal adalah cerita tentang bagaimana proses pembuatan undang-undang di Indonesia lazim melibatkan penyuapan dalam skala dana jumbo.

Sangat dikenal, ada RUU yang basah, ada RUU yang kering.

Saya juga mendengar bagaimana para wakil rakyat – atau oknum – meminta dan mengharapkan aliran uang dari lembaga-lembaga dan instansi-instansi yang seharusnya diawasi mereka.

Korupsi di DPR harus dilawan, karena dia adalah akar masalah gurita korupsi di Indonesia.

Perlawanan bisa dilakukan kalau ada banyak orang bersih masuk DPR.

Harus ada banyak orang baik yang sungguh-sungguh memerangi korupsi di DPR.

Setiap partai politik harus mengajukan nama-nama orang baik sebagai caleg mereka.

Seringkali rakyat diminta untuk lebih melek politik dan hanya memilih orang-orang baik dalam pemilu nanti.

Tapi  kritisisme masyarakat tidak akan banyak berarti kalau orang-orang yang hendak dipilih memang korup.

Kumpulan orang korup akan mati-matian mempertahankan sistem yang korup, dan untuk itu kumpulan orang korup itu hanya akan mengizinkan sesama orang korup untuk masuk DPR.

Ujung-ujungnya kumpulan orang korup ini akan mempertahankan praktek korup dan menelurkan produk perundangan yang pro koruptor.

Salah satu kasus terakhir adalah soal RUU Perampasan Aset.

Presiden Jokowi sudah beberapa kali meminta agar DPR mengesahkan RUU yang sudah dirancang pemerintah itu.

Tapi DPR terlihat enggan.

Seorang anggota DPR malah bilang, itu semua tergantung pada Ketua Partai.

That’s it, tidak ada penjelasan, tidak ada diskusi. Cukup dijawab dengan ‘tergantung Ketua Partai’, dan para anggota DPR lainnya pun tertawa.

Kita juga semua sudah berulangkali mendengar betapa para anggota DPR senang sekali melakukan kunjungan kerja dan perjalanan dinas terutama untuk memperoleh uang perjalanan yang luar biasa besar.

Jadi sumber kekayaan anggota DPR itu beragam.

Itu yang mungkin menjelaskan cerita Kris Dayanti, bahwa setiap tahunnya penghasilan anggota DPR bisa mencapai 3 sampai 4 miliar rupiah.

Ini semua harus diubah.

Dan cara untuk mengubahnya adalah dengan masuk ke dalam parlemen.

Isu lain yang sama besarnya adalah Intoleransi.

Penindasan terhadap keberagaman, kesetaraan, perbedaan, terhadap hak beribadah, hak untuk memiliki keyakinan berbeda, berada pada titik mengkhawatirkan di Indonesia.

Kita tidak boleh lagi membiarkan hadirnya peraturan-peraturan yang mempersulit umat mana pun untuk membangun rumah ibadah agama manapun.

Kita tidak boleh lagi membiarkan adanya peraturan yang memaksakan pakaian seragam siswa siswi dengan merujuk pada apa yang secara sempit dianggap sebagai ajaran agama

Kita tak boleh lagi membiarkan ada UU yang mewajibkan bahkan makanan kucing dan pakaian dalam harus memenuhi sertifikasi halal.

Kita harus melawan itu semua, sebelum suatu saat nanti kita tiba-tiba disadarkan bahwa keindahan kebhinekaan yang kita miliki sudah dihabisi.

Karena itulah saya percaya saya wajib menjalani babak baru ini dengan berusaha masuk parlemen, melalui PSI.

PSI saya pilih karena PSI adalah plihan yang paling sejalan dengan akal sehat saya.

Saya tidak ingin bicara tentang partai-partai tua dan besar.

Tapi di PSI, saya melihat bukan saja kemudaan, tapi kejujuran, integritas, kebersihan, keberanian dan walau mungkin juga , kenaifan.

PSI adalah game changer buat Indonesia.

Lima tahun yang lalu saya sudah mendukung PSI.

Tapi ketika itu belum ada pembuktian apa-apa yang diberikan PSI sebagai partai baru.

Kini, mereka sudah menunjukkan bahwa dalam empat tahun perjalanan mereka, mereka secara konsisten memperjuangkan nilai-nilai yang selama ini saya anggap penting.

Mereka konsisten melawan korupsi.

Contoh terbaiknya adalah apa yang mereka lakukan di Jakarta, dan mungkin juga di daerah lain yang saya tidak ketahui karena pemberitaan mengenainya tidak terekspos ke Jakarta.

Mereka konsisten membongkar lem aibon, skandal Formula E, menolak kenaikan gaji yang menurut PSI  tidak penting, menggugat tender pembelian gorden yang tidak masuk akal, dan seterusnya.

Dalam kasus lem aibon, anggota PSI yang membongkar skandal itu bahkan diberi sanksi oleh Badan kehormatan DPRD

Karena kengototan sikap mereka,  mereka dimusuhi fraksi-fraksi lain.

Sekarang PSI lah yang mendukung Presiden soal RUU perampasan Aset, dan transaksi janggal Rp 349 T.

Sikap PSI soal intoleransi juga sudah teruji.

PSI terus menyuarakan protes secara terbuka terhadap pelarangan dan penyegelan rumah ibadah, teror terhadap umat yang sedang beribadah dan menjalankan keyakinannya, dan sebagainya

Yang terbaru, PSI lah satu-satunya parpol yang meminta agar Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri merevisi Peraturan Bersama tentang Pembangunan Rumah Ibadah.

Anehnya, parpol-parpol lain memilih diam dalam kasus-kasus penindasan hak asasi manusia itu.

Jadi buat saya, PSI adalah satu-satunya partai yang bisa saya harapkan memerangi korupsi dan intoleransi.  

Memang pasti ada yang bertanya, apakah PSI bisa lolos ke Senayan?

Jawabannya sederhana, ya PSI harus berjuang.

Saya sendiri sangat percaya, PSI akan lolos.

Saya percaya masih banyak rakyat Indonesia yang memilih secara rasional, yang akan memilih orang-orang jujur dan berintegritas, dan tidak mau memilih hanya karena dapat amplop sebagai anggota DPR.

Ada yang sinis mengatakan, dibutuhkan keajaiban bagi PSI untuk bisa lolos ke Senayan.

Kebetulan saya pernah memperoleh keajaiban, dan itu membuktikan Tuhan tidak akan membiarkan mereka yang memperjuangkan kebenaran bekerja sia-sia.

Miracle do happen.

Sebagai kata akhir, saya ingin mengajak semua pihak, dengan cara masing-masing, terlibat dalam upaya bersama menyelamatkan Indonesia.

Indonesia terlalu Indah untuk dibiarkan hancur karena kelakuan para penjarah.

Karena itu, kita harus mencegahnya.

Kita harus menjaga Indonesia.

Dan biarkan Tuhan menyelamatkannya.

Ayo gunakan akal sehat

Karena hanya dengan akal sehat, negara ini akan selamat

SALAM SOLIDARITAS