oleh

Fenomena Serial Bidaah: Menganalisis Kesuksesan Drama Malaysia yang Tembus 2,5 Miliar Penayangan

By Green Berryl

SERIAL drama Malaysia “Bidaah” telah mencapai prestasi luar biasa dengan meraih 2,5 miliar penayangan pada awal April 2025. Drama yang mengusung tema kontroversial tentang sekte sesat berkedok agama ini berhasil mencetak rekor sebagai serial paling banyak ditonton di platform Viu, khususnya di Malaysia dan Indonesia. Kesuksesan ini didukung oleh narasi yang kuat, karakter yang memorable, dan viralnya beberapa adegan kunci di media sosial yang memicu diskusi publik secara luas. Serial ini tidak hanya menghibur penonton, tetapi juga mengangkat isu-isu sensitif seputar manipulasi

Pencapaian dan Rekor Penayangan

Serial web “Bidaah” telah mencatatkan prestasi luar biasa dengan menembus angka 2,5 miliar penayangan pada 6 April 2025, menjadikannya drama nomor satu di Viu Malaysia dan Viu Indonesia[1]. Capaian ini menjadi sejarah tersendiri dalam industri hiburan Asia Tenggara, menandai serial paling banyak ditonton di platform tersebut sepanjang tahun 2025. Pihak Viu sendiri mengumumkan pencapaian ini secara resmi pada Jumat, 11 April 2025, mengungkapkan bahwa drama tersebut berhasil mendominasi pasar streaming di kedua negara[1].

Peningkatan jumlah penonton “Bidaah” terbilang sangat signifikan. Sebelumnya, pada 3 April 2025, serial ini telah mencapai lebih dari satu miliar penayangan di berbagai platform digital dan media sosial[1][7]. Yang lebih mengesankan, dalam waktu hanya tiga hari, jumlah penonton drama ini melonjak dua kali lipat, menunjukkan tingginya antusiasme masyarakat terhadap cerita dan karakter yang ditampilkan[1][4]. Views tersebut juga dicapai sebelum mereka merilis tiga episode terakhir, dengan episode 15 yang menjadi penutup kisah akhirnya ditayangkan pada 5 April 2025[4][7].

Drama “Bidaah” telah menjadi fenomena tersendiri, tidak hanya di Malaysia sebagai negara asalnya, tetapi juga di Indonesia. Serial ini trending di Indonesia dan masuk dalam daftar 10 besar konten paling populer di berbagai platform sejak awal April[1]. Hal ini menggambarkan bahwa cerita dengan nuansa lokal dan spiritual ternyata mampu memiliki daya saing global bila dikemas dengan pendekatan yang tepat.

Narasi dan Tema Central Drama Bidaah

Serial “Bidaah” atau yang juga dikenal dengan judul “Broken Heaven” menyajikan narasi yang berani dan tidak biasa dalam konteks drama Malaysia. Drama ini mengangkat tema gelap yang jarang diangkat dalam industri hiburan lokal, yaitu tentang sekte sesat yang dipimpin oleh sosok yang mengaku sebagai Imam Mahdi fiktif[1][3]. Cerita berpusat pada Baiduri (diperankan oleh Riena Diana), seorang wanita muda yang dipaksa oleh ibunya yang taat beragama untuk bergabung dengan Jihad Ummah, sebuah sekte keagamaan yang dipimpin oleh Walid Muhammad yang karismatik[3][6].

Saat terlibat dalam sekte, Baiduri mulai menyadari praktik-praktik yang mengganggu di balik ajaran spiritual tersebut. Praktik-praktik menyimpang yang terungkap meliputi pernikahan paksa, kepatuhan buta, hingga ritual-ritual yang dipertanyakan dan bertentangan dengan ajaran Islam sesungguhnya[3][6]. Drama ini semakin intens dengan kedatangan Hambali (diperankan oleh Fattah Amin), putra dari salah satu orang kepercayaan Walid, yang kembali dari Yaman dan menyadari bahwa ajaran yang dibawakan Walid menyimpang dari ajaran Islam[6][7].

Melalui 15 episode yang masing-masing berdurasi sekitar 30-42 menit, “Bidaah” mengajak penonton untuk cermat dalam memilih sebuah perkumpulan keagamaan[2][5]. Pesan moral yang dibawakan adalah agar masyarakat tidak terjerumus pada ajaran menyimpang yang sangat jauh dari ajaran kitab suci yang sesungguhnya[2]. Tema ini menjadi relevan mengingat fenomena sekte berkedok agama yang masih marak di beberapa negara, di mana kelompok-kelompok tersebut meraup keuntungan dari pengikutnya dengan menjual nama Tuhan[2].

