oleh

Koleksi Museum Bambu “BUMI AWI MAHARANI” Kini Miliki Bambu Sambung Rasa Yang Banyak Digemari Kolektor

SEJAK diresmikannya Museum Bambu “BUMI AWI MAHARANI” di Taman Taman Wisata Batu Mahpar Galunggung pada 20 Februari 2020, pebolang bambu unik asuhan Ustadz H Hary Petir tampak enjoy menikmati pekerjaannya. Ada 4 orang pebolang bambu unik yang selalu standby di museum milik mantan Kapolda Jabar Irjen Pol (Purn) Dr,H,Anton Charliyan, MPKN yakni Wa Lemong, Mas Sukarno, Junaedi dan Ian.

Selain setiap hari standby di museum bambu, Wa Lemong Cs tampak bersemangat nge-bolang bambu unik yang berada di Kawasan Priangan Timur dan khususnya di kaki Gunung Galunggung, karena adanya motivasi dari Abah Anton (panggilan akrab Anton Charliyan) dan sang guru Ustadz H Hary  Petir yang juga Ketua Paguyuban Bambu Petuk Hari Petir.

“Pak Ustadz masih suka turun ke lapangan, nge-bolang bambu unik bersama kami, terutama saat menemukan jenis bambu langka, unik dan antik. Sebab, untuk jenis Bambu Pethuk misalnya sangat sulit untuk mendapatkannya, sehingga Pak Ustadz turun tangan,”ungkap Wa Lemong.

Kalau untuk mendapatkan bambu unik biasa, Wa Lemong Cs dapat melakukannya, seperti belum lama ini berhasil mendapatkan Bambu Sambung Rasa yang selama ini banyak dicari penggemar atau kolektor bambu unik. “Untuk mengetahui Bambu Sambung Rasa ini, Bapak bisa menghubungi Pak Ustadz saja, karena beliau bisa menjelaskannya secara detail,”katanya.

Ketika dimintai komentarnya, Ustadz H Hary  Petir menjelaskan, bahwa Bambu Sambung Rasa karena bambu yang ruasnya  menyambung dan mengandung arti/makna yang dalam. “Jadi filosofinya   adalah menyambungkan rasa sesama manusia dan saling jatuh cinta antara wanita dengan laki-laki.Dalam hal ini,  ketika sudah nikah jadi menyambungkan rasa tersebut silih mengasihi antara suami dan istri , menyambungkan antara rasa kita kecintaan terhadap Tuhan yang maha kuasa dan terhadap ciptanya. Dengan kata lain, yakni menyambung rasa kita terhadap sesama manusia harus saling menghargai ,saling menyayangi terhadap alam semesta dan lainnya. Itu saja filosofi dari keberadaan Bambu Sambung Rasa “paparnya. (REDI MULYADI/ LUKMAN NUGRAHA, SP)***

Komentar