Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA. Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.
CARA berpikir yang waras barusan ditunjukkan oleh Gibran Rakabuming, Walikota Solo. Pertanyaan yang diajukannya sederhana saja: Kenapa baru sekarang protesnya?
Iya kenapa baru sekarang ya?
Segala protes dilampiri argumen-argumen yang seolah heroik. Pakai meminjam semangat Bung Karno segala.
Pendek kata anak-anak Israel itu tidak boleh main bola di tanah air ini, titik. Segala argumen pembenaran berusaha diajukan untuk membenarkan keputusan penolakan (yang kenapa baru sekarang protesnya?) itu.
Gegara “keramaian” yang tidak perlu ini berakibat FIFA membatalkan drawing Piala Dunia U-20 2023 di Bali pada 31 Maret. Lalu penolakan Gubernur Bali, I Wayan Koster, terhadap kehadiran Timnas Israel U-20 di wilayahnya saat Piala Dunia U-20 2023 menuai kontroversi.
Gibran pun bertanya ringan saja, bukankah ada kesepakatan bersama yang telah ditandatangani kepala daerah yang menjadi venue Piala Dunia U-20. Katanua, “Saya kan sudah tanda tangan, kewajiban (tuan rumah) seperti apa. Kalau saya sih komitmen apa yang sudah saya tandatangani perjanjian itu saya komitmen. Kalau dipermasalahkan, harusnya diprotes sejak dulu-dulu, kenapa baru sekarang protesnya kalau memang tidak mau jadi tuan rumah.”
Sederhana sih, mau protes dengan argumen apa lagi? Kalau protes malah kelihatan bodonya.
Sekarang semua jadi repot, Gibran merasa kasihan pada Ketua PSSI Erick Thohir yang katanya harus terbang ke Zurich, Swiss demi melobi FIFA.
Selain soal komitmen yang sudah jauh hari sebelumnya, beberapa pemda yang terkait penyelenggaraan Piala Dunia U20 ini pasti sudah keluar tenaga dan anggaran untuk menyiapkan venue serta lapangan latihan untuk event tanggal 20 Mei sampai 11 Juni 2023 nanti.
Semua persiapan yang terkait, pengusaha sampai para pedagang kecil yang terlibat dalam rancangan event ini merasa kecewa.
Dengan segala argumentasi pembenaran atau justifikasi dari para pemrotes, pertanyaan pemimpin muda dari Solo itu tetap valid.
Kenapa baru sekarang protesnya?
Jakarta, 28 Maret 2023