oleh

Ki Padma, Saksi Hidup Perjuangan Jenderal Besar AH Nasution Bergerilya di Desa Jahiang

Kab.Tasik, LINTAS PENA

Pasca ditemukannya Situs Batu Melingkar (circle stone) di wilayah Desa Jahiang Kec. Salawu Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat oleh tim ekspedisi Gasantara yang dikomandoi Irjen Pol (Purn) Dr. H. Anton Charliyan, MPKN mantan Kapolda Jawa Barat yang sekaligus penggiat seni budaya Sunda khususnya.

Hal yang menarik tersebut karena ditemukannya batu melingkar (Circle Stone) yang seolah melambangkan pasukan Resimen Pelopor sebagai cikal bakal lahirnya pasukan elite di tubuh Polri yakni Resimen Pelopor (Mempor)/brimob atau Batalyon Pelopor 33 Resimen Soekapura dan adanya keterikatan-keterkaitan dengan lahirnya pasukan TNI Kodam III/Siliwangi.

Bahkan yang menarik, konon kabarnya, di Desa Jahiang ini menjadi pusat komando pasukan Menpor yang dipimpin Jenderal besar TNI (Purn) Dr.Abdul Haris Nasuton selama 4 tahun.Benarkah demikian?

Menurut kesaksian saksi hidup Ki Padma (91 tahun) anggota veteran yang tinggal di Desa Jahiang,  mengatakan bahwa Jenderal Besar TNI (Purn.) Dr. Abdul Haris Nasution sempat singgah di Desa Jahiang pada awal tahun 1940-an selama kurang lebih 4 tahun,

“Selama 4 tahun di Jahiang, Pak Jenderal (sapaan akrab warga Jahiang kepada Jenderal Besar TNI (Purn.) Dr. Abdul Haris Nasution) meninggalkan 2 peninggalan atau kenang-kenangan, yang pertama adalah penamaan Desa Wanasari yang sebelumnya bernama Desa Cikatulampah. Wanasari memiliki arti Wana itu Hutan dan Sari itu Lucu sehingga Wanasari bisa dikatakan sebagai hutan yang lucu. Selain itu ada situs batu yang diberi nama langsung oleh AH Nasution yakni Batu Kamuy yang berdekatan dengan Gua Liang Munding.”ungkap Ki Padma kelahiran tahun 1929

Dalam persembunyiannya di Desa Jahiang, lanjut Ki Padma, AH Nasution tinggal di rumah Punduh Arta selama 4 tahun. Menurut Ki Padma sendiri bahwa rumah dari Punduh Arta ini sangat dekat ke Gua Liang Munding, dan ada kemungkinan bahwa Gua Liang Munding ini merupakan salah satu tempat persembunyian AH Nasution selama di Jahiang. “Namun, warga sekitar tidak ada yang berani memasuki Gua tersebut dikarenakan ada mitos yang mengatakan bahwa apabila masuk ke Gua tersebut, ketika keluar akan menjadi tua. Saat ini Gua tersebu tidak bisa diakses karena tertutup oleh bebatuan.”ungkap pria yang pendengaran, penglihatan dan bicaranya masih sangat normal meskipun usianya 91 tahun

Ki Padma menjelaskan bahwa selama AH Nasution di Jahiang tidak ada kegiatan kemiliteran yang dilakukan, baik itu latihan militer ataupun kegiatan lainnya, karena beliau saat datang ke Jahiang ini hanya seorang diri tanpa membawa pasukan satu pun. Namun, ada hal yang menarik pada saat Belanda akan menyerang dan akan membombardir Jahiang, karena masyarakat Jahiang pada awalnya tidak tahu bahwa yang dinamakana Belanda itu seperti apa bentuknya, apakah manusia atau bukan. Pada saaat AH Nasution memerintahkan unuk menghancurkan 7 jembatan akses menuju Jahiang serta membuat parit yang ditanami oleh bambu runcing sebagai jebakan, masyarakat dengan heran menanyakan “Ari Belanda teh jelema lain?”. Barulah setelah melihat ada pasukan Belanda terjun payung dan berenang menyebrangi sungai akses ke Jahiang, masyarakat mengetahui bahwa Belanda adalah manusia.

Selama AH Nasution di Jahiang, beliau tidak pernah terangkap Belanda karena di Jahiang ada  Gua yang diperkirakan merupakan tempat bersembunyi AH Nasution salah satunya Gua Liang Oray, Gua Liang Munding dan Sembah Tuan Alam. Ada segelintir informasi yang disampaikan bahwa kemungkinan Logo Brimob diambil dari Circle Stone yang ada di Sembah Tuan Alam, selain itu ada informasi yang mengatakan terdapat beberpa kotak senjata dan dokumen peningglan AH Nasution di Jahiang, namun tidak jelas pasti dimana lokasinya, ada yang mengatakan di salah satu Gua, sebgian lagi ada yang mengatakan dibawah sebuah Pohon dengan ciri-ciri tertentu.

Pada saat wawancara dengan Ki Padma, awak media LINTAS PENA MEDIA Group didampingi Hadi Permana Sofyan dan Bunda Malaganti dari Tim Ekspedisi Gasantara.”Sebagaimana diketahui bahwa Ki Padma  adalah  saksi hidup, anggota dan pelaku sejarah Resimen Sukapura sebelum berubah menjadi Divisi Siliwangi di Tasikmalaya, Ki Padma bisa dikatakan sebagai  pengawal Jenderal AH Nasution  selama 4 tahun sewaktu    bergrilya di wilayah Mandala/Jahyang Taraju/Salawu Kab Tasikmalaya, Ki Padma saksi hidup bagaimana pak nasution membuat parit  parit,lubang lubang bahkan gua gua untuk pertahanan Resimen Sukapura/Divisi Siliwangi yang digempur Belanda baik bom dari pesawat maupun dari darat. “jelas Hadi Permana Sofyan

Sementara itu, Rd.Dicky Z.Sastradikusumah trah dari Sukapura (Adipati Sukapura) menambahkan, bahwa Batalion Resimen Sukapura yang melegenda adalah perjuangan dan pertempuran di Salawu dari. Batalion Pelopor 33 Resimen Sukapura yang dipimpin Letkol SL Tobing,. Jahiang di Kec.Salawu adalah medan grilya  dan tempat persembuyian Pak Nasution selama 4 tahun dan siasat dari medan tempur lain yaitu Ciawi – Tasikmalaya  di ketahui Belanda…….

“Jendral Nasution salah satu jendral dari Resimen Sukapura.Alhamdulliah ibunda saya  Rd Hj Nunung Siti Khodijah Sastradikusumah diakui dan diangkat menjadi anak angkat beliau, dan mendapat pengakuan berupa sertifikat FKPPI Sukapura dari Jendral Solihin Gp karena jasa dan sepak terjang  kakek saya H Hasan Sulama Sastradikusumah di Resimen Sukapura,”pungkasnya. (REDI MULYADI)***

Komentar