PRABOWO SUBIANTO adalah putra dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo (yang merupakan begawan ekonomi Indonesia) dan Dora Marie Sigar, atau lebih dikenal dengan nama Dora Soemitro. Ia juga merupakan cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo, anggota BPUPKI, pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua DPA pertama. Prabowo Subianto dinamai menurut Soebianto Djojohadikoesoemo, pamannya yang gugur dalam Pertempuran Lengkong. Ia memiliki dua kakak perempuan, Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati, dan satu orang adik, Hashim Djojohadikusumo.
Tatkala masa kecilnya banyak dihabiskan di luar negeri. Ia menyelesaikan pendidikan dasar dalam waktu 3 tahun di Victoria Institution, Kuala Lumpur, Sekolah Menengah di Zurich International School, Zurich, pada tahun 1963-1964, SMA di American School, London pada kurun waktu 1964-1967. Pada tahun 1970, barulah ia masuk ke Akademi Militer Nasional, Magelang.
Prabowo adalah keturunan Panglima Laskar Diponegoro untuk wilayah Gowong (Kedu) yang bernama Raden Tumenggung Kertanegara III. Prabowo juga terhitung sebagai salah seorang keturunan dari Adipati Mrapat, Bupati Kadipaten Banyumas Pertama. Selain itu, garis keturunannya dapat ditilik kembali ke sultan-
sultan Mataram.
Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto pada bulan Mei 1983 dan berpisah pada tahun 1998, tidak lama setelah Soeharto mundur dari jabatan Presiden Republik Indonesia. Dari pernikahan ini, Prabowo dikaruniai seorang anak, Ragowo “Didiet” Hediprasetyo. Didiet tumbuh besar di Boston, AS dan sekarang tinggal di Paris, Perancis sebagai seorang desainer.
Karir Militer Prabowo Subianto
Karir militer Prabowo bermula di akademi militer Magelang di tahun 1970, dan ia lulus pada tahun 1974. Pada tahun 1976, Prabowo masuk dalam pasukan khusus Indonesia, Kopassus dan ditunjuk sebagai pemimpin Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha). Pasukan tersebut merupakan salah satu pasukan Nanggala yang bertugas di Timor Timur.
Saat itu Prabowo baru berusia 26 tahun dan merupakan komandan termuda di pasukan Nanggala. Ia bertugas untuk menangkap wakil presiden Fretilin, yang akhirnya menjadi Perdana Menteri pertama Timor Timur, Nicolau dos Reis Lobato.
Pada tahun 1985, Prabowo menjalani pelatihan secara khusus di Fort Banning Amerika Serikat. Pada tahun 1996 Prabowo memimpin operasi Mapenduma di pegunungan Papua. Tujuan dari operasi tersebut adalah membebaskan 11 peneliti yang ditangkap oleh Organisasi Papua Merdeka.Peneliti tersebut terdiri dari lima orang Indonesia, 4 warga Britania Raya, satu orang Belanda beserta istrinya yang tengah hamil. Dua orang Indonesia yang menjadi pemandu dibunuh begitu saja sebelum operasi penyelamatan. Dalam operasi tersebut Prabowo berhasil menyelamatkan sandera meski mendapat kritik bahwa ia menggunakan helikopter putih palang merah untuk menipu pemberontak.
Masa-masa terakhir sekaligus puncak tertinggi karir Prabowo terjadi pada tahun 1998. Pada tanggal 20 Maret 1998, ia ditunjuk sebagai komandan dari 27.000 pasukan Kostrad. Pasukan tersebut merupakan pasukan penting yang ditangani oleh Suharto pada tahun 1965.
Setelah pergi dari militer, Prabowo bergabung dengan sang adik Hashim Djojohadikusumo untuk berbisnis. Ia membeli Kiani Kertas, satu perusahaan perkebunan dan pengolahan kertas yang berada di Mangkajang, Kalimantan Timur dari Bob Hasan.Kini grup perusahaan yang dikomandani oleh Prabowo memiliki 27 anak perusahaan di Indonesia dan luar negeri. Perusahaan Prabowo termasuk Nusantara Energy (yang bergerak di bidang minyak, batu bara dan gas). Tidar Kerinci Agung (perkebunan kelapa sawit) dan Jaladri Nusantara (perusahaan perikanan).
Prabowo mengubah brand Kiani Kertas menjadi Kertas Nusantara, dan menjadi bagian dari Nusantara Energy. Perusahaan yang dibangun pada 1990 itu memiliki area seluas 3.,400 hektar yang digunakan sebagai pabrik kertas, perumahan pekerja, sekolah dan berbagai fasilitas perusahaan.
