oleh

Hikmah Terjadinya Isra dan Mi’raj

Oleh: Ustadz Ruyatman Permana Al-Bantani (Mudirul Ma’had Ponpes Salafi Riyadhoh Kalam Syifa Banten) 0814-0071-6570

SALAH satu peristiwa penting yang terjadi pada bulan Rajab adalah sejarah Isra Mi’raj. Peristiwa ini selain menjadi mukjizat Rasulullah, juga menjadi awal mula diwajibkannya sholat lima waktu.

Selain itu, dalam peristiwa ini Allah memperlihatkan banyak sekali tanda-tanda kebesaran – Nya kepada Rasulullah.

Perjalanan yang sangat jauh dan sulit untuk digambarkan dengan akal, namun bisa Rasulullah tempuh dengan tempo waktu yang sangat singkat, bahkan akal tidak bisa menerima kenyataan itu jika tidak dilandasi dengan keimanan yang matang.

Isra adalah peristiwa ketika Allah Swt memperjalankan Rasulullah dari Masjidil Haram, Makkah, menuju Masjidil Aqsha di Palestina. Sedangkan yang dimaksud dengan Mi’raj adalah peristiwa berikutnya, yaitu dinaikkannya Rasulullah melintasi lapisan-lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau pengetahuan malaikat, manusia, maupun jin. Semua itu terjadi dalam satu malam.

Berkaitan dengan hal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya Muhammad pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS Al-Isra’ : 1).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa hikmah adanya isra mi’raj adalah Allah hendak memperlihat kan tanda – tanda kebesaran-Nya kepada nabi.

Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Syekh at-Thanthawi untuk menunjukkan betapa mulianya Nabi Muhammad di sisi Tuhannya, sekaligus untuk menambah keyakinannya dalam menyampaikan risalah dan amanahnya.

Tanda-tanda kebesaran Allah itu di antaranya, Rasulullah mampu melihat malaikat Jibril dengan wujudnya yang asli, ia memiliki enam ratus sayap hingga bisa menutup langit. Allah juga memperlihatkan surga, neraka, dan beberapa keajaiban lainnya.

Selain untuk memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah, terdapat hikmah lain yang juga sangat penting untuk kita ketahui bersama, yaitu untuk menyenangkan dan membahagiakan Rasulullah dari kesedihan yang menimpanya.

Kejadian itu sebagaimana dikisahkan oleh Syekh Ali Muhammad as-Shalab  , ia mengatakan bahwa sebelum peristiwa isra mi’raj, Rasulullah mendapatkan ujian bertubi-tubi. Di antaranya, pada tahun ketujuh setelah hijrahnya nabi, orang Quraisy membuat kesepakatan untuk tidak menjalin hubungan dengan nabi.

Kemudian nabi pindah ke Syi’ib atau lembah Abi Yusuf untuk berkumpul dengan kerabat dan keluarganya. Di lembah itu nabi hidup terlunta-lunta, karena orang Quraisy berupaya keras agar tidak ada bahan makanan yang sampai pada tempat tersebut. Di tempat inilah Rasulullah menjalani hidup selama tiga tahun.

Tiga tahun setelah itu, orang Quraisy sepakat untuk membatalkan kesepakatan tersebut. Mereka merobek piagam perjanjian yang tergantung di Ka’bah. Dengan kesepakatan tersebut, akhirnya Rasulullah keluar dari lembah .

Sudahkah ujian Rasulullah saat itu ?

Ternyata tidak m. Pamannya, Abu Talib yang selalu mendukung dakwahnya dan menjaganya dari gangguan orang- orang Quraisy wafat. Dua bulan setelah itu, istri Rasulullah Sayyidah Khadijah, wanita yang sangat membantu perjuangan dakwahnya juga wafat.

Dari sinilah undangan isra mi’raj datang dari Allah kepada Rasulullah: ”Maka datanglah undangan Isra Mi`raj setelah itu, sebagai penghormatan Allah, sekaligus penyegaran tekad dan keteguhannya.”

Dengan demikian, hikmah dari terjadinya isra mi’raj ini adalah untuk menenangkan dan menguatkan tekad dakwah Rasulullah setelah ujian yang datang silih berganti kepadanya.

Semoga terjadinya Isra dan Mi’raj inibermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua, serta bisa menjadi penyebab untuk meneladani Rasulullah dalam bertindak, berucap, dan berbuat.

Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua, serta bisa menjadi penyebab kita untuk meningkatkan ibadah, ketaqwaan, keimanan, dan menjauhi segala larangan.

Wa billahit taufik wal hidayah.

Wassalamual aikum warahmatullahi wa barokatuh.