oleh

Berpikir Positif untuk Perubahan

Oleh : Ema Astri M, S.Pd (Guru SD Negeri Sukamulya Kota Tasikmalaya)**

PERUBAHAN memiliki efek psikologis yang sangat besar kepada pikiran manusia. Untuk mereka yang takut akannya (takut akan perubahan), perubahan tersebut terasa menjadi ancaman karena dengan perubahan ada kemungkinan segala hal menjadi lebih buruk lagi. Tetapi bagi mereka yang berani dan percaya diri, adanya suatu perubahan justru menyenangkan dan memberi inspirasi karena di situ ada kesempatan untuk membuat segala sesuatu lebih baik lagi dari yang sekarang. – King Whitney Jr.

Perubahan adalah aturan hidup yang melekat pada semesta yang diciptakan Allah SWT. Disadari atau tidak, jika seseorang diam dan tidak berbuat apa pun, dia tidak akan mengalami dinamika kehidupan. Tidak ada yang mutlak di dunia ini, apa pun makhluknya harus beradaptasi dengan semesta yang diciptakanNya. “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’ad ayat 11).

Firman Allah SWT telah tersurat dalam Al-Quran dengan tegas dan jelas bahwa suatu bangsa, suku, komunitas, dan individu dapat mengubah nasib masing-masing dengan perubahan itu sendiri. Tidak ada yang tiba-tiba tercipta di dunia ini, terdapat alasan dan proses panjang sehingga dunia dengan seluruh penghuninya ada atas kehendak Allah SWT.

Perubahan hadir karena sebuah usaha keras dari seseorang dengan tujuan yang sesuai dengan cara pandangnya. Perubahan baik dan buruk tergantung pola pikir seseorang dalam meretas maksud dan tujuan hidupnya. Terkadang perubahan tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga membuat seseorang putus asa. Bukankah hidup ini adalah sebuah perjuangan? Kuncinya hanyalah pantang menyerah hingga jalan buntu rubuh dengan puncak kerja keras. Serahkan kepada Sang Maha Memutuskan ketika perubahan telah diupayakan.

Begitu juga dunia pendidikan, berbagai kebijakan, kurikulum, buku sumber dan alat pembelajaran sering gonta-ganti. Ungkapan yang berkembang di masyarakat sering terdengar, “Setiap ganti menteri, pasti ganti kebijakan dan kurikulum.” Tentu saja hal tersebut dilakukan pemerintah demi dunia pendidikan bergerak semakin maju. Hasil dari perubahan tersebut diharapkan dapat mencetak generasi bangsa yang beriman, bertakwa, terampil, kreatif, mandiri, dan memiliki mental baja dalam bersaing dengan bangsa lain. Hal tersebut dapat ditanggapi berbeda oleh setiap orang, terutama pendidik itu sendiri.

Respon tersebut muncul tergantung dari sudut pandang dari tenaga pendidik itu sendiri. Kenapa? Jika ingin memahami kondisi manusia seperti yang dikatakan FX Afat Adinata dan Kevin Wu dalam  bukunya “Berubah atau Punah”, dibagi menjadi empat kuadran atau zona.

Pertama adalah kuadran warm atau comfort zone, suatu zona yang paling nyaman karena untuk sebagian orang merupakan capaian terbaik dengan situasi terkendali dan hasil atau prestasi kerja sesuai yang diharapkan.  Jika terlena dalam kuadran ini, seseorang dapat tertinggal bahkan jatuh dan masuk pada kuadran frozen. Oleh sebab itu, perubahan akan selalu ada selama kehidupan berlangsung. Kedua adalah kuadran frozen atau obsolete zone, manusia telah berada pada titik semangat dan keinginan lebih baik dan tidak ada tantangan yang dapat membuatnya berinovasi dan berkreasi. Perlu sesuatu yang dapat membakar semangat ke arah tersebut agar berada di kuadran burnout.

Ketiga adalah kuadran burnout atau cracked zone yang terdengar seperti kebakaran, zona ini penuh perjuangan bahkan mungkin masa sulit dalam hidup atau karier seseorang. Pada tahap ini seseorang diuji dengan tantangan, hambatan, dan upaya keras yang belum membuahkan hasil. Kecewa sebagai manusia merupakan hal yang wajar, tetapi tidak ada perjuangan yang sia-sia. Hal tersebut diperlukan untuk melatih serta memperbaiki kesalahan dan kekurangan demi memperoleh tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terbukti dengan banyak penemuan  dan orang-orang terkenal di dunia yang lahir dari ratusan hingga ribuan kegagalan yang kemudian keberhasilannya bermanfaat untuk umat manusia. Setelah berhasil melewati zona burnout ini, akan masuk pada zona achiever atau on fire. Api digambarkan sebagai hal yang panas dan menggebu-gebu. Zona ini diisi oleh mereka yang berusaha untuk mencapai cita-cita dan target sesuai yang diharapkan. Inilah pencapaian terbaik setiap individu atau instansi maupun perusahaan-perusahaan. Kerja keras dapat menghasilkan harapan yang terwujud bahkan melebihi harapannya. Namun, hal tersebut tidak dapat diperoleh secara instan karena siapa pun yang bersedia untuk melakukan perubahan dapat meraihnya.

Perubahan dalam dunia pendidikan dengan kebijakan yang dibuat para pemangku kebijakan harus ditanggapi dengan sikap positif. Pemikiran tentang kebijakan yang telah diberlakukan tentu melalui riset dan pengujian matang untuk arah pendidikan yang lebih baik. Setiap orang berhak menentukan jalannya masing-masing, berada pada posisi nyaman, berkarya, dan berinovasi adalah pilihan. Namun, jika perubahan lebih baik dapat diusahakan, jangan pernah merasa puas dengan sebuah pencapaian. Seperti kata Aa Gym dengan 3M nya “Mulai dari hari ini, mulai dari sekarang dan mulai dari hal-hal kecil “. Jangan takut berubah! Terus berjalan meski kemungkinan akan kehilangan sesuatu, tetapi hal-hal lebih baik akan menghampiri dari arah yang tidak terduga. “Kenapa repot-repot mengubah dunia bila kita bisa mengubah diri kita sendiri.” – Mahatma Gandhi.

Komentar