Karakter Walid dan Dampaknya di Media Sosial

Karakter Walid Muhammad Mahdi Ilman, yang diperankan dengan apik oleh aktor senior Malaysia Faizal Hussein, menjadi pusat perhatian dan faktor utama viralnya serial “Bidaah”[2][8]. Sosok Walid digambarkan sebagai pemimpin sekte Jihad Ummah yang mengaku sebagai Imam Mahdi, juru selamat umat muslim pada akhir zaman[4][9]. Karakter yang selalu tampil dengan jubah, penutup kepala mirip sorban, dan jenggot panjang ini berhasil membawakan peran antagonis yang kompleks dan kontroversial, memadukan elemen religius yang menyimpang dengan kepribadian manipulatif[8].

Beberapa dialog Walid menjadi sangat viral dan digunakan secara luas di media sosial, khususnya ungkapan khas seperti “Pejamkan mata, bayangkan muka Walid” dan “Walid nak Dewi boleh”[1][8]. Kalimat-kalimat ini menjadi meme dan viral di berbagai platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Twitter/X[1][4]. Banyak kreator konten bahkan memparodikan gaya bicara Walid saat berinteraksi dengan pengikutnya, terutama dengan seorang jemaah wanita bernama Dewi (diperankan oleh Ranea Ezreen)[2][4].

Viralnya karakter Walid tidak hanya menunjukkan kekuatan naratif dari serial ini, tetapi juga kemampuan akting Faizal Hussein yang mampu membuat karakter fiksinya begitu berkesan dan mengundang reaksi publik[8]. Adegan-adegan yang menampilkan Walid saat meminta para pengikutnya memejamkan mata dan membayangkan wajahnya telah menjadi pembicaraan luas di media sosial, bahkan menyebar dalam berbagai konteks di luar diskusi tentang serial ini sendiri[4][9].

Produksi dan Tim Kreatif di Balik Serial Bidaah

Serial “Bidaah” merupakan hasil kerja keras tim produksi yang dipimpin oleh sutradara Pali Yahya dengan naskah yang diciptakan oleh Eirma Fatima[4][5]. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa drama ini ditulis dan disutradarai oleh Ellie Suriaty, menunjukkan adanya kontribusi kreatif dari beberapa pihak dalam pengembangan cerita yang kuat ini[6]. Serial yang tayang perdana pada 6 Maret 2025 ini dirilis secara eksklusif di platform streaming Viu selama bulan Ramadan 2025[3][7].

Drama ini dibintangi oleh sederet aktor dan aktris berbakat dari Malaysia. Selain Faizal Hussein sebagai Walid, Fattah Amin sebagai Hambali, dan Riena Diana sebagai Baiduri yang menjadi pemeran utama, serial ini juga menampilkan aktor-aktor pendukung seperti Hasnul Rahmat, Marissa Yasmin, Vanida Imran, Fathia Latiff, dan Malia Baby[6][7]. Kehadiran Fattah Amin, yang disebut sebagai aktor paling banyak dicari di Malaysia, menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi serial ini[3].

Dengan total 15 episode yang masing-masing berdurasi sekitar 30-42 menit, “Bidaah” dikemas dengan alur cerita yang tidak terlalu rumit namun tetap mencengkeram dan penuh ketegangan[5][6]. Kombinasi antara tema yang berani, pemilihan pemain yang tepat, serta eksekusi yang baik membuat serial ini menjadi tontonan yang menarik sekaligus membuka diskusi publik tentang isu-isu sensitif seputar manipulasi agama.

Dampak Kultural dan Fenomena Media Sosial

Popularitas “Bidaah” telah melahirkan fenomena budaya pop baru di kalangan pengguna media sosial di Malaysia dan Indonesia. Ungkapan khas dari karakter Walid telah menjadi bahasa sehari-hari di kalangan generasi muda, dengan frasa seperti “Pejamkan mata, bayangkan muka Walid” digunakan dalam berbagai konteks komunikasi online[1]. Netizen mengadopsi kalimat-kalimat ini dalam meme dan konten hiburan yang beragam, bahkan dalam topik-topik yang tidak berkaitan dengan serial tersebut, menunjukkan penetrasi kulturalnya yang mendalam[4].

