oleh

Dialog Interaktif Praktisi Pendidikan Priangan Timur Bersama Prof.H.Atip Latipulhayat SH.,LL.M.,Ph.D Wamen Dikdasmen di Universitas Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Kota Tasikmalaya LINTAS PENA—Pada hari Sabtu 28 Desember 2024 telah dilaksanakan Dialog Interaktif Praktisi Pendidikan Priangan Timur bersama Prof.H.Atip Latipulhayat SH.,LL.M.,Ph.D Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia.

Turut hadir pada acara tersebut Kepala BBGP Jawa Barat Mohammad Hartono SH.,M.Ed, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 12 Tasikmalaya Dedi Suryadin S.Pd.,M.Pd, Asda 2 Pemkot Tasikmalaya Drs.Tedi Setiadi M.Pd, Ketua Pembina Yayasan Bakti Tunas Husada H.Yoris Rusamsi Ruswadi SH.,MH,Ketua Yayasan BTH Hj.Yayah Syafariah S.Kep.,Ners.,MM,Rektor Universitas Bakti Tunas Husada Prof.Dr.Ruswanto M.Si, Pejabat Pendidikan Provinsi Jawa Barat,para ketua MKKS SMK/SMK Kota Kabupaten Tasikmalaya, para kepala sekolah,ketua OSIS serta tamu undangan lainnya. Hal itu  dijelaskan H.Asep Sufyan S.Ked Kepala Badan Perencanaan Pengembangan dan Kerjasama Yayasan Bakti Tunas Husada kepada LINTAS PENA.

Dalam kata sambutannya, Rektor Universitas Bakti Tunas Husada ( UBTH) Prof.Dr.Ruswanto M.Si menyampaikan apresiasi atas kehadiran berbagai pihak dalam mendukung acara ini.Adapum Tema kegiatan ini adalah ” Agenda Strategis Pembangunan Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia serta sosialisasi Kebijakan Baru Dalam Pengembangan Profesi Guru dan Dosen”.

“Selanjutnya perlu kami sampaikan juga bahwa acara ini dalam rangkaian Dies Natalis ke- 3 Tahun Universitas Bakti Tunas Husada. Dies Natalis ke 3 ini tentunya bukan hanya perayaan semata,tetapi momentum bagi kita untuk bersinergi dalam membangun pendidikan Indonesia lebih baik, “ujarnya.

Sementara itu Prof.H.Atip Latipulhayat SH.LL.M.,Ph.D dalam paparannya menyampaikan penting  pendidikan sebagai alat mencetak generasi yang tangguh,adaptif dan siap menghadapi tantangan masa depan.” Pendidikan harus menjadi kunci untuk menuju indonesia Emas 2045″ tegasnya.

Dia juga menekankan pentingnya pemerataan akses pendidikan berkualitas di seluruh Indonesia dan mengungkapkan berbagai kebijakan pemerintah dalam pengembangan profesi guru dan dosen melalui program pelatihan .

Sesi tanya jawab menjadi momen yang menarik,dimana salah satunya Ketua OSIS mengkritisi kebijakan zonasi yang dianggap kurang adil.

Selain zonasi dialog juga menyoroti pengangkatan guru P3K yang masih menjadi polemik.Guru-guru dari yayasan swasta menyampaikan aspirasi terkait kebijakan penempatan mereka di sekolah negeri. Kebijakan ini dianggap mempersulit guru yang sudah lama mengabdi di yayasan karena harus beradaptasi dengan lingkungan baru.

“Kami sedang mengkaji ulang mekanisme prnempatan guru P3K agar lebih feksibel dan tidak merugikan pihak-pihak tertentu.Permasalahan lain yang tak kalah hangat dibahas adalah beban administrasi guru yang dinilai terlalu berat.Banyak guru harus mengorbankan waktu pengajaran untuk mengurus dokumen administratif. Hal ini dinilai menghambat peningkatan kualitas pendidikan.Guru harus difokuskan pada tugas utamanya,yaitu nengajar dan mendidik penyederhanaan beban administrasi adalah prioritas kami,” ujar Prof Atip Latipulhayat mengakhiri.(ADE BACHTIAR ALIF)*