oleh

Benarkah Rumah Mantan Kapolda Jabar Anton Charliyan Sangat Mewah ?

Oleh: Redi Mulyadi (Pemimpin Redaksi Tabloid LINTAS PENA, Pemimpin Umum NUANSA POST dan LINTAS HUKUM INDONESIA)

PADA hari Senin 11 Juli 2022, saya sempat tertegun tatkala membaca sebuah media online https://www.99.co bertajuk  “Mewah dan Mencolok, Intip 6 Potret Rumah Pensiunan Jenderal Polisi Anton Charliyan di Tasikmalaya. Ada Patung Harimau! “ ditayangkan 10 Juli 2022. Kemudian saya tersenyum sendiri setelah membaca seluruh isi tulisan tersebut. Walau tulisan tersebut bukan kaitannya dengan masalah adanya unsur politik, karena hanya membahas masalah desain rumah saja, tetapi hati saya berkata lain. Sebab dikatakan, bahwa rumah itu “mewah dan megah” menjadikan hati saya menggelitik untuk membuat tulisan ini.

            Kenapa menggelitik hati saya? Sebab, rumah seorang jenderal bintang dua (Irjen Pol Purn.Dr.H. Anton Charliyan,MPKN) yang sederhana dan berada di Kota Tasikmalaya (bukan di wilayah Jakarta), koq bisa di bilang mewah dan megah?

            Justru rumah tua sederhana tanpa ada pos pengamanan sebenarnya tidak layak dihuni seorang jenderal polisi (Inspektur Jenderal). Sangat jauh berbeda dengan pejabat lain terutama dari kalangan selebritis atau pengusaha.

            Karena saya asli orang Tasikmalaya dan mengetahui soal rumah yang berada di Jln. Kapten Naseh – Simpang Lima Kota Tasikmalaya. Seingat saya dan saya sempat bertanya kepada warga sekitar ketika direnovasi beberapa tahun lalu, bahwa rumah tersebut adalah rumah milik orangtuanya yang sudah ada sebelum zaman kemerdekaan. Begitu menjabat Kapolda Jabar, Anton Charliyan barulah merevonasinya mengingat beliau akan sering berkunjung kepada Sang Ibunda yang menempatinya dan merenovasinya teramat sederhana. “Saya merenovasi rumah tua ini tidak akan merubah arstektur yang ada sebagai zaman tempo dulu,agar generasi penerus mengetahuinya, bahwa rumah tua ini menggambarkan bahwa Indonesia pernah dijajah Belanda. Saya tidak akan merubahnya dengan arsitektur modern.”ungkapnya

            Selain itu, saya sempat mengkritik dan bertanya kepada salah seorang tukang bangunan.”Saya heran, seorang Kapolda koq cuma bisa merenovasi rumah tua, bukannya membangun sebuah rumah megah dan mewah di kawasan perumahan elite seperti di Jakarta atau Sentul Bogor,”katanya.

            “Abah Anton (panggilan akrab Anton Charliyan) hanya merevovasi rumah tua milik orangtuanya, yang kebetulan saat ini ditempati Amih (panggilan Ibunda Anton Charliyan) masih hidup Selama ini ditempati Amih dan adik kandung Abah Anton. Dan renovasinya pun urunan dari 8 orang putra puterinya.”

            Karena memperbaiki rumahnya hasil urunan/patungan bersama 8 orang saudara kandungnya, maka memperbaikinya teramat sederhana, begitu pun isinya. Tak ada yang istimewa. Bahkan saya sempat kritik, ini rumah orangtua seorang jenderal, koq gak ada Pos Satpam untuk menjaga keamanan sebagaimana pejabat/jenderal. Letak bangunan dengan jalan sendiri tak ada jarak.

