oleh

Fauz Noor: “Caleg Lakukan Money Politic Tidak Pantas Menjadi Wakil Rakyat di Parlemen”

Kota Tasik,LINTAS PENA

Miris sekali dengan kondisi Indonesia yang sangat sembraut pada masalah politik ini. Semua info sangat simpang siur, hoax sudah menjadi makanan sehari hari. Bagaimana Indonesia kedepannya jika saat pemilihan pemimpin saja banyak kecurangan , terutama money politic .

LINTAS PENA dan  beberapa tim media ikut forum diskusi tentang masalah politik (9/05/2019) di Rumah Makan “NINI ANTEH” Jl.Dewi Sartika Kota Tasikmalaya bersama tokoh masyarakat dan tokoh agama . Disini kami mengorek pembahasan money politic yang kian meraja di sistem kali ini . Hingga akhirnya semua dibutakan untuk menegakkan keadilan di Indonesia . “Inti dari permasalah kali ini adalah dalam aturan Bawaslu hanya waktu 7 – 14 hari untuk pelaporan masalah kecurangan – kecurangan politik .Padahal waktu sesingkat itu tidak dapat mengcover dan tidak cukup untuk mencari bukti bukti yang konkret. Begitupun dengan kasus money politic Rp.30 Milyar yang sempat heboh di Dapil IX (Kota/Kabupaten Tasikmalaya dan Kab.Garut) yang dilakukan pengusaha bis untuk mengantarkan anaknya ke DPR RI.” jelas   Fauz Noor untuk membuka acara diskusi kala itu.

“Harapan dari semua elemen masyarakat adalah memperkecil masalah kecurangan politik yang ada di landasi perlu ada kekokohan aturan dan ketegasan dari para penegak hukum . Agar hukum tidak terjadi tajam kebawah dan tumpul keatas. “katanya

Karena itu, pihaknya mendesak Bawaslu khususnya agar melakukan tindakan tegas kepada pelaku money politic di Pemilu 2019 terutama pemilihan legislatif dengan bukti bukti pelaporan, ”Kami meminta pelaku money politic yang secara terang terangan dilakukan Caleg pada Pileg 2019 agar didiskualifikasi. Bawaslu harus tegas dan kami akan mengawalnya. Jangan sampai Bawaslu, KPU dan pihak yang terlibat…masuk angin,sehingga kasus money polituc tidak ditangani serius,”paparnya.

Dipertengahan diskusi tokoh agama dari Tasik Utara,   KH Raden Bobon Setiadji Bustom mengatakan bahwa “Kecurangan ini harus tetap kita awasi . Contohnya Pak Anton yang sangat banyak kontribusi kepada masyarakat Jawa Barat ,tapi malah dicurangi oleh salah satu paslon yang melatar belakangi money politik”. ujarnya.

Keprihatinan tokoh masyarakatpun melihat kondisi saat ini sangat khawatir akan Indonesia kedepannya. Dan salah satu penelitian   Fauz Noor terhadap KPPS ini sulit diungkap malah hanya sedikit celah untuk goals.  Bangsa Indonesia hanya ingin pemimpin yang benar benar mengabdi untuk negeri bukan hanya ingin pamer diri pergi keluar negeri.”Money politic tidak mendidik masyarakat untuk berdemokrasi yang baik.Sangat menyakitkan ketika bos ngawur uang agar dapat duduk di kursi DPR RI. Patut diingat, caleg yang menang dalam Pileg karena melakukan politik uang tidak pantas untuk duduk sebagai wakil rakyat diparlemen, karena mereka memenangi kompetisi secara ilegal, curang dan manipulatif “pungkasnya. (IRENIA SAKINAH)***

 

Komentar