oleh

Guru Dalam Pusaran Pandemi Covid-19

Oleh: Yanti Warlina, S.Pd. (SDN Babakankadu Kota Tasikmalaya)

VIRUS Covid-19 (Corona Virus Desease Nineteen) yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China dan telah menyebar di seluruh dunia sehingga menyebabkan angka kematian yang sangat banyak. Wabah virus ini memang penularannya sangat cepat sehingga oleh World Health Organization (WHO) dinyatakan sebagai pandemi dunia. Virus ini muncul sekitar awal bulan Maret 2020 ke Indonesia dan memberi dampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Pandemi ini berhasil membuat pendidikan di negeri zamrud khatulistiwa ini terdistraksi.

Begitu cepatnya penyebaran dan pertumbuhan wabah ini sehingga semua negara di dunia melakukan berbagai upaya baik preventif, kuratif dan promotif kepada warganya. Surat Edaran No. 4 tahun 2020 yang dilayangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menganjurkan seluruh kegiatan di institusi pendidikan harus jaga jarak dan seluruh penyampaian materi akan disampaikan di rumah masing-masing. Hal ini dilakukan untuk mencegah dan menghentikan penyebaran virus Covid-19 di Indonesia.

Beralihnnya pendidikan dari tatap muka menjadi belajar dari rumah (BDR) membuat bentuk baru (new form) dalam pendidikan. Pembelajaran dilakukan ada yang dilakukan dalam jaringan (daring/ online), luar jaringan (luring), dan juga moda campuran (blended learning). Peran guru di sekolah saat ini digantikan oleh orang tua di rumah, sayangnya tidak semua orangtua peserta didik mampu mendampingi anaknya saat mengikuti proses belajar online. Guru yang cerdik dapat dengan cepat dan tanggap dalam memahami situasi dan kondisi yang terjadi selama pandemi.

Guru diasumsikan sebagai pusat pendidikan (centre of education) yang menjadi faktor penentu pembelajaran berlangsung dengan baik atau tidak. Selain harus dapat mendesain pembelajaran dalam situasi yang berbeda seperti ini, guru juga dituntut melaksanakan banyak peran tambahan, diantara peran tambahan tersebut yaitu :

  1. Memastikan tercapainya tujuan pendidikan dan pemenuhan target akademik dan non akademik;
  2. Memastikan keselamatan peserta didik secara fisik dan psikis;
  3. Memberikan penguatan aktif dan memberikan pemahaman kepada peserta didik guna mentaati semua protokol kesehatan;
  4. Senantiasa memberikan dukungan emosional bagi peserta didik, orang tua, dan juga keluarga;
  5. Berkomunikasi dan mengembangkan kerja sama yang baik dengan kepala sekolah, orang tua/keluarga peserta didik untuk membangun kepercayaan dan mendukung proses pendidikan selama pandemi.

Selain harus memenuhi peran tambahan tersebut, kini secara mendadak, guru dituntut untuk memenuhi kompetensi-kompetensi. Pertama, kemampuan pedagogi yang inovatif. Pemebelajaran dialihkan menjadi online. Revolusi industry 4.0 ternyata memberi angin segar dalam menyambut pembelajaran di masa pandemi. Namun, kenyataan di lapangan guru belum sepenuhnya dapat memanfaatkan teknologi yang ada untuk diterapkan. Oleh karenanya, banyak guru yang sekarang kocar kacir mencari pelatihan pemanfaatan media digital dalam pembelajaran. Guru memang dituntut untuk dapat memanfaatkan bermacam-macam alat dan media pembelajaran digital (digital learning tools), memahami Learning Managemet System (LMS) untuk dapat menyelenggarakan kelas virtual, serta metode-metode terbaru dan efektif yang dapat digunakan dalam situasi pandemi ini.

Kedua, kemampuan manajerial yang cerdik. Pandemi Covid-19 ini datang secara tiba-tiba dan mendistraksi seluruh mekanisme pendidikan. Oleh karenanya, guru dalam hal ini dituntut untuk memiliki sikap cepat tanggap me-rekontruksi sistem pembelajaran agar pendidikan dapat terselamatkan. Mulai dari penyusunan administrasi perangkat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang harus disesuaikan dengan keadaan darurat, menyiapkan bahan ajar yang diintegrasikan dengan teknologi baik dengan sistem sinkronus atau asinkronus, serta menyiapkan penilaian yang dapat mewadahi semua keadaan peserta didik secara objektif.

Ketiga, kemampuan empati. Sebelum menyelenggarakan pembelajaran, sebaiknya guru melaksanakan asesmen non-kognitif untuk megetahui keadaan tiap-tiap peserta didik mengenai keadaan keluarga dan fasilitas yang dimiliki untuk nanti mengakses pembelajaran dalam moda daring. Memang tidak mudah tugas guru dalam melayani pelayanan pendidikan pada masa pandemi Covid-19 ini. Guru harus memastikan semua peserta didik mendapat pengajaran dengan adil. Dengan kata lain, desain pembelajaran yang dibuat oleh guru harus dapat mewadahi semua keunikan dan keterbatasan masing-masing peserta didik (kesediaan alat, sinyal dan support system lainnya apakah memadai atau tidak). Oleh karenanya guru tidak hanya mengutamakan peserta didik yang memiliki akses pembelajaran daring saja, tetapi juga memperhatikan peserta didik yang tidak memiliki akses terhadap pembelajaran daring. Sehingga guru harus menyiapkan beberapa alternatif pembelajaran agar pengajaran yang diberikan sama rata. Selain itu, guru juga dituntut untuk dapat memperhatikan psikososial dan tumbuh kembang peserta didik. Oleh karenannya, tidak sedikit guru yang rela melakukan kunjungan (home visit) ke setiap rumah peserta didik untuk memastikan peserta didik mendapat haknya dengan baik.

Keempat, kemampuan komunikasi. Dalam situasi pelik ini, guru harus berusaha untuk dapat mengomunikasikan perihal pandangan visi dan proses pendidikan peserta didik di masa pandemi dengan kepala sekolah termasuk orang tua/keluarga agar terjadi sinergitas yang baik sehingga pembelajaran pun berjalan dengan efektif karena saling memahami dan bertoleransi mengenai keadaan masing-masing.

Guru dalam pusaran pandemi Covid-19 ini jika mampu beradaptasi, maka guru tersebut bisa dibilang hebat, karena dengan keadaan seperti ini, guru dituntut banyak memenuhi beberapa peran dan tuntutan kompetensi serta melakukan inovasi dan perubahan yang serba mendadak pada sistem pendidikan. Hal ini memang memungkinkan membantu percepatan kemajuan pendidikan Indonesia menjadi pendidikan yang dapat bersaing dengan dunia global, walaupun berangkat dari keterpaksaan yang akhirnya terdapat akselerasi pendidikan yang signifikan sehingga dapat mengejar ketertinggalan dalam masalah pengintegrasian teknologi dalam dunia pendidikan.  @@@

Komentar