Serial ini juga memicu diskusi publik yang lebih serius tentang sekte-sekte keagamaan dan manipulasi keyakinan untuk kepentingan pribadi. Banyak penonton yang kemudian mengaitkan kisah dalam “Bidaah” dengan fenomena nyata sekte-sekte berkedok agama yang masih terjadi di berbagai negara[2]. Media sosial menjadi arena diskusi aktif di mana berbagai perspektif tentang kebebasan beragama, manipulasi spiritual, dan tanggung jawab sosial dipertukarkan, menjadikan serial ini lebih dari sekadar hiburan tetapi juga katalisator untuk percakapan sosial yang penting[1][2].

Pakar media digital dari Kuala Lumpur University menyebutkan bahwa fenomena “Bidaah” menunjukkan kekuatan konten Asia Tenggara untuk mendunia jika dikemas dengan pendekatan yang autentik dan emosional[1]. Hal ini menggambarkan bagaimana cerita lokal dengan tema universal dapat memicu resonansi global, terutama ketika didukung oleh media sosial sebagai amplifier.

Peran Platform Streaming dalam Kesuksesan Bidaah

Platform streaming Viu memainkan peran strategis dalam kesuksesan fenomenal “Bidaah”. Sebagai penyedia layanan yang menayangkan serial ini secara eksklusif, Viu telah memanfaatkan kekuatan distribusi digital untuk menjangkau audiens yang luas di seluruh Asia Tenggara, terutama di Malaysia dan Indonesia[3][7]. Kemudahan akses melalui platform digital ini memungkinkan konten menyebar dengan cepat dan mencapai penonton dari berbagai kalangan.

Viu tidak hanya sekadar menayangkan serial ini, tetapi juga aktif dalam mempromosikannya melalui berbagai kanal digital. Mereka secara konsisten mengumumkan pencapaian jumlah penayangan serial di media sosial, yang pada gilirannya semakin memperkuat posisi “Bidaah” sebagai konten yang wajib ditonton[1][4]. Pengumuman resmi dari Viu tentang rekor penayangan serial ini menjadi berita yang diliput oleh berbagai media, menciptakan efek promosi yang berkelanjutan[7].

Sebagai layanan streaming yang berfokus pada konten Asia, Viu telah membuktikan kemampuannya dalam mengidentifikasi dan mendistribusikan konten yang beresonansi dengan selera penonton regional. Kesuksesan “Bidaah” menjadi bukti konkret bahwa platform streaming lokal dapat bersaing dengan layanan global melalui penayangan konten yang kuat dan relevan dengan budaya setempat[1][3].

Kesimpulan

Serial “Bidaah” telah membuktikan diri sebagai fenomena budaya populer yang signifikan di Asia Tenggara pada tahun 2025. Dengan pencapaian 2,5 miliar penayangan dalam waktu singkat, drama ini tidak hanya mencatatkan rekor sebagai serial paling banyak ditonton di platform Viu, tetapi juga mendemonstrasikan kekuatan narasi lokal yang dibingkai dengan tema universal untuk menarik perhatian global.

Kesuksesan fenomenal “Bidaah” dapat diatribusikan pada beberapa faktor kunci: keberanian mengangkat tema sensitif seputar sekte keagamaan, karakter Walid yang diperankan dengan meyakinkan oleh Faizal Hussein, dialog-dialog yang menjadi viral di media sosial, serta distribusi yang efektif melalui platform streaming Viu. Drama ini berhasil menciptakan diskusi publik yang dinamis, tidak hanya tentang nilai hiburannya tetapi juga pesan moral dan sosial yang dibawanya.

Fenomena “Bidaah” juga membuka jalan baru bagi produksi drama lokal Malaysia dan Indonesia untuk mengeksplorasi genre dan pendekatan cerita yang lebih berani dan berbeda. Ini membuktikan bahwa audiens regional haus akan konten yang autentik, menantang, dan berani mempertanyakan norma-norma yang ada, sekaligus menunjukkan potensi besar industri konten Asia Tenggara untuk bersaing di kancah global dengan keunikan naratif yang khas.

CITATIONS:

[21] Shahida Azad Jamaludin | 18 comments – LinkedIn https://www.linkedin.com/posts/shahidaazad_bidaah-bidaahseries-viuseries-activity-7315654650144202752-xb7g

Komentar