oleh

Belajar Bebas Tanpa Kelas Selama Pandemi Covid 19

Oleh: Sutrisna, S.Pd.Sd (Guru SDN 2 Tanjung-Kota Tasikmalaya)

PEMBATASAN sosial berskala besar atau kita lebih mengenal istilah PSBB memaksa kita untuk membatasi kegiatan yang bersifat kerumunan. Keadaan yang dipicu adanya virus corona ini memaksa kita menyesuaikan keadaan. Termasuk didalamnya kegiatan belajar mengajar yang kini tidak bisa dilaksanakan di dalam kelas. Semua kegiatan di dalam kelas harus berubah dan berpindah menjadi kegiatan dalam jaringan atau daring. Dalam pelaksanaanya muncul banyak sekali permasalahannya. Namun suka atau tidak suka kita harus tetap menjalankannya. Agar masa depan putra putri kita tidak menjadi generasi “bodoh” karena tidak belajar.

Anggapan bahwa belajar harus didalam kelas pun ternyata turut menyumbang permasalahan yang terjadi selama pembealajaran daring. Guru, siswa maupun orang tua menganggap bahwa pembelajaran yang baik aruslah dilakukan didalam kelas, dengan meja, bangku, seragam yang tertentu. Maka ketika pembelajaran dilaksanakan secara daring semua merasa gelagapan dan kaget, dan merasa tidak sempurna kegiatan pembelajarannya. Guru merasa saat berada didalam kelas pembelajaran terasa lebih bermakna, begitu juga kebanyakan orang tua merasa cukup sudah memberikan pembelajaran dengan menitipkannya ke sekolah. Kalaupun orang tua mengevaluasi hasil belajar anaknya itu dilakukan tidak secara rutin, mungkin hanya seminggu sekali atau sebuln sekali gahkan mungkin hanya di evaluasi ketika siswa menerima raport/ laporan hasil pendidikan dari sekolah.

Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah begitu saja dengan kebijakan menghentikan kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Hal ini tentu didasari atas rasa kasih sayang negara terhadap rakyatnya agar kesehatan warganya tetap terjaga. Dan tentu saja setiap kebijakan pasti memiliki resiko ada yang dikorbankan. Dalam hal ini pemerintah menyiasatinya dengan mengehntikan dulu kegiatan belajar secara tatap muka dan mengalihkan nya menjadi pembealjaran dari. Kegaitan bealjar yang sam sekali tidak menggunakan kelas, bahakn ada yang membebaskan saat belajarnya tanpa menggunakan seragam dan menggunakan baju biasa.

Saat inilah paradigma belajar harus dikelas kita rubah, belajar tidak lagi hanya masalah kegiatan transfer ilmu maupunperubahan prilaku yang dibatasi oleh dinding. Namun lebih dari itu kegiatan belajar mengajara adalah suatu proses perubahan prilaku dan pengetahuan yang tidak dibatasi oleh dinding maupun meja dan kursi. Belajar harus bebas dimana saja dan kapan saja. Termasuk saat pandemi seperti sekarang maka apapun jenis dan media dan ruang belajarnya harus mampu menjadi sarna dalam perubahan prilaku dan pengetahuan.

Kita harus merubah anggapan bahwa belajar akan terasa maksimal saat didalam kelas, dan merubahnya menjad bahwa kita bisa belajar dimana saja. Dengan kebebasan belajar mengajar ini maka dengan izin Alloh tuhan yang maha esa kita bisa melalui pandemi ini, tanpa menghasilkan residu generasi “bodoh” karena tidak mendapatkan pelajaran yang baik. Guru, siswa, dan orang tua bisa saling bahu membahu guna membuktikan bahwa generasi yang saat ini sedang menempuh pendidikan bukanlah generasi yang gagal hanya karena kegiatan belajar mengajarnya tidak dilakukan di sekolah atau di ruang kelas.

Guna menunjang agar kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung dengan baik pemerintah bahakan menggelontorkan sejumlah dana untuk menstimulus pembelajaran siswa melalui bantuan subsidi quota. Tentu maksud dari pemeberian bantuanini adalah agar kegaitan bealjar mengajar tetap berlangsung dnegan optimal dan maksimal tanpa terbelenggu oleh ruangan kelas. Pemerintah berharap kita semua mampu menerapkan bebas bealajar guna menyelamatkan generasi kita dari generasi “bodoh”.itulah makna sesungguhnya dari bebas belajar diluar kelas.(@@

Komentar