oleh

ALORA AND THE JOURNEY

Penulis : Marsaa Karintha Nabiil Darisman (Siswi MTs Negeri 2 Kota Tasikmalaya)

PANGGIL saja anak ini Lora. Nama lengkapnya Alora Syavallona. Anak pertama yang cerewet, cengeng, manja namun jangan lupakan jiwa kepemimpinannya yang .. tak semua orang tahu. Orang yang tak kenal dengannya memang mengenalnya dengan anak yang baik, cantik, si tinggi juga berkacamata, juga loyalitas dengan perkejaannya. Anaknya cukup aktif, ia tak pernah absen mengikuti setiap tugas yang di berikan guru  kepadanya. Entah wawancara ke rumah penulis, menghadiri launching buku, unjuk bakat, dan banyak lagi. Dia juga gampang berbaur, karna sifatnya yang humoris juga sangat mudah akrab.

Ia kini menduduki bangku kelas 2 SMP, tapi dengan keingin tahunya yang besar akan hal-hal baru, ia berhasil mendapati banyak pengalaman dari mulai taman kanak-kanak. Ah… sudahlah, membahas anak ini memang tak ada habisnya. Kadang kelakuannya yang tak bisa dijabarkan, ide-ide kreatif namun terkadang menggelitik perut, kemampuannya di bidang materi dan bakatnya yang membuat semua orang takjub.

Pengalaman kali ini yang di alami oleh lora adalah ia tiba-tiba saja dipilih menjadi calon ketua osis, dengan arti yang ia jabarkan adalah ‘tiba tiba sekali .. padahal aku yang akan mengajukan temanku, malah aku yang kepilih’. Menurut pengakuan anak ini, dia hanya ingin mengikuti jalannya mpk (musyawarah perwakilan kelas) dan ia pun tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia hanya hapal dengan kata kakak kelasnya ‘setiap perwakilan wajib memilih temannya untuk menjadi calon ketua OSIS angkatan selanjutnya’ yahhhhh … Jangan habis pikir saja, lora mengira ia menjadi perwakilan untuk membantu temannya unjuk diri dalam pemilihan calon ini. Dan saat pemilihan calon ketua OSIS, tiba tiba saja namanya terpampang jelas di papan tulis. Tidak banyak yang memvoting, tapi dia masuk 2 besar penentuan jabatan.

Selesai ia diwawancarai oleh ketua presidium sidang, ia menangis. Yapp, dia menangis entah apa yang ia rasakan. Saat kakak kelasnya menghampiri ia berkata ‘aku tidak bisa membuat visi misi … Huhuhuuuu bagaimana ini?’. Oh sungguh, sebenarnya bukan hanya itu saja alasan lora. Ia juga sudah memegang jabatan sebagai WAKAPOLSIS (wakil ketua polisi siswa) divisi 2, belum ia juga menjadi wakil bendahara di ekstrakurikuler badminton. Berat .. ini organisasi yang tidak main main, lora juga belum siap untuk memegang jabatan entah itu ketua OSIS atau wakil ketua OSIS. Oh ya satu lagi, ia juga anggota OSIS jabatannya sebagai anggota sekbid C (program pendidikan pendahuluan bela negara).

Sepulang dari sekolah dengan berbagai acara sebelum nya, seperti pemotretan, pengarahan, ia pun akhirnya membeberkan semuanya kepada orangtuanya. Ia bercerita bagaimana namanya tersebut di voting, sampai ia bercerita tentang apa saja yang harus ia siapkan untuk kedepannya. Orang tuanya tidak pernah melarang anaknya melakukan hal yang anak anaknya sukai, apalagi ini kan bermanfaat juga toh. Namun sebelumnya, orang tua lora juga menanyakan tentang kesiapan lora untuk kedepannya. Mereka hanya memastikan, bahwa anaknya siap sejak awal agar mempermudah untuk jalan kedepannya.

Lora awalnya juga ragu-ragu dengan semuanya. Mempertimbangkan kembali, beradu pikiran, meyakinkan dengan hati dam pikirannya, hingga akhirnya keputusan dari hati mungilnya muncul ‘ini memang berat .. tapi apa tidak kau coba saja? Kau bisa mengambil pengalaman dari itu semua kan? Bisa saja kau mendapat hal baru setelah ini, banyak pelajaran yang akan kau dapat juga kan? Orang orang disekitar mu juga mendukung mu, Aku tak memaksa dirimu … Tapi aku yakin diri ini bisa’.

Jarum jam terus berputar, menandakan waktu telah berganti sedemikian cepatnya. Lora sekali lagi termenung, memikirkan, merenungi, yaa bukan hanya tentang masalah kesiapannya untuk nanti. Tapi dia juga berpikir tentang resiko, konsekuensi, lalu apa saja yang harus ia ubah untuk membangun organisasi kedepannya. Mungkin tak bisa ia rubah sepenuhnya sikap cengeng, manja, dan cerewetnya itu, namun setidaknya ia bisa mengatur sikap yang mungkin harus ia atur komposisinya.

Jam menandakan sore hari, ia sekarang tengah berbicara lewat telfon dengan Alyra, teman yang sebentar lagi akan menjadi partner yaaa lebih jelasnya dia calon nomor urut dua ketua OSIS setelah Alora yang memenangkan urutan pertama sebagai calon ketua OSIS. Keduanya memiliki kemiripan yang sangat mencolok, sama sama berkacamata, nama yang hampir mirip, tahun dan bulan lahir yang sama tapi tidak dengan tanggalnya. Karna Alyra 2 hari lebih dulu ke bumi, lalu disusul oleh Alora.

