oleh

Hobi Unik Gus Setiyono: Nge-Bolang Beragam Jenis Bambu Unik Nan Antik serta Buluh Perindu Asli

GUS SETIYONO  sesepuh Paguyuban Manunggal Roso Sejati Banyuwangi Jawa Timur ini memiliki hobi unik yang sudah dijalaninya sekitar 7 tahunan, yakni nge-bolang beragam jenis bambu unik nan antik seperti pring petuk dll (jenisnya banyak sekali), yang banyak dicari orang karena memiliki energi supranatutal yang digunakan sebagai media spiritual dan nilai jual yang tinggi. Kini koleksi bambu unik nan antik miliknya cukup banyak.

            “Namun, sejak 4 tahun terakhir ini, saya dikenal sebagai spesialisasi bambu unik buluh perindu. Alasannya sederhana, tetapi punya kepuasan tersendiri, terutama ada semacam tantangan untuk mendapatkannya.”ungkap Gus Yon panggilan akrabnya.

            Gus Yon menjelaskan alasannya, yakni buluh perindu dia gunakan sebagai media spiritual untuk berbagai keperluan, khususnya yang selama ini dikenal sebagai media pengasihan/pelet/mahabah/penunduk, penglaris usaha terutama dagangan, kerejekian, kewibawaan dan fungsi atau wasilah lainnya dari buluh perindu ini.

            “Khusus untuk mendapatkan buluh perindu itu menjadi tantangan bagi saya. Sebab, buluh perindu itu berada di dalam ruas batang bambu, dan tidak semua ruas bambu itu ada buluh perindunya.Apalagi buluh perindu itu memiliki energi alami yang punya daya “mistis” supranatural tinggi. Karena bagaimana pun, tidak semua pebolang bambu unik nan antik bisa mendapatkan buluh perindu lho. Artinya, kita harus punya insting atau olah bathin untuk mendapatkan buluh perindu yang tidak terlihat secara kasat mata, karena posisinya berada di dalam ruas bambu,” katanya

            Kalau nge-bolang bambu petuk jenis lainnya, kata Gus Yon, berada di luar batang bambu seperti ranting sehingga akan mudah ditemukan. Kalaupun ada jenis bambu petuk yang sulit ditemukan karena faktor X yang diluar nalar manusia.

            “Kalau bicara soal daya tarik bambu unik, menurut pendapat saya secara garis besar ada 2 yaitu pertama dari nilai eksotis keunikannya..(semakin aneh,susah ditemui). dan penilaian yang kedua dari sisi daya/fungsi mistisnya bagi kalangan tertentu yang biasa berkecimpung di dunia supranatural maupun kolektor bambu petuk .Namun yang pasti,  bambu unik tentu kesemuanya miliki keunikan-keunikan sendiri..dan itu miliki hukum tersendiri walau itu hukum tak tertulis. Biasa di sebut “pakem” dan itu untuk sebutkan nama tiap tiap bambu yang miliki keunikan-keunikan. Walau kadang si pembolang beri nama sendiri sesuka hatinya.”papar Gus Yon kepada LINTAS PENA

            Ketika ditanya nilai jual, Gus Yon hanya tersebyum. “ Untuk nilai jual tiap bambu unik relative, karena semua tergantung pada rasa suka atau tidaknya yang beli, khususnya para kolektor/penggemar bambu unik, antik, dan langka.Satu jenis bambu unik bisa berharga milyaran rupiah… Luar biasa..! Namunsisi lain..jenis sama tersebut kadang orang di kasih gratispun gak mau/minat.”tuturnya

            “Saya nge-bolang bambu unik hanya sekedar hobi sama seperti orang lain hobi mancing.  Saya hobi ngoleksi bambu unik dan antik, sama seperti orang lain yang hobi mengoleksi prangko, uang kuno, guci Tiongkok dan lainnya. Kalau orang lain, dengan hobi itu bisa mengeluarkan uang, saya justru sebaliknya mendatangkan uang. Sebab, banyak penggemar atau kolektor bambu unik yang minat pada bambu unik hasil nge-bolang saya. ”ungkapnya.

            Khusus buluh perindu hasil ngebolangnya, Gus Yos gunakan sendiri sebagai media spiritual untuk berbagai keperluan tersebut di atas, setelah dia memprosesnya melalui keilmuan al hikmah tingkat tinggi agar hasilnya multi fungsi.

Nah, bagi yang penasaran dengan buluh perindu yang benar benar asli dan koleksi bambu unik, antik, dan langka milik Gus Yon bisa menghubungi nomer kontak Tlp/WA  0852-3681-8135 atau berkunjung ke “PAGUYUBAN MANUNGGAL ROSO SEJATI “ beralamat Dusun  Jambewangi, Desa Sumberejo.Kecamatan Sempu. Kab Banyuwangi, Jawa Timur. Selain itu, Anda juga bisa konsultasi mengenai spiritual dan supranatural untuk mengobati penyakit medis dan non medis. (REDI MULYADI )***

Komentar