oleh

Dampak Covid-19 Terhadap Kehidupan Ustadz

Oleh: Kisantang Salaka Domas

Beberapa hari ini, dengan tetap menjaga jarak dan protokol kesehatan lainnya, saya melihat di masyarakat bawah, di mana saya biasa bersama mereka mengaji, muncul keresahan di kalangan guru mengaji yang biasa mengajar agama dari Musholla ke Musholla, dari Majelis Taklim ke Majelis Taklim, dari Masjid ke Masjid.

Seiring dengan slogan ” di rumah saja ” sebagai bagian dari ikhtiar guna memutus mata rantai penyebaran virus covid19, banyak aktifitas para ustadz seperti ceramah, khutbah & pengajian juga diliburkan. Sehingga rezeki yang biasa mereka dapatkan dari ” bisyarah/amplop ” juga menjadi hilang.

Saya ingin mengajak kita semua untuk ikut memikirkan hal tersebut yang mungkin luput dari perhatian kita.

Kita harus ingat, bahwa para ustadz itulah yang selama ini berjuang memberikan edukasi serta pencerahan spiritual agama kepada masyarakat.

Dari pengamatan saya, karena secara etika tentu saya tidak bisa bertanya secara terbuka kepada mereka, saya mulai merasakan keadaan mereka secara ekonomi menjadi sulit, bukan saja cemas, bahkan ada yang sudah mulai terguncang.

Saya menyampaikan hal ini bukan berarti saya ingin mengesampingkan peranan para dokter, perawat serta nakes dan faskes lainnya yang juga harus dibantu sebagai garda terdepan di masa pandemi corona ini. Demikian juga ekonomi para pekerja informal di masyarakat bawah yang terdampak cukup parah. 

Alhamdulillah keluhan mereka sudah ada yang menyuarakan, demikian juga bantuan yang akan mulai disalurkan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.

Sementara kegelisahan dan kecemasan para ustadz sepertinya tidak mungkin untuk disuarakan. Sebagai guru dan ustadz mereka tidak terbiasa mengeluh apalagi meminta, bahkan buat guru sejati bisa jadi hal tersebut sangatlah tabu utntuk dibicarakan karena mereka bukan saja mengerti bahkan mengajarkan makna ikhlas.

Melihat kondisi mereka, saya teringat dengan firman Allah Ta’ala :

*لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُم بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا ۗ وَمَا تُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ*

*(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha/bekerja mencari penghasilan lain) di bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta, kamu mengenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.*

Membaca tafsir dari ayat tersebut tanpa terasa ada air mata yang jatuh menetes mengingat wajah-wajah mereka yang selalu istiqamah menjadi imam dan guru mengaji di Mushalla dan Masjid di perkampungan.

Saya utarakan hal ini karena saya bisa merasakan serta mencoba untuk memahami kondisi para guru ngaji ini. Dari pergaulan keseharian saya sedikit banyak mengetahui seluk beluk dan kondisi ekonomi mereka.

Maafkan saya para guru, para ustadz, jika saya terlalu lancang mengisahkan tentang kondisi antum semua

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memuliakan para ustadz dan menjaga marwah mereka dalam kondisi sesulit apapun

Semoga para ustadz tetap istiqamah membimbing masyarakat, berbagi ilmu dan memberikan pencerahan spiritual dengan tetap mentaati suasana Pembatasan Sosial Skala Besar yang diatur oleh Pemerintah

Semoga perhatian kita semua kepada mereka dicatat sebagai washilah oleh Allah untuk melewati masa-masa sulit ini dengan selamat, sehat dan afiat. Allah Ta’ala segera mengangkat virus covid19 ini dari muka bumi dan kita bisa menjalani kehidupan dengan lebih baik lagi. Allahumma Amin