Tiga jam sudah berlalu, menghabiskan waktu berdua untuk memikirkan visi misi lalu tak lupa membuat videonya. Karna sekarang di era digital ini, menjadikannya harus aktif di sosial media. Lihatlah sekarang, namanya dan nama temannya sudah tersebar luas dengan video visi misi yang pastinya sudah ditonton oleh seluruh siswa siswi. Tak lupa juga alumni dari angkatan sebelumnya melihatnya, karena video itu disebar juga lewat akun resmi Instagram sekolah.

Fajar berganti bulan, dan sekarang Alora mempersiapkan dirinya dengan berbagai macam pertanyaan yang ia cari di google yang berkaitan dengan ‘apa saja pertanyaan calon ketua OSIS?’. Yap! Dia berusaha untuk merangkai jawaban lalu menulisnya di buku kosong, agar saat di sekolah nanti ia bisa menghapal lalu juga biar tidak lupa katanya. Tak lupa, disampingnya sesosok pria paruh baya yang ikut membimbing anak perempuan satu satunya. Ia juga tak lupa mendukung putrinya untuk menjalani sesi tanya jawab yang katanya diselenggarakan 2 hari.

Noted: hari terakhir sesi tanya jawab calon ketua OSIS (Langsung sesi voting suara)

Kini, Alora tengah duduk dengan hawa dingin yang menusuk sekujur tubuhnya. Ini hari terkahir sesi tanya jawab, okeh .. Alora berusaha untuk tetap tenang. Karena jika ia terbawa suasana gugup begini, bisa saja materi yang ia hapal tiba tiba hilang di kepalanya entah lari kemana.

Sesosok siswi berjalan lalu mengambil mic dan menghadap ke arah kedua Paslon, termasuk Alora “Apa yang menjadikan anda yakin bahwa anda bisa menjadi ketua OSIS?” Tanyanya.

Baiklah, sesi jawab ini bisa siapapun yang menjawab dulu, entah itu Alora ataupun Alyra. Alora perlahan mengatur nafasnya, sebelumnya ia mengacungkan tangannya tanda bahwa ia siap untuk menjawab pertanyaan siswi itu, setelah diizinkan lalu ia berdiri, mengambil mic lalu berdiri menghadap para siswa siwi “izin menjawab pertanyaan, yang membuat saya yakin bahwa saya bisa menjadi ketua OSIS adalah karena adanya dorongan dari orang orang sekitar saya. Saya memang awalnya tidak yakin, namun karna support dari rekan rekan saya, membuat saya bangkit dan saya percaya  apapun jabatannya saya insyallah siap untuk menjalankannya, termasuk menjadi ketua OSIS” jawabnya.

Setelah memberikan jawaban, suara tepuk tangan mewarnai jawaban yang dilontarkan Alora. Ia memang tidak tahu jawabannya benar di mata siswa, guru dan Kaka kelasnya. Karena ia menjawab pun sesuai apa yang ada dalam dirinya dan hat nuraninya. Masih belajar .. jadi maklum saja.

Akhirnya, sesi tanya jawab berakhir dengan riuhan tepuk tangan dari para siswa siswi, guru-guru, tak lupa Kaka kelas dan alumni yang menyempatkan hadir. Helaan nafas lega dari kedua Paslon terasa, mereka memeluk satu sama lain, keduanya memprioritaskan kebersamaan, kekompakan, karna itulah kunci paling utama dari sebuah hubungan antar manusia. Dihadapan mereka sebuah papan tulis telah terpampang jelas dengan deretan bagan yang akan menjadi penentuan jabatan. Alora pasrah saja dengan pemberian Tuhan, bersyukur itu paling penting, bersaing boleh tapi ingat jangan mau di bawa oleh hawa nafsu yang mengelilingi pikiranmu. Intinya, terima saja.

Tanpa lama lama voting suara dimulai. Diawali dengan melesatnya jumlah suara Alyna. Alora tetap berdoa kepada Tuhan, itu jalan terbaik. Lihatlah, dua insan ini tengah menguatkan satu sama lain, berdoa dalam genggaman tangan yang saling menyatu. Hari mulai semakin panas, voting sebentar lagi berakhir. Alora tak percaya, di detik terakhir ini jumlah suaranya melambung tinggi. Angkanya sudah melebihi angka Alyra, sedikit lagi. Dan akhirnya di akhir suara, ternyata keluarla nomor urut Alora yang menjadi pertanda bahwa ia adalah ketua OSIS.

Rekan rekan polsisnya adalah manusia pertama yang memeluk Alora, melontarkan kalimat selamat yang membuat sang empu menangis didalam dekapannya. Tak lupa juga, Alyra memeluk Alora yang resmi menjadi partnernya. Alora tak berkata kata, ia juga tak bisa mengungkapkan bagaimana perasaannya kali ini. Senang tidak, sedih tidak, kecewa tidak, tapi ia menyimpulkan dalam hatinya ‘aku tak bisa mengartikan dalam kata kesenangan, kesedihan, ataupun lainnya .. aku hanya mampu mengatakan bahwa aku bersyukur .. aku beryukur dengan Tuhan yang selalu ada di sampingku, bersyukur dengan orang orang di sekitarku, juga bersyukur atas kemampuan diriku sendiri’

Selamat atas semua kerja kerasmu Alora, jangan pernah merasa bangga dengan jabatanmu. Ingat, itu hanya sementara. Lalu jika harus bangga kepada siapa? Banggalah kepada diri sendiri, yang sudah bertahan, berdiri, sampai di detik ini. Jangan lupa kata ‘bersyukur’ harus menggiring mu di manapun kamu berada. Ambilah setiap langkah demi langkah, tak apa jika perlahan toh namanya juga belajar. (###

Komentar