Pensiun dari dinas militer, Prabowo Subianto beralih menjadi pengusaha. Ia mengabdi pada dua dunia. Nama mantan Pangkostrad dan Danjen Kopassus ini kembali mencuat, menyusul keikutsertaannya dalam konvensi calon presiden Partai Golkar. Kemudian dalam Musyawarah Nasional (Munas) VI Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Kongres V Petani 5 Desember 2004 di Jakarta, dia terpilih menjadi Ketua Umum HKTI periode 2004-2009 menggantikan Siswono Yudo Husodo dengan memperoleh 309 suara, mengalahkan Sekjen HKTI Agusdin Pulungan, yang hanya meraih 15 suara dan satu abstein dari total 325 suara.
Putera begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini telah kembali ke ladang pengabdian negerinya. Tak berlebihan untuk mengatakannya demikian. Maklum, kendati sudah hampir tiga tahun pulang ke tanah air – setelah sempat menetap di Amman, Yordania – Prabowo praktis tak pernah muncul di depan publik. Apalagi, ikut nimbrung dalam hiruk-pikuk perpolitikan yang sarat dengan adu-kepentingan segelintir elite.
Mantan menantu Soeharto ini lebih memilih diam, sembari menekuni kesibukan baru sebagai pengusaha. ”Kalau bukan karena dorongan teman-teman dan panggilan nurani untuk ikut memulihkan negara dari kondisi keterpurukan, ingin rasanya saya tetap mengabdi di jalur bisnis. Saya ingin jadi petani,” ucap Prabowo.
Diakui, keikutsertaannya dalam konvensi Partai Golkar bukan dilatarbelakangi oleh hasrat, apalagi ambisi untuk berkuasa. Seperti sering diucapkan, bahkan sejak masih aktif dalam dinas militer, dirinya telah bersumpah hendak mengisi hidupnya untuk mengabdi kepada bangsa dan rakyat Indonesia.
Prabowo sangat mafhum, menjadi capres – apalagi kemudian terpilih sebagai presiden – bukan pilihan enak. Karena, siapa pun nanti yang dipilih rakyat untuk memimpin republik niscaya bakal menghadapi tugas yang maha berat. ”Karenanya, Pemilu 2004 merupakan momentum yang sangat strategis untuk memilih pemimpin bangsa yang tidak saja bertaqwa, tapi juga bermoral, punya leadership kuat dan visi yang jelas untuk memperbaiki bangsa,” tambahnya.
Bagi sebagian orang, rasanya aneh menyaksikan sosok Prabowo Subianto tanpa seragam militer. Tampil rapi dengan setelan PDH warna kelabu, lelaki 52 tahun itu memang terlihat lebih rileks jika dibandingkan semasa masih dinas aktif dulu. Senyumnya mengembang dan tak sungkan berbaur dengan masyarakat – utamanya kader-kader Partai Golkar – yang antusias menyambut kedatangannya di beberapa kota.
Dalam setiap orasi selama mengikuti tahapan konvensi calon presiden Partai Golkar, Prabowo bahkan amat fasih bertutur tentang kesulitan yang mengimpit para petani dan nelayan, serta beraneka problem riil di masyarakat yang kian mengenaskan. ”Situasi ini harus cepat diakhiri. Kita harus bangkit dari kondisi keterpurukan dan membangun kembali Indonesia yang sejahtera,” ujarnya di atas podium
Karir Politik Prabowo Subianto
Prabowo Subianto memulai kembali karier politiknya dengan mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada Konvesi Capres Golkar 2004. Meski lolos sampai putaran akhir, akhirnya Prabowo kandas di tengah jalan. Ia kalah suara oleh Wiranto. Kemudian pada tanggal 6 Februari 2008 Prabowo bersama adiknya Hashim Djojohadikusumo, mantan aktivis mahasiswa Fadli Zon, dan mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Bidang Penggalangan Muchdi Purwoprandjono serta sederetan nama lainnya mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya atau Partai Gerindra. Prabowo menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Partai tersebut meraih 4.646.406 suara (4,46 %) dan menempatkan 26 orang wakilnya di DPR RI pada Pemilu legislatif Indonesia tahun 2009.
