oleh

Jangan Sampai Jadi Tuan Asing di Rumah Sendiri : “Ngaku Urang Sunda Tapi Teu Tiasa Basa Sunda, Ngaku Wong Jowo Ora Iso Boso Jowo”

Oleh: Abah Anton Charliyan (Mantan Kapolda Jawa Barat dan Tokoh Budaya Sunda)

MELIHAT adegan sebuah video shorts YouTube ,dimana seorang ibu dengan begitu bangganya mengajarkan anaknya (yang masih kecil sekitar 4 atau 5 tahun)  Bahasa Inggris dengan begitu fasihnya. memang sesuatu yang sangat luar biasa….!!

Tapi bila kita kaji lebih dalam, sebaiknya yang di-video-kan diatas itu , disamping belajar bahasa international (Bahasa Inggris), untuk saat ini juga tidak ada salahnya mengajarkan bahasa induknta sendiri , seperti : bahasa Sunda, Jawa, Betawi, Bugis dll. Jangan sampai nanti malahan bahasa Inggrisnya pintar, tapi bahasa induk teu tiasa alias ora iso.

Coba perhatian saat ini sepertinya berlomba-lomba membuat Kampung Asing , sehingga Kampung Inggris buanyak berdiri Dimana-mana, tapi Kampung Sunda, Kampung Bugis, Kampung Jawa, Kampung Padang tidak ada. Kalaupun ada, malah dicap primordialisme, tidak nasionalisme….!!!? Apakah atas nama nasionalisme harus menghancurkan budaya daerah? Itu racun dan konsep yang keliru, akhirnya lama kelamaan penguasaan Bahasa Induk makin hari, makin memudar Dimana-mana, terutama di wilayah-wilayah sekitar perkotaan baik  kabupaten apalagi provinsi . Dan memang kenyataanya saat ini, kita ini sedang krisis penguasaan bahasa induk di kalangan generasi muda. Apalagi anak-anak.

Sebagai contoh di wilyah Jawa barat Banten terutama untuk daerah Bekas,i Depok ,Bogor, Tangerang bahkan Kerawang yang notabene suku bangsa Sunda , tapi anak-anak mudanya sudah tidak fasih berbahasa Sunda sebagai bahasa induknya, jangan sampai nanti kita ini dijuluki sebagai Tuan Asing di Rumah Sendiri….!!.

Padahal sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bahasa itu adalah ciri bangsa, dan bahasa itu juga merupakan salah satu puncak budaya masing-masing suku bangsa . Sehingga muncullah adigiom ”jika ingin menghancurkan bangsa maka hancurkan   Budayanya hancurkanlah bahasanya, hancurkanlah sejarahnya”. Saya tidak kebayang jika 10 tahun yang akan ada yang mengaku Suku Sunda tapi teu tiasa bahasa sunda,  yang ngaku Wong Jowo tapi ora iso Boso Jowo, yang ngaku orang Bugis tidak bisa bahasa Bugis dst dll. Apa itu tidak miris dan ironis. Sama halnya jika ada yang ngaku sebagai orang Prancis tapi tidak bisa bahasa Prancis, menurut logika kita pasti akan bilang aneh, tapi nyata kan? Apakah  kita bisa percaya bahwa orang tsb adalah benar-benar sebagai orang Prancis. Begitu juga kita sebaliknya jika kita mengaku urang Sunda, Jawa, Bugis, Betawi, Menado dan lainnya tapi tidak bisa bahasa induk ?

Maka dari itu mulai saat ini mari kita, kembali ke basic, back to basic, ulah poho kana wiwitan , ulah poho kana purwa daksina, jaga  rawat dan pelihara bahasa induk suku daerahnya masing-masing , termasuk yang punya aksara-aksara sesuai dengan suku daerahnya  masing-masing. Karena budaya nasional itu ada dan lahir dari puncak budaya daerah masing2.. Sehingga jika budaya daerah  pudar dan mati, maka akan matilah budaya Nasional. Begitu juga Nasibnya dengan Bahasa-bahasa daerah . 

            Sok ah urang gaskeuuuun yang jadi fokus utama dulu: Perlindungan san Pelestarian Bahasa Daerah Masing-masing di Seluruh Wilayah NKRI, Yang Saat Ini Dirasakan Perlahan2 Sudah Mulai Pudar Terutama Di Kalangan Generasi Milenial  

Caranya yakni dengan mengajarkan dan membiasakan para generasi muda, para putra putrinya mulai balita agar ketika berbicara bahasa sehari-hari di rumah, wajib menggunakan bahasa induknya masing-masing , baik Jawa, Sunda , Karo, Maluku Palembang dll. jangan malah para orang tua komunikasi dengan putra puterinya menggunakan bahasa Nasional, biarkan bahasa Nasional diajarkan di sekolah, tapi bahasa di rumah wajib menggunakan bahasa induk masing-masing. Cag Heup Ah. Oye !!!

Komentar