Oleh : Wina D Hermayanti (Guru SMPN 1 Cikelet – CGP Angkatan 1 Kab. Garut)
PANDEMI covid-19 memengaruhi hampir semua sektor kehidupan, tidak terkecuali sektor pendidikan. Pengaruh pada sektor pendidikan, terutama pada kelompok anak (yang sangat membutuhkan), sekolah harus fokus pada the loss of learning dan kesenjangan prestasi yang diakibatkan oleh terganggunya proses pembelajaran siswa selama beberapa bulan terakhir untuk mempersiapkan semua siswa agar dapat berhasil dalam pembelajaran.
Pendidikan yang Merdeka Belajar menjadi suatu visi penulis dalam membuat rancangan ini karena melihat kondisi nyata peserta didik yang masih Belajar dalam masa Pandemi/ Pembelajaran jarak Jauh (PJJ) dimana pembelajaran rasanya kurang efektif dan tidak beraktivitas nyata, maka dari itu dengan berbasis aktivitas diharapkan pembelajaran akan lebih efektif, nyata terasa dan merdeka, apalagi siswa terlibat langsung sebagai Subjek sekaligus Objek pembelajaran dan memanfaatkan lingkungan sekitar siswa. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi begitu cepat dan kemajuannya sangat pesat dan tidak dapat terhindarkan.
Tentunya perubahan ini akan sangat berdampak pada peserta didik yang sudah memiliki gadget sendiri sebagai alat komunikasi, dalam masa pandemi mereka bisa memanfaatkan TIK sebagai pembelajaran mereka selain disekolah. Dampak yang sangat besar juga sangat saya rasakan ketika dalam pembelajaran saya selalu ingin menciptakan inovasi dalam belajar sehingga peserta didik dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan zamannya atau kesukaan mereka, mereka pun menikmati dan senang dalam belajar. Berdasarkan pemikiran Ki hajar Dewantara kita sebagai guru juga harus mengikuti atau menyesuaikan perkembangan anak pada zaman nya. Sebagai pendidik tentu kita juga harus bisa mengarahkan dan menuntun anak-anak kepada pembelajaran yang bermanfaat seperti mengajarkan teknologi selama Pembelajaran Jarak Jauh ini yang sangat diperlukan dalam pembelajaran.
Oleh karena itu penulis melihat ini sebagai salah satu pemantik untuk menemukan solusi yang efektif dan efisien dengan latar belakang sebagai berikut: 1) Karena banyaknya keluhan tentang tugas-tugas yang diberikan guru mengakibatkan siswa malas belajar. Melaui platform digital semua guru memberikan berbagai tagihan belajar berupa tugas/PR/latihan dan sejenisanya secara daring. Sedangkan intensitas belajar dan hambatan teknis masih sangat banyak dan kompleks. 2) Banyaknya KD dan tema materi yang saling beririsan. Dalam mata pelajaran yang setingkat atau mungkin bahkan lintas tingkat dan mata pelajaran terdapat materi yang beririsan satu sama lain dan terkadang menjadi prasyarat untuk mempelajarai suatu kemetensi dasar/materi. Oleh karena itu, harus ada kerjasama dan kolaborasi diantara guru mata pelajaran agar pemahaman siswa menjadi kholistik dan komprehensif. Tekniknya bisa melalui pembelajaran langsung maupun bentuk tagihan penilaian. 3) Penilaian sekarang mengacu pada konsep AKM yang menekankan kompetensi literasi dan numerasi.Salah satu terobosan baru dari Kemdikbudrisetdikti adalah dalam hal penilaian. Setelah menghapus standarisasi penilaian nasional berbasis meta pelajaran berupa Ujian Nasiaonal (UN) kini Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) lebih digaungkan. 4) Heterogenitasnya keadaan (profil belajar) siswa. Salah satu fenomena baru dalam dunia milenium adalah adanya kesadaran tentang keberagaman manusia, salah satunya dalam dunia pendidikan dan lebih spesifik lagi pembelajaran. Karena sejatinya hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia, maka heterogentitas dan keberagama siswa perlu difasilitasi secara adil melalui konsep pembelajaran berdiferensiasi.
