Kab.Tasikmalaya, LINTAS PENA
Pada hari Senin pekan kemarin, Bunda Ratu Dr.Nining Suningrat,SH,MH dari Keprabuan Tembong Agung Sumedang yang juga pemerhati kerajaan kerajaan se-Nusantara melakukan perjalanan spiritual ke wilayah Kec.Sariwangi yang berada di kaki Gunung Galunggung.
“Kalau saya memandang panorama alam Gunung Galunggung, seolah saya dalam menembus ruang batas dan waktu,dimana disinilah (Gunung Galunggung-red) melihat adanya Kerajaan Galunggung yang agung dan punya komara (wibawa) di masa silam,”ungkapnya.
Bunda Ratu panggilan akrabnya mengatakan, bahwa Kerajaan Galunggung adalah sebuah kerajaan di Tatar Pasundan. Pada tanggal 13 Bhadrapada 1033 Saka atau 21 Agustus 1111 dengan penguasa pertamanya yaitu Batari Hyang, berdasarkan Prasasti Geger Hanjuang yang ditemukan di bukit Geger Hanjuang, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Kab.Tasikmalaya membuka Rajyamandala Galunggung (kerajaan bawahan Galunggung). “Dari Sang Batari inilah mengemuka ajarannya yang dikenal sebagai Sang Hyang Siksakandang Karesian. Ajarannya ini masih dijadikan ajaran resmi pada zaman Prabu Siliwangi (1482-1521 M) yang bertahta di Pakuan Pajajaran. Kerajaan Galunggung ini bertahan sampai 6 raja berikutnya yang masih keturunan Batari Hyang. “tuturnya.
Dimulai pada abad ke VII sampai abad ke XII di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Tasikmalaya, diketahui adanya suatu bentuk Pemerintahan Kebataraan dengan pusat pemerintahannya di sekitar Galunggung, dengan kekuasaan mengabisheka raja-raja, atau dengan kata lain raja baru dianggap syah bila mendapat persetujuan Batara yang bertahta di Galunggung. Batara atau sesepuh yang memerintah pada masa abad tersebut adalah sang Batara Sempakwaja, Batara Kuncung Putih, Batara Kawindu, Batara Wastuhayu, dan Batari Hyang yang pada masa pemerintahannya mengalami perubahan bentuk dari kebataraan menjadi kerajaan.
“Untuk mengetahui lebih jauh mengenai keberadaan Kerajaan Galunggung, kita bisa mengunjungi Makam Keramat Walahir yang tak jauh dari Taman Wisata Batu Mahpar Geopark Galunggung milik Pangersa Abah Anton (panggilan akrab Irjen Pol Purn.Dr.H.Anton Charliyan,MPKN mantan Kapolda Jawa Barat) terletak di Desa Kampung Tegalmunding, Desa Linggawangi, Kec.Leuwisari, Tasikmalaya. Karena di makam keramat ini bersemanyamnya para leluhur Nusantara berkumpul, khususnya dari Kerajaan Galunggung,”paparnya
Kemudian saat pengaruh Islam semakin menguat, menurutnya Bunda Ratu Suningrat, pusat tersebut pindah ke daerah Pamijahan dengan Syekh Haji Abdul Muhyi sebagai tokoh ulama panutan para Raja. Orangtua Syech Abdul Muhyi, kalau dari ayah yakni Sembah Lebe Warta Kusumah bin Entol Penengah bin Mudik Cikawung Ading bin Kuda Lanjar bin Ratu Puhun bin Ratu Galuh. Sedangkan dari ibunya yakni Raden Ajeng Tanganziah bin Kentol Sumbirana bin Wira Candera bin Sunan Giri Laya bin Muhammad Ainul Yaqin bin Ishak Makdhum bin Asmar Kandi Gisik Karjo Tuban bin Jamaludin Akbar bin Imam Ahmad Syah bin Abdullah Khona bin Abdul Malik bin ‘Uluwi bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Kholi’i Qosim bin ‘Uluwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa Albasyari bin Muhammad bin Ali AI’Aridhi bin Ja’far Ashodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin Syaidina Imam Husain a.s bin Sayyidina Ali karroma Allahu wajhahu dan Fatimah az-Zahra bin Rasulullah SAW.
“Itulah sekelumit mengenai pemerintahan Kerajaan Galunggung yang saya ketahui. Semoga saja bermanfaat bagi generasi muda,”pungkas Penasehat Istana Adat. (REDI MULYADI)***