Oleh : Hendri Hendarsah (ASN MTs Negeri 2 Kota Tasikmalaya)
MOMENT Hari Guru Nasional mengingatkan pada lirik lagu “Guruku Sayang” yang salah satu liriknya : “…Guruku tersayang guruku tercinta, Tanpamu apa jadinya aku, tak bisa menulis mengerti banyak hal, Guruku terima kasihku…”. Lagu yang merupakan hasil karya musisi Melly Goeslaw yang ternyata menjadi lagu favorit yang sering di nyanyikan pada hari Guru Nasional selain lagu-lagu tema guru lainnya.
Begitu besar jasa seorang guru dalam mencerdaskan bangsa ini. Maka memberikan penghargaan bagi mereka para pendidik bukan hanya dalam moment memperingati Hari Guru Nasional saja, tetapi harus menjadi sebuah budaya yang melekat seluruh bangsa ini dalam menghargai profesi seorang pendidik. Kita bisa melihat negara-negara yang sudah maju dengan kemajuan pendidikannya, menjadi instrumen teratas yang memberikan kontribusi kemajuan suatu negara. Majunya suatu negara tidak bisa dilepaskan dari program pendidikannya.
Chatib (2011) dalam bukunya Gurunya Manusia, Menjadi Guru Ideal menjelaskan : “…hal yang pertama ditanyakan oleh Kaisar Jepang Hirohito adalah berapa banyak yang masih hidup. Kaisar Hirohito sangat sadar bahwa kemajuan dan kebangkitan suatu bangsa itu dimulai dari sumber daya manusianya. Sementara sumber daya manusia yang baik itu bisa dicapai dengan pendidikan”.
Tanjung (2014) dalam bukunya Manajemen Syariah dari 25 Nabi dan Rasul menjelaskan : “Seseorang yang memilih profesi pengajar harus mewakafkan dirinya untuk ilmu, seluruh waktunya akan digunakan untuk mencari ilmu dengan membaca, menulis, dan meneliti,”. Beliau juga menjelaskan bahwa keinginan kuat untuk mencari ilmu berkaitan erat dengan cinta. Kesungguhan Nabi Yahya As dalam mencari dan mempelajari ilmu menjadikan ia sangat istimewa, sehingga mendapat salam dan disebut secara langsung oleh Allah di dalam Alquran.
Ilmu tidak akan bisa didapatkan kecuali dengan upaya maksimal. Kenikmatan ilmu akan terasa apabila didapatkan dengan bersusah payah. “Catatan penting yang dapat diambil dari kisah Nabi Yahya ini bagi orang tua adalah, agar bisa mendidik anak-anak untuk mencintai ilmu sejak kecil,”. Kecintaan yang luar biasa (hannan) salah satu mukjizat yang diberikan kepada Nabi Yahya As. Cara Nabi Yahya memelihara sifat hannan dengan memberi apa yang dia miliki. Bahkan dengan hewan pun ia selalu memberi makanan yang ia miliki. Sifat memberi ini menjadi catatan kepada semua manusia sebagai teladan dari Nabi Yahya, khususnya bagi kita dalam melaksanakan pembelajaran kepada muridnya”.
Profesi Mulia
Kalau kita melihat tujuan Pendidikan Nasional UU Pasal 3 Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, Sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung Jawab.
Uraian diatas memberikan gambaran bahwa menjadi seorang pendidik pada semua Lembaga Pendidikan baik formal dan non formal pada semua jenjang pendidikan memiliki tugas dan tanggungjawab yang sangat berat, sehingga mejadi pengajar bukanlah profesi yang biasa-biasa saja, karena ditangan merekalah masa depan peserta didik dipertaruhkan. Mereka adalah orang yang memberi ilmu/pengetahuan kepada anak peserta didiknya.
Menjadi seorang pengajar adalah pekerjaan yang paling mulia daripada pekerjaan yang lainnya, karena seorang pengajar adalah sosok yang berperan penting untuk masa depan seorang anak didiknya. Berapa tidak karena menjadi seorang pendidik harus mengintegrasikan seluruh kemampuan dirinya yang meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, pembiasaan, nilai, etika dan sikap yang harus berkesinambungan agar pendidik menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Guru sebagai manusia biasa memiliki banyak keterbatasan, namun pada sisi sebagai pendidik harus mewakafkan diri dan ilmunya untuk peserta didiknya. Seorang pengajar tidak cuma harus Good Looking; enak dilihat, tetapi juga Harus Good Cooking; pandai mengolah materi pelajaran supaya enak diikuti Good Listening; pandai mendengarkan siswanya Good Entertaining; pandai menghibur siswanya dengan humor, dan “ing” lain-lainnya Semuanya adalah kombinasi…seperti racikan dalam sebuah masakan… Itulah romantika seorang pendidik… setiap langkah dan geraknya selalu di gugu dan ditiru oleh peserta didiknya.
Semoga Ilmu yang telah diamalkan bagi peserta didiknya menjadi ilmu bermanfaat dunia akhirat. Seperti halnya dalam sebuah hadits : “Apabila manusia mati maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shaleh yang mendo’akannya.” (HR. Muslim, dari Abu Hurairah).
Selamat Hari Guru Nasional… semoga guru-guru yang telah tiada Allah memberikan tempat yang pantas sesuai amal kebaikannya, dan bagi yang masih ada tetaplah layaknya menjadi pelita dalam kegelapan untuk mengikis kebodohan.
Salam hormatku bagi para guru yang telah mendidik aku selama ini… Guruku…Tanpamu apa jadinya Aku?
Komentar