oleh

Islam Sebagai Pencipta Agen Perdamaian

AGAMA Islam merpakan agama modern. Sejak Rasulullah Muhammad SAW, hadir 1444 tahun yang mengajarkan Islam di jazirah arab. Nilai-nilai modernitas Islam sangat tepat pada masanya. Salah satu nilai dalam ajaran Islam adalah perdamaian. Islam adalah agama yang diturunkan Allah SSWT kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.

Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salama). Dari pengertian Islam secara bahasa ini, dapat disimpulkan Islam adalah agama yang membawa keselamatan hidup di dunia dan di akhirat (alam kehidupan setelah kematian). Islam juga agama yang mengajarkan umatnya atau pemeluknya (kaum Muslim/umat Islam) untuk menebarkan keselamatan dan kedamaian, antara lain tercermin dalam bacaan shalat –sebagai ibadah utama– yakni ucapan doa keselamatan “Assalamu’alaikum warohmatullah” –semoga keselamatan dan kasih sayang Allah dilimpahkan kepadamu– sebagai penutup salat.  

Kata Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini. Bila ditinjau dari segi bahasanya, yang dikaitkan dengan asal katanya (etimologis), Islam memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut:

1. Islam berasal dari kata ‘salm’.

As-Salmu berarti damai atau kedamaian. Firman Allah SWT dalam Alquran, “Dan jika mereka condong kepada perdamaian (lis salm), maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Anfal : 61).

Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang mengajarkan umatnya untuk cinta damai atau senantiasa memperjuangkan perdamaian, bukan peperangan atau konflik dan kekacauan.

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Hujarat : 9).

2. Islam Berasal dari kata ‘aslama’

Aslama artinya berserah diri atau pasrah, yakni berserah diri kepada aturan Allah SWT.Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.

Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya (aslama wajhahu) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. An-Nisa : 125)

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya.

“Katakanlah: “Sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am : 162)

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran : 83)

3. Islam Berasal dari kata istaslama–mustaslimun

Istaslama–mustaslimun artinya penyerahan total kepada Allah SWT. Firman Allah SWT dalam Alquran:“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” (QS As-Saffat : 26)

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Seorang Muslim atau pemeluk agama Islam diperintahkan untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apa pun yang dimiliki hanya kepada Allah SWT.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 208).

Apabila orang memeluk Islam dengan baik, maka ia akan mendapatkan kedamaian dan memberikan kedamaian kepada orang disekitarnya.

Kata triliteral semitik ‘s-l-m’ menurunkan beberapa istilah terpenting dalam pemahaman keislaman, yaitu “Islam” dan “Muslim”. Semuanya berakar dari kata “salam” yang berarti kedamaian. Dengan demikian, siapa pun yang memeluk Islam, dia akan selamat dan damai, baik untuk dirinya maupun menyelamatkan serta menebarkan kedamaian untuk pihak lain. Nabi Muhammad SAW dalam khutbah haji perpisahan bersabda, “al-muslimu man salima al-muslimuna min lisanihi wa yadihi” (seorang muslim adalah di mana orang lain selamat dari lisan dan kekuasaannya).

Dalam banyak ayat al-Qur’an dan al-Hadits juga ditegaskan tentang misi ajaran Islam yang membawa ajaran kedamaian (as-salam), keselamatan (as-salamah), kasih sayang (ar-rahmah), dan bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia (mashalih al-‘ibad). Hal ini dinyatakan Allah SWT, “wa ma arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin” (dan tidak Kami utus Engkau [Muhammad], kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta).

Muslim yang baik adalah orang yang damai dalam dirinya dan selalu menebarkan kedamaian untuk orang lain agar terwujud kehidupan yang adil, maslahat, tentram, dan penuh dengan kebahagiaan. Dengan demikian, jelaslah bahwa kekerasan, bom bunuh diri, pemboman, kebencian, dan permusuhan bukan bagian dari ajaran Islam. Meskipun mereka mengatasnamakan Islam, menggunakan dalil teks Al-Qur’an dan al-Hadits, jelas bukan ajaran Islam. Mereka sesungguhnya sedang memperalat Islam untuk memuaskan nafsu keserakahan dan kebencian kepada pihak lain.  

Hadits Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, senantiasa Allah akan menyayangimu. Siapa yang mencintai, tentu akan dicintai. Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling membelakangi, dan janganlah membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka tidak boleh menzaliminya, menelantarkannya, mendustainya, dan menghinakannya. Takwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada beliau tiga kali). Seseorang telah dapat dikatakan berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya bagi muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya” (HR Muslim)..  

Wassalam