DAHULU kala, ada seorang raja bernama Prabu Dharma yang memimpin sebuah kerajaan besar dengan penuh kebijaksanaan. Namun, seiring berjalannya waktu, Prabu Dharma menjadi gelisah. Meski istananya megah dan rakyatnya setia, ia merasa hatinya kosong dan tak tenang. Ia selalu cemas tentang masa depan, takut kehilangan kekuasaannya, dan sulit tidur di malam hari.
Suatu hari, seorang penasihat istana yang bijak menyarankan, “Paduka, pergilah ke hutan dan cari seekor burung Perkutut yang konon memiliki suara paling merdu. Mungkin Paduka akan menemukan jawaban atas kegelisahan Paduka di sana.”
Prabu Dharma, yang putus asa mencari ketenangan, memutuskan untuk mengikuti saran itu. Ia pergi ke hutan bersama beberapa pengawal. Di tengah hutan, ia mendengar kicauan lembut yang begitu merdu, seolah memanggil hatinya yang gelisah. Ia meminta pengawal menghentikan langkah, lalu ia berjalan sendiri mengikuti suara itu. Di sebuah pohon besar, ia melihat seekor burung Perkutut sedang bernyanyi dengan damai.
Raja mendekat dan bertanya, “Wahai burung Perkutut, aku adalah seorang raja, memiliki segalanya, tetapi mengapa hatiku tetap gelisah? Bagaimana aku bisa menemukan ketenangan?”
Burung Perkutut itu berhenti bernyanyi sejenak, menatap Prabu Dharma dengan mata yang tenang. “Paduka memiliki banyak hal, tetapi mungkin Paduka telah melupakan sesuatu yang sederhana. Ketenangan bukan berasal dari apa yang dimiliki, tetapi dari cara kita menerima hidup apa adanya. Aku tidak punya takhta, tidak punya istana, tetapi aku merasa damai karena aku hidup dengan apa yang aku butuhkan, bukan apa yang aku inginkan.”
Prabu Dharma tertegun. “Bagaimana mungkin aku merasa damai jika aku selalu dihantui rasa takut kehilangan semua yang aku miliki?”
Burung itu menjawab dengan lembut, “Ketakutan muncul karena Paduka terlalu terikat pada apa yang Paduka miliki. Ketenangan datang ketika Paduka belajar melepaskan. Bukan berarti Paduka harus menyerahkan semuanya, tetapi belajar untuk tidak membiarkan harta, takhta, atau kekuasaan menguasai hati Paduka. Bersyukurlah atas apa yang ada, dan terimalah bahwa semua hal di dunia ini sifatnya sementara.”
Kata-kata itu menghentak hati Prabu Dharma. Ia sadar bahwa selama ini ia terlalu khawatir tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan, sehingga melupakan untuk menikmati apa yang ada di hadapannya saat ini. Ia tidak lagi melihat takhtanya sebagai beban, melainkan sebagai tanggung jawab yang harus ia jalani dengan penuh rasa syukur.
Setelah mendengar kicauan burung Perkutut itu, Prabu Dharma kembali ke istana dengan hati yang lebih tenang. Ia mulai memimpin dengan cara yang berbeda, lebih bijaksana dan tidak lagi terikat pada rasa takut kehilangan. Ia menikmati setiap momen hidupnya dan membagi kedamaian itu kepada rakyatnya.
Burung Perkutut tetap bernyanyi di hutan, menjadi pengingat bahwa ketenangan sejati datang dari hati yang mampu menerima hidup dengan syukur dan tidak terikat pada hal-hal duniawi.
KESAN DAN PELAJARAN:
Cerita ini mengajarkan bahwa ketenangan bukan berasal dari apa yang kita miliki, tetapi dari cara kita menerima hidup dan melepaskan keterikatan pada hal-hal duniawi. Kekhawatiran sering kali datang karena kita terlalu fokus pada apa yang bisa hilang, bukan pada apa yang sudah kita miliki. Bersyukur atas saat ini dan menerima hidup apa adanya adalah kunci untuk menemukan kedamaian sejati.
#Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata
#burung #burungperkutut #cerita #kisah #dongeng #cerpen #tahunbaru #akhirtahun #tahun2024 #sorotan #literasi #inspiratif #tahun2025
Komentar