Analisis Klaim tentang Asal Usul dan Perpindahan Hajar Aswad

By Green Berryl & Pexai

DALAM jawaban yang diberikan, AI membuat beberapa klaim tentang Hajar Aswad yang perlu dianalisis secara kritis dengan membandingkannya terhadap sumber-sumber sejarah dan tradisi Islam yang tersedia. Laporan ini akan mengevaluasi akurasi klaim-klaim tersebut berdasarkan bukti yang ada.

Identifikasi dan Lokasi Hajar Aswad

Klaim pertama bahwa “Hajar Aswad, atau Batu Hitam, adalah sebuah batu yang dianggap suci dalam Islam dan terletak di sudut tenggara Ka’bah di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi” adalah akurat. Hajar Aswad memang merupakan batu yang dihormati dalam tradisi Islam dan terletak di sudut tenggara Ka’bah[2][7]. Batu ini berbentuk seperti telur dengan warna hitam kemerah-merahan dan dibingkai dengan perak setebal 10 cm buatan Abdullah bin Zubair, seorang sahabat Rasulullah SAW[7].

Asal Usul Hajar Aswad Menurut Tradisi Islam

Namun, klaim bahwa “Menurut sejarah, Hajar Aswad awalnya terletak di Petra, Yordania” tidak didukung oleh sumber-sumber tradisional Islam. Berdasarkan tradisi Islam yang kuat, Hajar Aswad diyakini berasal dari surga dan dibawa ke bumi oleh Malaikat Jibril[3][7][11].

Tradisi Islam menyebutkan bahwa:

1. Hajar Aswad adalah batu yang diturunkan dari surga, yang pada awalnya berwarna putih lebih putih dari susu, dan berubah menjadi hitam karena dosa-dosa manusia[2][3][7][10][13].
2. Batu ini diberikan kepada Nabi Ibrahim oleh Malaikat Jibril ketika Ibrahim dan Ismail sedang membangun Ka’bah[7].
3. Batu ini dipasang utuh ke dinding Ka’bah oleh Nabi Muhammad pada tahun 605 M, lima tahun sebelum wahyu pertamanya[2].

Perpindahan dan Pencurian Hajar Aswad

Klaim bahwa “Hajar Aswad dipindahkan ke Mekkah oleh suku Quraisy pada abad ke-5 Masehi” juga tidak didukung oleh bukti historis yang kuat. Sebaliknya, sejarah mencatat beberapa peristiwa penting terkait Hajar Aswad:

1. Peristiwa penempatan kembali Hajar Aswad oleh Muhammad (sebelum kenabian) terjadi ketika Ka’bah direnovasi oleh suku Quraisy akibat kerusakan karena banjir. Terjadi perselisihan di antara suku-suku Quraisy tentang siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad, dan Muhammad dipilih untuk menyelesaikan konflik tersebut[15].
2. Hajar Aswad pernah dicuri oleh kelompok Syiah Qarmatian pimpinan Abu Tahir Al Qarmuthi pada tahun 317 Hijriah (930 M) dan dibawa ke Bahrain selama 22 tahun sebelum akhirnya dikembalikan pada tahun 952 M[5][10].
3. Selama pencurian tersebut, Qarmatian melakukan pembantaian terhadap 30.000 jamaah dan merusak berbagai bagian Ka’bah, serta berupaya mengalihkan ibadah haji dari Mekkah ke wilayah mereka di Al Hasa, Bahrain, namun upaya tersebut gagal[5][10].
4. Selain pencurian oleh Qarmatian, Hajar Aswad juga pernah rusak selama pengepungan Mekkah oleh Umayyah pada tahun 683 M, dan kemudian diperbaiki dengan menggabungkan pecahannya menggunakan ligamen perak murni oleh Abdullah bin Zubair[10].

Klaim tentang Petra

Perlu dicatat bahwa referensi tentang Petra dalam hasil pencarian[4] dan[9] berbicara tentang Petra sebagai kota bersejarah di Yordania selatan yang dibangun oleh kerajaan Nabatean, bukan sebagai lokasi asal Hajar Aswad. Petra dalam bahasa Yordania berarti “batu” dan kota ini terkenal karena bangunannya dipahat dari tebing batuan besar[9].

Referensi[14] memang menyebutkan tentang pemindahan “Black Rock” dari Petra ke Mekkah, tetapi ini adalah pernyataan dari Dan Gibson dalam sebuah video, bukan fakta sejarah yang diakui secara luas dalam tradisi Islam atau penelitian akademik.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis terhadap sumber-sumber yang tersedia, klaim bahwa Hajar Aswad berasal dari Petra, Yordania dan dipindahkan ke Mekkah oleh suku Quraisy pada abad ke-5 Masehi tidak didukung oleh tradisi Islam maupun bukti historis yang kuat. Tradisi Islam secara konsisten menyatakan bahwa Hajar Aswad berasal dari surga dan telah menjadi bagian dari Ka’bah sejak zaman Nabi Ibrahim dan Ismail.

Peristiwa perpindahan yang tercatat dalam sejarah adalah pencurian oleh kelompok Qarmatian pada abad ke-10 M, bukan perpindahan dari Petra oleh suku Quraisy pada abad ke-5 M. Ketidakakuratan dalam klaim-klaim tersebut menunjukkan pentingnya verifikasi informasi dengan sumber-sumber yang tepercaya dan diakui.

CITATIONS: