oleh

Bentuk Kejahatan Pikiran

Oleh:  Eyang Heru Semar (Paguyuban Kediri Garuda Nusantara,Desa Pamenang Kec Pagu Kediri)

KITA semua dapat melihat dengan jelas bentuk-bentuk kejahatan yang dilakukan tubuh dan lisan. Tapi sedikit orang yang dapat melihat dengan jelas bentuk-bentuk kejahatan yang dilakukan oleh pikiran. Oleh karena itu saya terdorong untuk menguraikannya saat ini.

Keserakahan dan kebencian merupakan kejahatan terbesar pikiran. Sebagian orang menyebut bahwa bentuk-bentuk keserakahan dan kebencian itu merupakan bentuk mental, bukan pikiran. Maka bolehlah disebut demikian. Sebab yang dimaksud dengan pikiran itu merupakan kelompok kesadaran, persepsi, ingatan, perhatian, pencerapan dan ide-ide atau konsep.

Sedangkan kelompok ini tidaklah muncul kecuali karena bentuk-bentuk mental. Kebencian contohnya, muncul dari kesadaran, perhatian, pencerapan, kehendak dan konsep-konsep. Jika salah satunya tidak muncul, maka kebencian itu tidak akan muncul.

Misalnya jika ada orang menghina kita dengan ucapannya, maka tidak akan tumbuh kebencian jika kita hanya mendengar, menyadari, dan memperhatikan saja dengan benar. Kebencian muncul ketika kita sendiri memiliki kehendak untuk dihargai dan berpikir tentang konsep-konsep tentang harga diri. Maka konsep-konsep dalam pikirannya itulah yang kemudian memunculkan kebencian.

Maka tidak berlebihan jika kemudian saya menyebut kebencian itu merupakan bentuk kejahatan pikiran. Yakni, jika seseorang membenci orang lain, sebenarnya dia melakukan sesuatu dengan pikirannya terhadap orang itu. Dan itu akan berdampak buruk terhadap dirinya sendiri dan orang lain yang dia benci.

Bentuk keserakahan dan kebencian itu juga bermacam-macam kadarnya. Mulai dari tingkat yang paling kasar hingga pada tingkat yang paling halus. Orang awam dapat melihat bentuk-bentuk keserakahan dan kebencian yang kasar yang terungkap lewat tubuh, ucapan atau perangai wajah. Tetapi bentuk-bentuk keserakahan dan kebencian yang lebih halus terdapat hanya dilihat oleh para meditator yang pikirannya telah terlatih.

Para meditator tidak akan membiarkan pikiran-pikiran sensual muncul dalam pikirannya. Pikiran-pikiran sensual adalah bibit kejahatan. Apakah pikiran sensual itu? Semua pikiran yang menimbulkan perasaan menyenangkan dan perasaan membencikan, itulah yang dimaksud dengan pikiran sensual. Pikiran sensual merupakan bibit semua bentuk kejahatan.

Hal lain yang menjadi sumber kejahatan adalah keyakinan yang sesat. Tapi kalau kita telusuri sampai akarnya, awal mula munculnya keyakinan yang salah itu juga tak lain adalah keserakahan dan kebencian yang sangat halus bentuknya. Bentuk-bentuk kejahatan yang halus merupakan bibit kejahatan yang kasar.

Orang awam menghindari perbuatan serakah dengan cara menghindari korupsi. Ini sudah baik. Tapi meditator dapat melihat bahwa kehendak untuk berpikir saja merupakan bentuk keserakahan yang besar. Ketika seorang pemula disuruh untuk bermeditasi, pikirannya tidak sanggup untuk diam.

Selalu saja menerawang kesana kemari. Hal itu karena keserakahan pikirannya. Dan ini menimbulkan bahaya besar, yaitu bahwa akan datang suatu penderitaan kepadanya karena keserakahan itu. Sedangkan para meditator yang telah mahir, pikirannya tidak mengembara kecuali atas izinnya sendiri. Ini merupakan tanda bahwa sifat serakah telah musnah dalam dirinya.

Orang awam menghindari hal-hal yang menyenangkan tapi haram. Tapi meditator menghindari hal-hal yang menyenangkan, walaupun halal. Karena melihat bahwa setiap bentuk kesenangan duniawi akan membawa petaka. Hal-hal menyenangkan walaupun halal, bukanlah konsumsi bagi meditator, melainkan untuk orang awam. Hal ini bukan berarti makan dan minum.

 Hanya saja, bila orang awam melihat kesenangan dalam hal makanan, minuman serta harta bendawi, meditator tidak melihat adanya kesenangan di situ. Makanan dan harta benda, hanyalah makanan dan harta benda. Dia ada di sanauntuk digunakan seperlunya. Tidak ada alasan untuk merasa senang terhadapnya.

Dan orang awam, jangan coba-coba meniru perbuatan meditator tanpa ilmu, karena tidak akan sanggup. Orang awam hanya perlu berusaha meningkatkan perbuatan baiknya secara terus menerus tanpa henti.

Orang awam menghindari kebencian dengan bersabar menahan marah serta tidak melakukan tindak kekerasan. Ini seperti api yang telah membara dan membakar, terasa menyakitkan, lalu berusaha dipadamkan dengan susah payah. 

Para meditator menghancurkan kebencian sebelum api itu menyala. Seperti membasahi batang korek api dengan air, maka walaupun di gesek-gesek dengan keras apinya tidak akan menyala. Maka dia tidak akan merasakan penderitaan karena manahan kebencian dan kemarahan. Dalam pandangan orang-orang suci, kebencian dan kemarahan merupakan api neraka yang panas membara.

Orang-orang yang terbiasa berkubang dalam lumpur, tidak merasa terkotori oleh kebencian dan kemarahan. Karena sibuk dengan objek-objek kemarahan dan kebencian, mereka tidak sempat merenungkan kehidupan surgawi yang di dalamnya penuh kedamaian, tanpa kemarahan dan kebencian.

Karena itu pula mereka tidak berusaha untuk mencapai kehidupan surgawi itu. Sekali saja melihat dan merasakan kedamaian yang sesungguhnya, maka dia akan merasa ngeri sekali terhadap munculnya kebencian dan kemarahan, serta menyadari bahwa kejahatan pikiran itu merupakan bahaya terbesar dalam kehidupan dunia akhirat.

Masih banyak bentuk-bentuk kejahatan pikiran lainnya, tapi dua macam kejahatan inilah yang terbesar dan intinya. Bila mampu menghancurkan dua macam kejahatan ini, maka sangat mudah mengalahkan bentuk-bentuk kejahatan lainnya seperti kemalasan, kegelisahan, keraguan, kesedihan, dan lainnya…coba pikirkan baik-baik,

Semoga semua makluk hidup berbahagia..salam santun

Komentar