Pada 9 Mei 2008, Partai Gerindra menyatakan keinginannya untuk mencalonkan Prabowo menjadi calon presiden pada Pemilu 2009 saat mereka menyerahkan berkas pendaftaran untuk ikut Pemilu 2009 pada KPU. Namun, setelah proses tawar menawar yang alot, akhirnya Prabowo bersedia menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri. Prabowo dan Megawati menandantangani Perjanjian Batu Tulis, yang menyatakan bahwa:
1. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra mencalonkan Megawati sebagai calon presiden dan Prabowo sebagai calon presiden dalam
pemilu 2009
2. Bila terpilih, Prabowo dapat mengendalikan program dan kebijakan ekonomi Indonesia yang “berdasarkan asas berdiri di kaki sendiri, berdaulat di bidang politik, dan berkepribadian nasional di bidang kebudayaan dalam kerangka sistem presidensial”
3. Prabowo dapat menentukan orang yang akan menjadi Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, Menteri Keuangan, Menteri BUMN, Menteri ESDM, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Hukum dan HAM, dan Menteri Pertahanan
4. Pemerintah yang dibentuk akan mendukung program kerakyatan PDI Perjuangan
dan delapan program aksi Partai Gerindra untuk kemakmuran rakyat
5. Pendanaan untuk pemilu 2009 akan ditanggung 50% oleh Megawati dan 50% oleh Prabowo
6. Megawati mendukung pencalonan Prabowo sebagai calon presiden pada pemilu
2014
Keduanya mengambil motto ‘Mega-Pro’. Keduanya juga telah menyelesaikan persyaratan administratif KPU dan berkas laporan kekayaan ke KPK. Deklarasi Mega-Prabowo dilaksanakan di tempat pembuangan sampah Bantar Gebang, Bekasi, Jawa
Barat. Deklarasi ini menghabiskan ongkos Rp 962 juta. Deklarasi ini juga mendapat perlawanan sejumlah organisasi pembela Hak Asasi Manusia yang berencana akan berunjuk rasa di sejumlah tempat.
Hasil hitung cepat beberapa lembaga survei, yakni Lembaga Survei Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis, CIRUS, Lembaga Riset Informasi, dan Quick Count Metro TV, memprediksi pasangan Megawati-Prabowo kalah telak dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, dan Pemilu Presiden 2009 berakhir dalam satu putaran. Hasil Perhitungan Manual KPU yang diumumkan 25 Juli 2009 tak jauh berbeda dengan hasil hitung cepat. Megawati dan Prabowo tidak hadir dalam acara penetapan hasil tersebut meski UU No.42 Tahun 2008 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden mengamanatkan bagi tiap pasangan calon untuk hadir dalam penetapan hasil Pilpres.
Pada tanggal 17 Maret 2012, Prabowo menerima mandat dari 33 Dewan Pimpinan Daerah Partai Gerindra untuk maju pada pemilihan presiden 2014. Pemberian mandat dilakukan di Desa Bojong Koneng, Jawa Barat. Partai Gerakan Indonesia Raya telah menyatakan akan mengusung Prabowo sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2014. Prabowo sendiri sudah menyatakan kesediaannya untuk dicalonkan sebagai presiden, jika mendapat dukungan dari rakyat. Walaupun beberapa lembaga survei mencatat elektabilitas Prabowo tertinggi dibandingkan dengan calon-calon presiden lainnya, tidak sedikit pengamat politik yang meyakini kalau langkah Prabowo akan terganjal elektabilitas Partai Gerakan Indonesia Raya yang sangat rendah.
Pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2014, Gerindra meraih posisi ketiga, dengan meraih 11,58 persen, sementara PDIP meraih 19,52 persen dan Golkar 15,22 persen berdasarkan perhitungan cepat Kompas hingga 9 April 2014. Prabowo Subianto hadirkan “Enam Program Aksi Transformasi Bangsa” dalam kampanyenya; apabila terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia, ia ingin membangun ekonomi yang kuat, berdaulat, adil dan makmur, melaksanakan ekonomi kerakyatan, membangun kedaulatan pangan dan energi serta pengamatan sumberdaya air, meningkatkan kualitas pembangunan manusia Indonesia melalui program pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya, membangun infrastruktur dan menjaga kelestarian alam serta lingkungan hidup, dan membangun pemerintahan yang bebas korupsi, kuat, tegas dan efektif.
