oleh

Anton Charliyan: “Kerajaan Galuh Lahir dan Besar dengan Semangat Perdamaian dan Kebersihan Hati”

Ciamis, LINTAS PENA

Pada hari Minggu 9 September 2019, Irjen Pol (Purn) Dr.H.Anton Charliyan,MPKN tampak bersemangat mengikuti acara puncak peringatan  Gong Perdamaian Dunia (Word Peace Gong) yang berlangsung di komplek objek wisata Situs Budaya Ciung Wanara Karangkamulyaan Kec.Cijeungjing Kab. Ciamis. Apalagi melihat antusiasnya ribuan warga masyarakat yang ingin menyaksikan puncak peringatan 9 tahun keberdaan “Gong Perdamaian” yang diresmikan pada 9 September 2019 yang lalu.

Kehadiran mantan Kapolda Jawa Barat ini memang cukup beralasan, karena Anton Charliyan adalah  penggagas berdirinya Gong Perdamaian Dunia di Ciamis sejak 9 September 2009. Pada saat itu, Anton Charliyan masih menjabat Kapolwil Priangan yang sangat peduli terhadap budaya Sunda.Pada peringatan kali ini dikemas dalam bentuk Pesona Galuh Nagari sehingga menarik perhatian masyarakat dari berbagai daerah, termasuk turis asing.

“  Saya memang memilih komplek Situs Budaya Ciungwanara, Karangkamulyan sebagai tempat Gong Perdamaian Dunia, tiada lain karena Kerajaan Galuh Purba tidak pernah terlibat perang, selalu mengutamakan perdamaian .Damai berasal dari Tatar Sunda (Pasundan), tepatnya di Kuta Purba Galuh Karangkamulyaan ini. Gong Perdamaian Dunia ada di sini, karena tanah Sunda. Dari sini pula generasi penerus dapat tetap menjaga perdamaian,”papar pria kelahiran Tasikmalaya ini.

Gong Perdamaian Dunia ini ditempatkan di Ciamis, menurut Anton Charliyan, karena Tatar Galuh ini sebagai cikal bakal perdamaian di dunia.”Ide   dan gagasan berdirinya Gong Perdamaian Dunia di Kuta Galuh Purba di Situs Karangkamulyan ini atas pertimbangan bahwa Kerajaan Galuh merupakan kerajaan yang lahir dan besar dengan semangat perdamaian dan kebersihan hati (galuh).

Karena itu, menurut Jenderal Polisi yang Nyantri ini, bahwa  membangun kekuatan dan kedamaian merupakan kunci adanya perdamaian. Selain itu, dalam tahun politik ini, berharap agar tidak sampai terpecah belah sesama anak bangsa.“Tidak boleh menghujat. Saling menjelekkan itu bukan budaya Indonesia, itu budaya asing. Jadi mari kembali pada jatidiri budaya Indonesia yang cinta damai, apalagi  sesama saudara dan sebangsa,”tuturnya.

Sebagai pendiri dan penggagas World Peace Gong di Situs Karangkamulyaan ini, Anton Charliyan tentu saja mengetahui seluk beluk Kerajaan Galuh yang selalu damai. Dalam konsep pemerintahan Kerajaan Galuh, menurutnya, ada tiga peran yakni Ratu (Raja/eksekutif), Resi (yudikatif), dan Rama (Legislatif). Rama dan Resi bisa menurunkan raja dan mengangkat raja yang baru. Semacam trias politica. Itu sudah ada sejak era Kerajaan Galuh Purba,” katanya. Dari berbagai literasi dan peninggalan sejarah,   pada tahun 737 masehi terjadi pertikaian antara Raden Manarah (Ciung Wanara) dari Galuh dengan Raden Sanjaya (Raja Kalingga). Padahal mereka masih bersaudara satu turunan. Pertikaian tersebut dapat memicu perang saudara. Akhirnya Resi dan Rama turun tangan mencari cara damai lewat musyawarah (sawala).Nah, dari musyawarah tersebut menghasilkan 10 seruan damai,

(1) menyudahi permusuhan (mawusana panyatrawanan)
(2) bekerjasama (atuntunan tangan),
(3) saling membantu (paras paropakara),
(4) menjalin persahabatan (mitra samaya),
(5) tidak boleh balas dendam (paribhaksa),
(6) penyelesaian dengan damai (telasaken apa kenak),
(7) pertemuan/sialturahmi dan musyawarah (mapulung rahi),
(8) semangat persaudaraan (kaharep saduluran),
(9) tidak saling menyerang (parapura) dan
(10) menghormati yang berhak (maryapada sakengsi tutu).

Anton Charliyan menjelaskan pula, bahwa gong sebagai perlambang perdamaian dunia tersebut memiliki diamater 333 sentimeter, disertai gambar bendera dari 218 negara serta 10 lambang agama yang ada di dunia. “Penempatan gong perdamaian dunia tidak sembarangan, namun berdasarkan pada keputusan para pemangku kebijakan Yayasan Gong Perdamaian Dunia yang memiliki anggota di 273 negara di dunia,”tuturnya.

Sebelum mengakhiri obrolannya dengan LINTAS PENA dan NUANSA POST, Irjen Pol (Purn) Dr.H.Anton Charliyan yang merupakan tokoh masyarakat Jawa Barat ini berharap, semoga saja simbol perdamaian yang kita rayakan kali ini berdampak pada Pemilu yang akan dihadapi sebentar lagi .

Selain Anton Charliyan, yang hadir pada puncak peringatan “Gong Perdamian Dunia” tersebut antara lain   Abah Gede (sesepuh Pajajaran); Raja Galuh Rd Hanif Radinal Muchtar; , Dr H Wasdi Ijudin (Asda II pemkab Ciamis mewakili Bupati Ciamis); Kapolres Ciamis, AKBP Bismo Teguh Prakoso; Kasdim Kodim 0613 Ciamis, Mayor Inf Nurohman, mewakili Dandim; Dr Hj Meri (Yayasan Pajajaran); H Ajat Naratas (tokoh masyarakat Tatar Galuh Ciamis); dan Ketua MUI Desa Karangkamulyan..(REDI MULYADI)***

           

Komentar