oleh

Anton Charliyan: “Sudah Tepatkah Kebijakan Lockdown dan Pencegahan Covid 19 Saat Ini?”

Kota Tasik, LINTAS PENA

Mantan Kapolda Jabar Irjen Pol (Purn) Dr.H.Anton Charliyan,MPKN bicara banyak terkait upaya pencegahan virus corona (Covid-19) yang harus dilakukan seluruh masyarakat Indonesia, juga dia pun bicara soal makna lockdown yang belakangan ini mengemuka serta menjadi perbincangan public.

“ Dalam hal lockdown, misalnya, jangan salah paham dulu. Kita harus tahu dulu, apa sebetulnya makna lockdown yang kini merebak dan menjadi pembicaraan publik. Lockdown itu orang tidak boleh keluar rumah, transportasi semua berhenti, yang namanya bus, kendaraan pribadi, sepeda motor, kereta api, pesawat berhenti semua, kegiatan kantor berhenti semua. Jika lockdown ini diberlakukan secara serentak dan nasional, tanpa koordinasi dengan pemerintah pusat, jelas dampaknya sangat besar bagi masyarakat.”jelas Abah Anton panggilan akrab Anton Charliyan.

Pemerintah Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi, lanjut Anton Charliyan, tidak gegabah mengambil keputusan untuk melakukan lockdown. Presiden Jokowi sudah memikirkannya secara matang dari berbagai aspek sebelum melakukan tindakan, terutama rakyat Indonesia “Wajar daerah ingin mengontrol daerahnya masing-masing untuk mencegah masuknya Covid-19 dan saya setuju. Namun demikian, pemerintah daerah tidak boleh melakukan keputusan keputusan besar, misalnya karantina wilayah yang cakupannya luas atau disebut juga lockdown, tanpa ada koordinasi dengan pemerintah pusat. Saya setuju dengan pendapat Presiden bahwa  , pemerintah tidak mengambil jalan lockdown, agar aktivitas ekonomi tetap ada. Artinya, semua kebijakan dipelajari pemerintah dan disesuaikan dengan kondisi negara Indonesia, geografis, demografi, budaya dan juga kemampuan fiskal.”paparnya.

Selanjutnya, “Sang Jenderal Relawan Virus Corona” Anton Charliyan menjelaskan, bahwa pencegahan Covid 19 saat ini, kalau kita perhatikan dengan seksama sepertinya lebih mengutamakan kepada antisipasi dampak penyebaran sekundernya, bukan kepada aspek primer inti dari penyebab Penyakitnya tersebut. Kenapa hal tsb bisa menyebar  sehingga membuat suasana jadi panik, terbukti dengan maraknya masker dan hand Sanitizer pencuci tangan serta adanya kebijakan lockdown , bukan pencegahan melokalisir titik sumber penyebar utama dari penyakitnya tsb.

“Karena kalau titik sumber penyakitnya sudah bisa di kunci dan dilokalisir, otomatis penyebaranyapun bisa ditekan seminimal mungkin, karena sudah jelas dari awal. sumber penyebar tsb melalui batuk, bersin, berdahak meludah dan kontak langsung ( B3MK) bukan melalui udara, dan masyarakat harus disosialisasikan betul akan hal ini sehingga tidak salah faham yang akhirnya jadi panik.  Sebetulnya kuncinya utama dari semua ini  , yaaa Harus lokalisir max sumber Primernya dulu, yakni Disiplin dalam tata cara B3MK tsb (Batuk Bersin Berdahak Meludah dan Kontak langsung ). “ujarnya

Anton Charliyan menambahkan, jika perlu saat ini dibuat aturan keras , selain wajib masker, dilarang berkumpul dan sterilisasi  yang sudah dilakukan, bisa lebih ditekankan kepada hal primer penyebab penyakitnya misal :

1.Dilarang B3MK ditempat umum dan dihadapan orang lain, tapi harus ditempat tertentu yang aman misal antara lain di toilet

2.Setiap Batuk Dahak Ludah dan Bersin harus ditutup pakai Tisue atau Saputangan , dan sampahnya tidak dibuang sembarangan tapi wajib dibakar,dg demikian setiap orang wajib bawa Tisue dan Saputangan.

3.Setiap Habis Batuk Bersin Dahak & meludah wajib cuci tangan dengan antiseptik atau sabun hygienis

4.Yang kedapatan B3MK tidak pakai penutup dan tidak cuci tangan diberi sangsi diumumkan di medsos medsos dan didenda misal 10.000.000.

5.Tata cara salaman sementara cukup dari jarak jauh

6.Pelayanan pelayanan ditempat umum wajib pakai kaos tangan.

7.Tempat tempat umum wajib menyediakan sabun cuci dan antiseptik .

8.dll

“Insya Allah akan lebih efektif dan tidak perlu adanya lockdown yang akibatnya pasti akan mematikan perekonomian rakyat dan negara.. Jadi kalau menurut kami, pemerintah dan kita semua harus mampu melakukan upaya pencegahan maximal dulu , jangan langsung membuat keputusan dan kebijakan lockdown. Keputusan lockdown adalah keputusan frustasi yang sangat berbahaya, karena jelas  akan mematikan dan melumpuhkan mata pencaharian langsung masyarakat kecil, yang memang harus mencari  makan, mencari sesuap nasi utk kehidupan sehari harianak istri dirumah. Ini masalah “Kampung Tengah” ..Ini masalah perut yang tidak bisa ditawar tawar lagi. dimana hal tsb tidak mungkin saat ini bisa diganti atau ditanggulangi oleh negara. Makanya keputusan lockdown ini jangan sampai seperti di Itali yang rakyatnya nota bene lebih maju dan disiplin dari negara kita, yang akhirnya menyebabkan kerusuhan dan penjarahan massal .karena berdampak langsung kepada masalah perut rakyatnya lapar. Covid hanya menyangkut sekelompok tertentu, tapi masalah Kampung Tengah alias Perut menyangkut Seluruh lapisan Masyarakat tanpa terkecuali . Semoga bisa menjadi renungan dan pembelajaran bagi kita semua.  “pungkasnya. (REDI MULYADI)***