oleh

Bunda Ratu Suningrat: “Bila Ki Sunda Ingin Mengawali Sesuatu, Sebaiknya Mulailah dari Galunggung”

PADA acara “Hajat Buruan Ngupak Galunggung” 8 November 2020 di kawasan obyek wisata Batu Mahpar Geopark Galunggung, LINTAS PENA sempat bertemu dengan seorang wanita anggun yang memancarkan warna biru dibalut warna perak. Ada semacam magnet yang menarik untuk menemuinya. Ternyata sosok wanita itu adalah Dr.Nining Suningrat,SH,MH yang dikenal dengan Bunda Ratu Suningrat Prakusumah dari Keprabuan Tembong Agung Sumedang.

“Saya sangat setuju Abah Anton menggelar acara Hajat Buruan Ngumpak Galunggung.Sebab menurut uga, bila Ki Sunda ingin mengawali sesuatu, maka sebaiknya mulailah dari Galunggung yakni WALAHIR ( man awalu wal akhiru ),”ujarnya.

Sejak dulupun, lanjut Bunda Ratu Suningrat, bahwa Galunggung adalah tempat pangistrenan (pelantikan/pengukuhan) para raja, makanya munculah pemeo : ” Galunggung Ngadeg Tumenggung “  ,karena memang tidak akan jadi Raja atau Tumenggung tanpa ada restu dari Galunggung.”ujarnya

Sementara itu, menurut Abah Anton panggilan akrab Irjen Pol (Purn) Dr. H. Anton Charliyan,MPKN mantan Kapolda Jabar dalam setiap kesempatan selalu mengungkapkan, bahwa sebagai pusat rama dan resi, di Walahir inilah tempat maqomnya para leluhur,  yang dikenal dalam pantun Bogor sebagai  Tutunggul Tanpa Ngaran. “Beberapa  leluhur yang ada disini adalah Eyang Sempak Waja, Arya Wirahadikusuma ayah Prabu Permanadikusuma kakek Prabu Ciung Wanara,  Prabu Aji Putih pendiri Tembong Agung sepupu Prabu Ciung Wanara, Gagak Lumayung, Batari Hyang, Ambu Sumirah dll. “jelasnya

Adapun salah satu pusat Leluhur yang paling sakral ada di Pasir Karuhun, lanjut Abah Anton, tempat maqom peninggalan para nabi.Salah satunya maqom sepanjang 30 meter dan 11 meter,  maka dari itu ada satu uga &  pemeo lagi : ” Lamun Sunda Hayang Nanjung kudu Boga Pulung ti Galunggung “ Can Sampurna Ka Tatar Sunda mun can Nganjang Ka Galunggung, Can Ngagelar di Batu Ampar, Can Dzikir di Walahir , Can Beberesih di Curug Asih Manawawah ,  makanya Galunggung sebagai  Kabuyutan Agung harus tetap dijaga kesucianya dengan segala upaya sampai titik darah Ki Sunda terakhir , dalam kondisi dan keadaan bagaimanapun juga.Sebagaimana dituangkan dalam Amanat Galungung yang diwasiatkan khusus untuk mengingatkan Ki Sunda oleh Prabu Darmasiksa akan arti pentingnya Kabuyutan Galunggung.

“Kemudian untuk mencapai kesempurnaan, seorang    raja – resi harus mampu mencapai tingkat : ” Derajat Medang Kamulyaan ” elmu ka-Galuh-an yakni : Galihna wening Ati – Galeuhna di unggal leuweung – Galuhna Cahyaning Ratu,   Kesempurnaan Lahir bathin tentang arti baik dan benar – buana dan surgawi dengan cara Ngamuniaraga Sunyi ( Bertafakur., Bertapa,  Bersatu dengan Alam )”tuturnya .

Sedangkan tempat para leluhur Galuh saat itu bertafakur menyepi setelah selesai di Galunggung adalah : di Gunung Padang Darmaraja Sumedang, kemudian untuk mengasah ilmu bathin dan kanuragan selanjutnya di Bagala Asih Panyipuhan..seperti yang pernah dilakukan Ki Resi Ajar Padang Permana Dikusuma , Ki Balangantrang Arya Bimaraksa , Prabu Aji Putih , Prabu Tajimalela dst.. Nanti setelah semua selesai akhiri lagi di Lingga Buana Walahir untuk Sampurna Ning Akhir   sebagai Raja Resi – Satria Kebo yang Mulih Pakandangan yang patilasanya tempatnya ada di Tegal Munding..Tentu saja setelah itu beberesih fitrah diri panuntasan di Curug Asih Manawawah.. Sebagai  Ki Sunda yang terlahir baru yang siap Ngabdi Tandang Makalangan…, Cag !!!, Pakeun heubeul jaya Dibuana pake gawe kreta Bener Pake gawe kreta Rahayu ..Rahayu 3x.”pungkasnya.

Hal senada diungkapkan Juru Kunci Makam Walahir Bu Dodoh Kodariah dan Ki Kijang Suryatman, bahwa selama ini Komplek Makam Kuno Walahir  menjadi tujuan peziarah yang bukan hanya berasal dari Tasikmalaya saja, tetapi dating dari   Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan kota lainnya. Mereka,   biasanya datang setiap malam. Dan kebanyakan (datang) Jumat Kliwon,” ucapnya.

Dodoh Kodariah menjelaskan, bahwa gundukan batu di Komplek Makam Walahir ini  merupakan situs sejarah para leluhur Galunggung periodesasi Islam. Walahir diperkirakan berkaitan dengan situs sejarah   lain seperti Geger Hanjuang dan Batu Mahpar yang lokasinya tak terlalu jauh.. (REDI MULYADI)***

 

 

Komentar