oleh

Dedi Mulyadi Peduli Seni Budaya Khas Sunda Lewat Nyawang Bulan

DEDI MULYADI,SH adalah sosok yang unik. Meskipun kini menjadi Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, tetapi kecintaannya terhadap seni budaya Nusantara khususnya Sunda, tidak pernah dilupakannya.Nah, kepedulian dia terhadap seni budaya khas Sunda itu dilestarikan dan diwujudkannya lewat acara “Nyawang Bulan” yang digelar secara rutin tiap bulan ketika bulan purnama di Lembur Pakuan Kab.Subang.

            “Ya, ini acara Nyawang Bulan merupakan bentuk kepedulian saya untuk turut melestarikan seni budaya Sunda.yang kini hamper punah”ungkapnya

            Kang Dedi Mulyadi (KDM) panggilan akrabnya ini menjelaskan, bahwa awalnya ia menggelar Nyawang Bulan, yakni menyaksikan bulan purnama secara jelas dengan diramaikan pertunjukan seni. Kegiatan itu rutin digelar setiap bulan yang biasanya banyak dihadiri para seniman, budayawan, artis, pelaku seni, tokoh masyarakat, para pejabat hingga artis/selebritis, serta masyarakat sekitar Lembur Pakuan yang mencintai seni budaya Sunda. Pada moment ini pun Kang Dedi Mulyadi gunakan untuk menyerap aspirasi masyarakat hingga  berbagi rejeki dan kebahagiaan kepada sesama, terutama yang pernah dijumpai dan ditolongnya.

            “Pada saat saya masih kecil, kebiasaan Nyawang Bulan biasa dilakukan masyarakat kampung, dimana orangtua bersenandung dan anak anak bermain dengan gembira di ‘buruan’ halaman rumah. Jadi Nyawang Bulan ini adalah  memandang rembulan, indah tanpa bersolek, sendu redup bukan bersedih, indah selalu halus lembut berasa terusap, ternikmati oleh yang melihat dan berasa untuk yang diberkahi keterbatasan , selalu memandang rembulan dengan senyum indah,”tutur mantan Bupati Purwakarta dua periode ini.

Acara tradisi Nyawang Bulan sudah sejak lama digelar. Tak terkecuali saat dia menjabat Bupati Purwakarta selama dua periode. Pada saat menjadi Bupati Purwakarta namanya makin populer karena program dan kebijakan-kebijakannya yang berbeda dengan bupati-bupati lainnya. Kang Dedi Mulyadi menekankan cinta seni dan budaya lokal dengan menerapkan di lingkungan kerja dan sekolah, misalnya pembangunan taman seni, patung, hingga mengenakan pakaian adat Sunda. Dia juga melarang guru memberikan pekerjaan rumah kepada murid-muridnya. Materi pelajaran akademis sebaiknya dituntaskan di sekolah, bukan dijadikan pekerjaan rumah atau tugas yang justru menjadi beban siswa setelah pulang sekolah. Pada saat itu, Dedi Mulyadi dikenal sebagai kepala daerah yang mengedepankan pembangunan berbasis kearifan lokal. Meski begitu, ia tetap mampu menyinergikan budaya, agama, dan teknologi dalam kebijakan yang dijalankan di Purwakarta. Beberapa kebijakan yang diterapkan Dedi Mulyadi di Purwakarta terbilang unik. Misalnya, semua guru di Purwakarta dilarang memberikan pekerjaan rumah. Materi pelajaran akademis harus dituntaskan di sekolah.Pria yang kerap mamakai iket khas Sunda itu juga pernah memberikan batasan waktu apel ke rumah pacar, hanya sampai pukul 9 malam. Menurut dia, aturan adab bertamu merupakan upaya mengembalikan kearifan budaya Sunda.

Meskipun Dedi Mulyadi Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat dan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, acara tradisi Nyawang Bulan masih tetap digelar dan banyak penggemarnya. “Namun, sejak pandemic Covid 19 melanda Indonesia, maka Nyawang Bulan dihentikan sementara. Karena tentunya akan menimbulkan kerumunan masyarakat yang menyaksikan. Jadi, bukan berarti Nyawang Bulan akan berhenti selamanya. Jika kondisi sudah normal kembali, acara Nyawang Bulan akan digelar seperti semula,”jelasnya.

Sebab, lanjut pria ramah ini, acara Nyawang Bulan ini merupakan salah satu upaya dirinya untuk tetap melestarikan seni budaya khas Sunda, dengan harapan masyarakat turut mengikuti jejak langkahnya; melestarikan seni budaya Sunda yang kini hamper punah.

Berdasarkan pengamatan LINTAS PENA di konten youtube Lembur Pakuan Channel yang menayangkan acara Nyawang Bulan tiap episodenya, ternyata banyak penggemarnya.Bahkan ribuan komentar dari nitizen umumnya sangat mendukung terhadap upaya Kang Dedi Mulyadi dalam menayangkan acara tradisi Nyawang Bulan dengan beragam sajian yang sangat menarik perhatian. “Semoga pandemic Covid 19 segera berakhir, agar acara tradisi Nyawang Bulan bisa kembali digelar seperti biasa,”pungkasnya. (REDI MULYADI)***

Komentar