            Saya sempat mencari tahu keberadaan rumah tua dengan arsitektur Belanda tersebut untuk bahan tulisan. Konon ceritanya, rumah yang berada di pusat kota itu awalnya  merupakan tempat peristirahatan Adipati Sukapura ke VIII, Dalem Anggadipa 2 atau lebih dikenal Dalem Sepuh, setelah dilengserkan Pem Belanda karena menolak Tanam paksa Pohon Nila pada Thn 1811. Karena dalam kondisi berduka ( Ngalanglayung ), maka daerah tsb disebut Panglayungan , dimana kondisi rumah saat itu konon masih setengah kayu belum permanen tembok. Baru pada sekitar thn 1898 rumah kayu tsb dibangun permanen karena dijadikan markas KNIL di Wilayah Priangan Timur.

            Setelah beres direnovasi rumah berwarna putih itu, saya sempat berkunjung beberapa kali, bukan untuk menemui Anton Charliyan yang masih aktif sebagai WAKALEMDIKLAT POLRI, tapi bertemu dengan saudaranya. Saya sempat terheran-heran, karena ruang tamu dan ruang tengah rumah itu sangat sederhana, dan meja kursinya saja model zaman dulu meski bahannya kayu jati. Juga isi rumahnya (barang-barang/ornamen) sangat sederhana untuk ukuran pangkat seorang jenderal. Saya berpikir, jika saja tidak direnovasi, mungkin rumah ini mirip “rumah hantu” sebagai rumah tua peninggalan zaman tempo dulu. Tidak ada kesan megah dan mewah sebuah rumah seorang jenderal polisi bintang dua sebagaimana ditulis media online tersebut yang sangat berlebihan…..

            Karena penasaran dengan pemberitaan/tulisan di media online tersebut, yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, saya pun konfirmasi ke Anton Charliyan melalui pesan singkat whatsapp pada hari Senin (11 Juli 2022) pukul 16.00 WIB

            Anton Charliyan hanya  berucap “Apa kira-kira tidak boleh leluhur kita punya rumah bagus ????, Padahal sebagaimana kita ketahui,  banyak pejabat-pejabat sekarang dapat rumah dll , saat sedang atau setelah menjabat, kalau rumah Abah yang saat ini ditempati alhamdulillah sudah ada sejak zaman dahulu dahulu kala, sejak Abah bahkan kakek abah belum lahir. Terus terang abah sendiri sd saat ini malah belum punya rumah tetap sebagai milik pribadi….”ungkapnya

“Sekali lagi ,alhamdulillah   untuk penayangan berita di media online https://www.99.co tentang  rumah kita yang dianggap mewah tsb, tidak pernah ada konfirmasi. Langsung aja disebut sebagai rumah milik pribadi Anton Charliyan, padahal milik orang tua yang saat ini masih ada tinggal di rumah tsb …….”jelas Abah Anton yang saat ini dipercaya sebagai  4 pimpinan umum media resmi, yakni ; Media Mitra Pol, Warisan Budaya Nusantara, Indoglobe News, Tribata News, bahkan pernah jadi owner media Metropolitan Live.

            “Dan ini rumah di kampung  permeternya tidak sampai 10 juta, paling 8 juta/meter  luasnya hanya 720 M .Kebetulan Tanah sudah ada dan tidak perlu beli, dimana renovasi perbaikan saat itu hanya Rp.1,5 Milyar, apa sebuah kemewahan hebat jika seandainya seorang jenderal, yang sudah bekerja lebih dari 30 tahun punya celengan 1,5 milyar ? Padahal sebuah rumah di Pesona Kayangan Depok saja bisa mencapai Rp.20 milyar lebih dengan luas rata rata 1000 meter….belum bicara Pondok indah, Menteng atau Kelapa gading…. rumah disana harga rata-ratanya 75 sd 100 milyar.”tutur mantan Kadiv Humas Polri ini.

            Semoga tulisan saya ini bisa meluruskan tulisan yang ditayangkan sebuah media online tersebut, karena kesannya gimana gitu lho….! Terlalu berlebihan.(***

Komentar