Setelah meningkatnya popularitas dan elektabilitas Prabowo di berbagai lembaga survei dalam Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2014, ia terus diserang kampanye hitam dan opini negatif antara lain beredarnya uang kertas pecahan Rp. 50.000 yang diberi cap dengan tulisan “Prabowo: Satria Piningit, Heru Cakra Ratu Adil” dan penghembusan kembali isu stigmatisasi atas tudingan keterlibatan, bahkan nama Prabowo juga disebut-sebut sebagai dalang penculikan aktivis pro demokrasi 1997/1998, penembakan mahasiswa Trisakti, otak penggerak Kerusuhan Mei 1998 dan tuduhan hendak melakukan kudeta Mei 1998. Prabowo juga diduga berjanji akan memberikan satu miliar kepada setiap desa di Indonesia bila ia terpilih sebagai presiden. Kenyataan sebenarnya tidak demikian. Itu memang bentuk kampanye hitam dan opini negatif yang diarahkan untuk menjatuhkan nama Prabowo Subianto. Bahkan ironisnya, program “satu miliar kepada setiap desa di Indonesia” yang digagas Prabowo Subianto, justru dipakai pada Pemerintahan Joko Widodo sejak periode pertama, meski pada periode kedua Prabowo Subianto didaulat menjabat Menteri Pertahanan.
Profil Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto
Letnan Jenderal (Letjen) TNI (Purn) Prabowo Subianto dilantik sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo pada tanggal 23 Oktober 2019 dalam Kabinet Indonesia Maju Masa Jabatan 2019-2024.
Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951 adalah anak dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar. Beliau merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Kedua kakaknya perempuan; Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati, dan satu adik laki-laki, Hashim Djojohadikusumo.
DATA PENDIDIKAN: Elementary School (Hongkong), Victoria Institution (Malaysia), International School (Swiss), American School In London, United Kingdom dan AKABRI Magelang
PENGALAMAN PROFESIONAL: Basic course of infantry subdivisions (1974), Commando Course (1975), Jump Master (1977), Investigation officer course (1977), Free Fall (1981), Counter Terorist Course, GSG-9 Germany (1981) dan Special Forces Officer Course, Ft. Benning USA (1981)
RIWAYAT JABATAN : Platoon Commander of Commandos Group-1 Kopassandha (1976), Company Commander of Commandos Group-1 Kopassandha (1977), Deputy Commander of Detachment-81 Kopassus (1983-1985), Deputy Commander of the airborne infantry battalion Kostrad (1985-1987), Commander of the airborne infantry battalion 328 Kostrad (1987-1991),Chief of brigade staff airborne infantry 17/Kujang I/Kostrad (1991-1993), Group Commander-3/special force training center (1993-1995, Deputy Commander of Special Force Command (1994), Commander of Special Force Command (1995-1996), General Commander of Special Force Command (1996-1998),Command Commander of the Army’s strategic reserve Command(1998), Staff and Command Army’s School Commander(1998),Chairman of HKTI (2004-2009), Chairman of HKTI (2010-2015),Chairman of Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) (2001-2011),Commissioner Oil and Gas Company in Kazakhstan,Head Commissioner of PT Tidar Kerinci Agung, President and CEO of PT Nusantara Energy, President and CEO of PT Jaladri Nusantara, Advisory Board of Organisasi Kosgoro, Head of Kebangsaan University, Founder of Koperasi Swadesi Indonesia (KSI), Head of Koperasi Garuda Yaksa
RIWAYAT TANDA JASA: Bintang Kartika Eka Paksi Naraya, Satya Lencana Kesetiaan XVI Tahun, Satya Lencana Seroja Ulangan-III, Satya Lencana Raksaka Dharma, Satya Lencana Dwija Sistha, Satya Lencana Wira Karya, The First Class The Padin Medal Ops Honor dari Pemerintah Kamboja dan Bintang Yudha Dharma Naraya
RIWAYAT PUBLIKASI; Selamatkan Indonesia Raya (2009), Membangun Kembali Indonesia Raya (2014), Paradoks Indonesia (2015) dan Indonesia Menang (2019)
Bila melihat profil hidupnya tersebut, maka tidaklah berlebihan apabila Prabowo Subianto sudah sepantasnya memimpin Indonesia periode mendatang dan menjadi negara maju, menang pada Pilpres 2024 mendatang. Ketua Umum Partai Gerindra, H. Prabowo Subianto menjadi satu-satunya nama dalam seluruh lembaga survei yang memiliki modal paling lengkap untuk maju sebagai calon presiden Indonesia 2024-2029. Dinilai sebagai calon unggul Prabowo subianto telah memberikan prestasi dan mengabdi kepada masyarakat. Dari profil hidupnya dan sederetan prestasi yang diraihnya tersebut, H.Prabowo Subianto tidak diragukan lagi bahwa beliau layak memimpin Indonesia untuk yang lebih baik lagi dan layak sebagai figur calon presiden dan lewat hal ini elektabilitas prabowo tertinggi di Pilpres 2024.(REDI MULYADI/Berbagai Sumber)****
Komentar