Adapun tujuan pelaksanaan tindakan aksi nyata yang berbasis pada diferensiasi kegiatan ini adalah untuk memberikan penekanan pada pelayanan pembelajaran bagi siswa yang berkeadilan dan variatif. ini alas pertimbangan bahwa siswa memeiliki berbagai kendala yang dihadapi dan perbedaan karakteristik siswa itu sendiri. Beragamnya aktivitas belajar siswa juga didasarkan pada konsep merdeka belajar. Dimana siswa diberikan kebebasan untuk memilih teknik yang dia kuasai, dia sukai, dan sumberdaya yang tersedia tanpa menghilangkan tujuan pembelajaran itu sendiri. Ada beberapa hal yang menjadi pendorong tujuan dan motivasi dari praktik baik ini yaitu: a) Keadaan siswa sangat heterogen, tetapi memiliki kemampuan yang unik dan potensial, b) Penerapan visi dan misi sekolah, c) Siswa –siswi yang kreatif dan inovatif, c) Guru-guru relatif muda, kreatif, dan hampir semua guru dan siswa menguasai IT sangat baik, d) Banyaknya Kompetensi dalam lintas mata pelajaran yang beririsan dan bersifat tematik, e) Sebagai solusi alternatif pendekatan pembelajaran yang kolaboratif, aktif, dan variatif, f) Dapat mengurangi beban tugas bagi siswa, dan g) Dapat mengakomodir pembelajaran berdiferensiasi
Perwujudan Pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan technology atau aplikasi media social yang sedang mereka gemari ini dapat tersampaikan dengan baik. Produk kreativitas berupa video aktivitas yang dikumpulkan sebagai suatu proyek disesuaikan dengan daya dukung dari peserta didik tanpa memaksa terkait bahan dan bentuknya. Kesepakatan dalam hal proses dan jadwal pengumpulan tugas disampaikan di awal pembelajaran.
Untuk dapat menilai kemajuan, perlu diketahui apa yang sedang diraih dan bagaimana cara meraihnya dengan kembali melihat apa yang menjadi tujuan, target, dan kegiatan yang sudah dilakukan. Beberapa konsep penting yang menjadi kunci dalam strategi dan desain program atau proyek adalah: 1) Aim: Siswa memiliki kemampuan dalam bermain peran, menerapkan konsep pembelajaran, bahkan sebagai kecakapan hidup untuk bekal di kemudian hari. 2) Objective: Siswa dapat menerapkan keterampilannya sesuai kemampuan dan keahlian masing-masing. 3) Output: siswa dapat menyelesaikan tagihan-tagihan penugasan secara efektif dan efisien. 4) Activities: adanya jalinan kolaborasi anatar guru dengan guru, guru dengan siswa yaitu melalui suatu penugasan proyek hasil karya film pendek. Adanya aktivitas yang beragam dan menyenangkan. 5) Inputs: Banyaknya siswa yang memiliki potensi di bidang sineas sehingga dapat memfasilitasi pembelajaran berdiferensiasi, karena seni bermain peran memungkinkan dapat mengakomodir berbagai kemampuan.
Secara khusus indikator pencapaian keberhasilan program adalah: Membantu siswa memahami pelajaran secara utuh tidak parsial, siswa mendapatkan keterampilan yang berkesan yaitu menjalin relasi sosial antar siswa, mendapatkan pengalaman belajar yang beragam, merjalin kolaborasi yang berkesinambungan antar guru, orang tua dan komunitas, efektifitas dan efisiensi aset dan sumberdaya Menjalin kebersamaan antar guru dan antar siswa, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), sebagai langkah antisipatif dan preparatif diberlakukannya AKM dalam pembelajaran, terciptanya pembelajaran kooperatif learning dan kolaboratif teaching yang menyenangkan, terwujudnya penilaian autentik dan berdifensiasi, dan wahana penyaluran bakat, minat dan potensi siswa.
Gambaran secara umum program lNTEL ini adalah terobosan alternatif pembelajaran yang mengkolaborasikan peran guru-guru lintas mata pelajaran untuk bekerjasama dalam pembelajaran maupun penilaian yang dapat menjadi solusi banyaknya hambatan belajar dan tugas-tugas siswa yang dapat dirangkum secara terintegrasi pada satu pembelajaran terutama dalam aspek penilaian yang dapat digunakan oleh beberapa mata pelajaran yang memiliki kompetensi dasar, tema, atau materi yang beririsan. Sehingga guru bisa lebih mudah dan siswa memiliki beban yang lebih ringan. Program ini dilaksanakan secara fleksibel dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari (protokoler/reguler) maupuan kegiatan insidental. Dalam pelaksanaanya setiap mata pelajaran dapat mengambil sebagian unsur kompetensi yang dicapai dengan menggunakan patokan/rubrik yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tersebut.
Pada dasarnya kegiatan ini bersifat fleksibel dan tidak mengikat, integrative teaching dapat hanya melibatkan 2-3 guru atau lebih sesuai dengan kebutuhan karakteristik kompetensi dan tema materi. lni dilakukan pada 1 kesempatan, di kesempatan lain pola kolaborasi bisa berubah lagi sesuai kebutuhan tersebut. Namun dalam teknis pelaksanaannya kami akan menganalisis materi lintas mata pelajaran antar MGMP sekolah yang pada akhirnya dapat menentukan waktu, jenis kegiatan, bentuk dan materi serta penilaiannya yang dapat dimasukan dalam jadwal mengajar resmi kurikulum.
