oleh

Jangan Menilai Tahapan Diaraku

Oleh: Ir.H.Deden Hidayat

ULAT yang RAKUS menilai kehidupan sangatlah menderita

Karena setiap hari berpuasa, padahal kepompong menikmatinya

kepompong yang MALAS mengira kupu kupu menderita

karena harus berpindah dari bunga kebunga, padahal ada madunya….

Demikian juga perjalanan batin manusia

Melepas kemelekatan dikira sengsara, tinggalkan harta dan keluarga

padahal saat kemelekatan lepas dengan sendirinya

kita tak lagi sengsara saat kehilangan keluarga dan harta

Kebajikan itu diperlukan tapi hambar rasanya

bagai air tawar ..hanya di ‘minum’ secukupnya

disaat hati telah bersih munculah empati

kebajikan akan terasa seperti anggur yang nikmat memabokan

Balita mengira ibunya makan sambal itu derita

padahal ibu menikmatinya

perlu waktu untuk tumbuh matang dewasa

barulah dia rasakan nikmat yang sama

yang bikin menderita itu melakukan yg belum waktunya

kesabaran tak diperoleh dengan menekan amarah

keihklasan tak di peroleh dgn meninggalkan segalanya

cukup matangkan batin anda, semuanya terjadi sendirinya..

Air itu baik bagi tubuh kita

tapi tak ada nikmatnya

melainkan hanya hambar rasanya

kita hanya mau minum secukupnya saja

— sedangkan anggur itu nikmat

— rasanya manis dan memabokan

— sebanyak apapun tak membosankan

— menyebabkan orang jadi kecanduan

Kebajikan itu bagaikan air yang tak ada nikmatnya hambar rasanya

sehingga kita enggan menjalankannya

karena hanya menambah kerjaan saja

— disaat kita mampu membersihkan hati

— sehingga muncullah rasa empati

— kebajikan memekarkan bunga didada

— menimbulkan letupan rasa bahagia

air akan berubah jadi anggur

yang hambar menjadi nikmat memabokkan

yang dibantu merasa gembira

yang membantu justru lebih bahagia

— ajaran agama berasal dari orang di tahap ini

— yang telah mampu menikmati bahagianya kebajikan

— tapi yang belum mempunyai empati

— kebajikan hanya tambahan pekerjaan yg merepotkan

“Tiap diri melihat sesuatu yang tak tampak sesuai kadar cahayanya.

Makin sering ia menggosok cermin hatinya, maka semakin jelaslah melihat segalanya.”

Komentar