oleh

Guru Penjas: “Dilematis Antara Prestasi atau Kebugaran Jasmani”

Oleh : Asep Ali Muttaqin Rahmat, S.Pd.

 

PENDIDIKAN jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK) adalah salah satu bidang studi wajib ditiap jejang pendidikan. PJOK merupakan bidang studi pavorit peserta didik. Ketika awal masuk sekolah hal yang ditanyakan peserta didik adalah “Hari apa pelajaran olahraga ?”. begitupun ketika guru PJOK tidak ada karena ada tugas dinas, peserta didik selalu menanyakannya. Kehadiran guru PJOK sangat dirindukan peserta didik. Entah karena secara personal guru PJOK lebih fleksible dan menyenangkan atau karena pembelajaran PJOK selalu di luar kelas/dilapang. Yang pasti bidang studi PJOK sangat dinanti-nanti oleh peserta didik.

Terlepas dari itu guru PJOK sering merasa “terancam” dengan kondisi kurikulum yang berganti-ganti, kebijakan yang berganti-ganti, juga berita-berita HOAX yang meresahkan. Sejak diluncurkannya Kurikulum 2013 (Kurtilas) banyak berita berita yang “mengancam” guru PJOK. Mulai dari isu akan dihilangkannya bidang studi PJOK di tingkat SD, hingga isu akan dihilangkannya bidang studi PJOK di kelas XII SMA/SMK. Entah sumber itu benar atau HOAX yang pasti sangat meresahkan guru PJOK. Konon jika ditiadakan bidang studi PJOK walau hanya satu tingkatan kelas, akan berpengaruh terhadap jumlah jam mengajar. Otomatis hal itu akan berpengaruh juga terhadap tunjangan sertifikasi.

Tidak hanya itu, hal lain yang kadang membuat gelisah guru PJOK adalah banyaknya masyarakat atau orang tua peserta didik yang belum paham dengan konsep PJOK. Guru PJOK selalu dituntuk untuk “Serba bisa”. Serba bisa dalam berbagai bidang olahraga. Tidak hanya bisa melakukan namun juga harus bisa melatih. Padahal, setiap guru PJOK mempunyai spesialisasinya masing-masing. Yang paling penting yang halayak perlu pahami adalah bahwa “Guru PJOK” bukan lah “Pelatih Olahraga”. Kalaupun ada beberapa orang guru PJOK yang mampu melatih itu adalah kelebihan yang dimilikinya, karena konsep melatih dan mengajar berbeda. Begitupun dengan konsep PJOK bukanlah semata-mata untuk prestasi. Namun, guru PJOK selalu dituntut untuk dapat melatih peserta didiknya agar berprestasi, sehingga menjadi dilema bagi guru PJOK antara melatih untuk prestasi dan pembelajaran untuk kebugaran jasmani dan mencapai tujuan pendidikan.

Pada dasarnya pembelajaran penjas adalah mendidik siswa agar berkarakter baik, berbudaya, serta segar bugar melalui berbagai aktivitas jasmani baik permainan maupun olahraga. Jelas yang menjadi tujuan utama dari pembelajaran PJOK bukanlah prestasi melainkan mencapai tujuan pendidikan menjadikan generasi yang berakhlak mulia dan mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. (Penulis : Guru PJOK SDN 2 Cibunigeulis Kec. Bungursari Kota Tasikmalaya)***

Komentar