oleh

“Guru Kurung Batok versus Guru Masagi”

Oleh:Helatini, S.Pd., M.Si

GLOBALISASI   menjadi ciri yang menandai bahwa zaman berubah terus menerus, berkembang dengan cepat tanpa ada yang dapat membendung atau menghalanginya. Dari waktu ke waktu bermunculan hal-hal baru dalam semua aspek kehidupan. Informasi berubah setiap detik dan dengan mudah dapat diakses oleh siapa saja melalui media online. Kuncinya hanya perlu menguasai teknologi. Di lingkungan masyarakat awam, teknologi diartikan sebagai kemampuan mengoperasikan computer. Orang yang dapat mengoperasikan komputer dianggap menguasai teknologi. Komputer, laptop, notebook, dan android adalah alat yang masih harus disambungkan dengan internet untuk dapat mengakses informasi online

Guru sebagai pembelajar yang mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, harus mahir mengoperasikan computer sebagai media pembelajaran.

Perangkat pembelajaran, penilaian dan laporan, dibuat dengan menggunakan computer. Sekarang, guru harus mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG) dengan mengguakan komputer. Beberapa kasus terjadi guru tidak lulus bukan karena tidak dapat mengerjakan soal dengan benar tetapi tidak tahu cara atau keliru ketika mengirimkan hasil melalui server.

Adanya tunjangan sertifikasi guru dari pemerintah dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru, diantaranya untuk pembelian komputer atau laptop. Guru zaman now menyimpan data dalam perangkat lunak laptop, bukan lagi dalam kertas-kertas yang memerlukan lebih banyak tempat untuk meyimpannya. Tumpukan dokumen juga rentan dimakan rayap, lapuk dan memerlukan tenaga ekstra ketika harus memindahkan atau membawanya.

Guru harus memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,  kompetensi akademik, kompetensi pedagogik dan kompetensi professional. Selain itu guru harus menguasai IT, Inforrmasi dan Teknologi. Tanpa menguasai teknologi, guru mendapat julukan baru sebagai guru gaptek, gagap teknologi.

Guru gaptek, tidak mengurangi penghasilan berupa gaji, tetapi mengurangi

rasa percaya diri ketika berkumpul dengan rekan dan harus menyelesaikan pekerjaan melalui komputer.            Sayangnya, sikap guru tidak terbuka terhadap pembaharuan dan tidak mau belajar. Usia sering dikambinghitamkan, dengan alasan sudah tua, penglihatan kurang normal, dan alasan lainnya. Sebenarnya kalau guru punya kemauan untuk berubah, maju dan membuka diri, bukan hal sulit untuk memjadi sosok guru serba bisa.

Untuk menjadi guru serba bisa atau dalam istilah Bahasa Sunda disebut masagi, satu diantaranya adalah menguasai teknologi. Melalui teknologi informasi, guru dapat mengikuti pelatihan online tentang banyak hal melalui aplikasi facebook, twiter, line, whatsapp, telegram, dan lain-lain. Dalam beberapa kali klik, tersaji informasi yang sangat berharga. Guru tidak perlu keluar rumah, untuk mengikuti pelatihan di tempat jauh dan memerlukan transfort yang besar. Dari segi waktu, pelatihan online lebih efektif. Guru juga menambah relasi, karena peserta pelatihan online tersebar di berbagai tempat.

E-learning, e-sertifikat, e-banking, dan segala sesuatu yang diawali hurup e, bukan sesuatu yang baru. Guru harus melek dan terbiasa bersahabat dengan perangkat lunak, jangan terpaku kepada hard copy dan mesin fotocopy. Era scanner bergulir dan menjadi trend. Kartu identitas guru sekarang serba elektronik. Dengan adanya sambungan internet, data apapun tentang personal guru dapat diakses dengan mudah, kapan saja dan di mana saja. Dengan catatan memiliki koneksi internet.

Yang menjadi masalah di kehidupan nyata adalah guru belum semua memahami dan dapat bersahabat dengan teknologi internet, masih ada guru yang tetap bersikukuh berdiam diri, tidak mengikuti perkembangan teknologi. Guru yang diam di tempat pasti akan ketinggalan jauh dari perkembangan peradaban. Dalam Bahasa Sunda disebut kurung batok, artinya terkurung dalam dunia yang sempit, tidak gaul, tidak tahu apa yang terjadi di luar sana dan tidak berinisiatif untuk mengubah pola pikir, cara pandang dan  terbuka terhadap pembaharuan.

Integritas guru kurung batok lambat laun terancam oleh kemajuan zaman,, Guru urang percaya diri, kurang menyakinkan dalam mengajar dan mendidik karena tidak tahu model-model pembelajaran terbaru, cara-cara jitu terhangat, trik-trik menyampaikan materi dam membimbing yang banyak dishare di media online. Guru kurung batok juga  kaku bergaul dalam masyarakat karena tidak mengetahui trending topic. Pada saat orang lain berangkat dengan kereta ekspress dan sudah menempuh sekian jarak perjalanan, dia masih stasiun untuk membeli tiket.

Wahai guru zaman now, masihkah nyaman dalam kurung batok? Ayolah membuka diri dan siap berlari bersama teknologi, agar menjadi guru masagi.

Penulis adalah Kepala SDN Karangtengah Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Kepala Sekolah Inspiratif versi Gerakan Menulis Buku Indonesia (GMBI) tahun 2018. Email helatini.1968@gmail.com

Komentar