Ciamis, LINTAS PENA
Ada yang terlewat pada saat HUT Gong Perdamain Dunia Galuh Purwa di objek wisata bersejarah Karangkamulian Ciamis, dimana dalam kesempatan tersebut mantan Kapolda Jabar Irjen Pol (Purn) Dr.H.Anton Charliyan,MPKN sebagai pemerakarsa pembuatan Gong Perdamaian tersebut pada tahun 2009 tepatnya pada 9 September. Dalam kesempatan di hari ulang tahunnnya Ke 10 telah diberikan penghargaan sebagai tokoh budaya dan perdamaian dari Keraton Sukapura.Penghargaan itu di berikan langsung oleh Adipati Sukapura Raden Dicki
Pada kesempatan itu, Raden Dicki mengungkapkan, “Tatar Sunda Jawa Barat harus bangga punya tokoh sekaliber Abah Anton (panggilan akrab Anton Charliyan) yang sudah punya misi tentang budaya dan perdamaian jauh kedepan . Sejak dari dulu terbukti dengan dibangunnya Gong Perdamaian Dunia ini yang punya misi ingin mewujudkan peradaban damai yang lahir dari hati yang bersih ,yang ingin mewujudkan Tatar Sunda yang damai,Indonesia yang damai dan dunia yang damai.
Hal senada di sampaikan oleh Dr.Undang Darsa dan Dr.Elis Suryani dosen/ketua program Sastra Sunda UNPAD Bandung: “Abah anton memang sangat layak dan pantas dengan penghargaan tersebut.Saya tahu persis perjuangan beliau sejak dulu selalu mewacanakan nilai-nilai budaya dan perdamain. Karena itu, orang Sunda Jawa Barat harus bangga punya tokoh pituin asli yang betul betul memahami dan mengerti tentang budaya Sunda dan budaya Nusantara.Kita semua sebagai orang Sunda dan akademisi wajib mendorong dan menjaga kekokohan beliau di kancah nasional bahkan bila perlu sampai internasional.”paparnya
Acara HUT Ke-10GPD (gong perdamaian dunia) di Ciamis ini dilaksanakan oleh Dinas Parawisata Kabupaten Ciamis. Hadir dalam acara tersebut antara lain :Bupati ciamis yang diwakili sekda, Kapolres, Ciamis,Dandim, kadis pariwisata,Raja Keraton Galuh, Adipati Sukapura,Keraton Sumedang larang, perwakilan unsur umat beragama, lembaga adat,LSM dan perwakilan masyarakat Papua.
Dalam acara tersebut dideklarasikan indonesia Damai dan dibacakan 10 nilai perdamaian warisan Kerajaan Galuh Purba.Dan di akhir acara diadakan menari poco-poco bersama dengan masyarakat perwakilan Papua.(REDI MULYADI)***