Tahap pelaksanaan progam INTEL ini adalah:
Pertama, Berkoordinasi dengan manajemen sekolah (TPS dan TPK). Tujuan berkoordinasi dengan Wakasek adalah untuk mensinkronkan jadwal tatap muka. Karena sekolah kami sedang melaksanakan kegiatan supervisi/visitasi kelas yang difokuskan pelaksanaanya selama 2 minggu sehingga beberapa jadwal pelajaran ada yang disesuaikan.
Kedua, Berdiskusi dan sosialisasi bersama tim dan dengan teman sejawat tentang pembelajaran. Kegiatan ini penulis lakukan selain sebagai bentuk berbagi ilmu pengalaman, dan wawasan dalam pembelajaran juga untuk memperoleh umpan balik dan refleksi diri dari kegiatan yang dilakukan. Selain itu kegiatan ini bermaksud untuk menularkan konsep ‘menghamba pada sang siswa’ dan desiminasi materi yang telah didapatkan agar dapat dilaksanakan dan diterapkan oleh-rekan-rekan yang lain secara lebih masif.
Ketiga, melakukan kegiatan penugasan terpadu. Setelah beberapa guru telah menyepakati materi bentuk, indikator dan semua hal terkait penilaian, maka secara berkelompok siswa diminta untuk membuat karya berupa film pendek yang dapat mengakomodir penilaian dari beberapa mata pelajaran.
Adapun strategi pelaksanaan program ini dilaksanakan berbasis komunitas di sekolah. Guru-guru lintas mata pelajaran berdiskusi untuk menentukan pembagian peran dan materi yang disampaikan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Pada tahap awal ini program akan lebih difokuskan pada aspek integratif asesmen pada siswa baik berupa penugasan, portofolio, proyek, maupun sumatif.
Berdasarkan refleksi dari aksi nyata, ada beberapa hal yang menjadi pembelajaran yang berharga yaitu, sebagai guru tentu kita harus bias lebih bijaksana menghadapi situasi anak pada saat pandemic ini karena mereka memiliki banyak tantangan untuk bias mengikuti pembelajaran yang sesuai dengan yang kita harapkan.
Program INTEL ini dianggap merupakan program yang berdampak pada murid karena diilakukan langsung dalam bentuk model pembelajaran sehingga siswa dapat merasakan efek langsungdari program. Program ini dilaksanakan berdasarkan berbagai analisis kajian dan ujicoba yang telah dilakukan sebelumnya. Cakupan kegiatan yang telah dilakukan hanya melibatkan 3 mata pelajaran yang memiliki visi dan misi yang relatif sama dan diterapkan secara terbatas dalam penilaian saja. Berkaca dari keberhasilan itu maka kami mencoba ‘melebarkan sayap’ sekaligus memprogramkan secara masif kegiatan ini dalam skala sekolah dengan penerapan lebih luas lagi menyakngut persiapan, administrasi, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi/asesmen. Hasil analisis menunjukan adanya dampak yang cukup signifikan dari penerapan moden integratif asesmen ini dimana keterlibatan siswa dalam penilaian hampir mencapai 100% dengan hasii yang beragam.
Oleh karena itu kami juga akan mengintegrasikan konsep pembelajaran/penilaian berdiferensisasi untuk mengakomodir keragaman kompetensi dan profil belajar siswa. Dengan demikian program ini setidaknya memiliki 3 misi utama yaitu: integratif dan kolaboratif teaching, kooperatif learning, dan pembelajaran berdiferensiasi. Program ini akan dievaluasi secara berkala baik melalui evaluasi internal (evaluasi diri) tim pelaksana, maupun tim monitoring sekolah (manajemen sekolah) terkait efektivitas, efisiensi, dan hasil yang dicapai (keberhasilan/kegagalan). Bila program ini berjalan lancar, efektif dan berdampak positif maka skalanya bisa ditingkatkan menjadi lebih luas lagi. Bila tidak sesuai dengan target maka akan dievaluasi dan diperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan program sesuai indikator pencapaian / target yang ditetapkan.
Dari hasil analisis tim guru maka ditemukan beberapa inti kesimpulan berikut ini: program ini dapat membantu siswa memahami pelajaran secara utuh tidak parsial, terjalin kolaborasi yang berkesinambungan antar guru, menjalin kebersamaan antar guru dan antar siswa, dapat memfasilitasi diferensiasi/keragaam profil belajar siswa, terciptanya pembelajaran kooperatif learning dan kolaboratif teaching yang menyenangkan, adanya keterlibatan langsung peran orang tua dan komunitas praktisi, mulai terbiasa dengan konsep penilaian AKM.(***