oleh

Konflik Keluarga Dalam Dimensi Sosial

Oleh : Hendri Hendarsah

(Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Tasikmalaya)

                                                                             

Prolog

Suasana damai dalam keluarga bukan berarti menunjukkan suatu keluarga tidak memiliki persoalan, tetapi berarti kondisi dimana keluarga mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya.          Permasalahan dalam keluarga akan senantiasa hadir dalam berbagai bentuk dan kondisi yang berubah-ubah dalam setiap tahapan perubahan di dalam sebuah perkawinan.   Menghadapi persoalan keluarga juga merupakan suatu proses pembelajaran menuju kematangan sebagai suami istri. Yang menjadi persoalannya adalah bagaimana kita mampu mengelola konflik dengan berbagai pendekatan yang mampu terselesaikan secara aman, damai tanpa menimbulkan berbagai efek negatif bagi kelangsungan berumah tangga.

Perbedaan Suatu Keniscayaan

Perbedaan dalam sebuah keluarga adalah sesuatu yang wajar. Perbedaan dapat disikapi dengan sikap saling mengenali satu sama lain secara lebih baik. Respon  terhadap perbedaan diantaranya; 1) membutuhkan pemahaman, 2) membutuhkan dialog untuk lebih mendalami dan mengerti dan 3) membutuhkan perubahan sikap.

Perbedaan yang membutuhkan pemahaman misalnya adalah perbedaan hobi., makanan favorit, gaya berpakaian, tempat untuk hiburan, selera music, film dll. Perbedaan tersebut membutuhkan kesabaran semua pihak untuk memahami latar belakang pasangan dan seleranya sehingga bisa mengikuti obrolan maupun kebiasaan yang sebelumnya dilakukan.

Perbedaan yang membutuhkan dialog untuk lebih mendalami dan mengerti  adalah perbedaan budaya. Perbedaan ini perlu didialogkan agar pasangan mengerti makna yang diinginkan  dari budaya yang dianut.     Perbedaan yang membutuhkan perubahan sikap adalah perubahan yang dirasakan tidak sesuai dengan norma sosial atau sikap/perilaku yang dirasa mengganggu.

Sumber-sumber Konflik

Dalam  berumah tangga salah satu prinsipnya yaitu saling melengkapi dan melindungi. Pertengkaran dalam sebuah keluarga sering muncul dalam hal-hal yang sepele. Misalnya karena adanya perbedaan kebiasaan dan membanding-bandingkan dengan orang lain. Perbedaan antara harapan dan kenyataan diantara kedua belah pihak ketiga seringkali menimbulkan konflik.

Perbedaan budaya juga yang dipraktikan dalam sebuah keluarga membutuhkan penyesuaian. Budaya yang dipraktikan oleh suami di keluarga barunya, yang ia biasa lakukan di rumah orang tuanya, belum tentu diterima secara baik-baik begitu saja oleh pasangannya dan sebaliknya. Pasangan merasa tidak terpenuhi kebutuhannya, hal ini merupakan sumber konflik. Dalam keluarga, kebutuhan hidup perlu dijaga dan adanya rasa memiliki kesepahaman untuk saling memenuhi kebutuhan pasangan.

Hubungan setara salah satu kondisi yang menyebabkan timbulnya konflik antara suami istri. Ada persepsi yang masih hidup di dalam masyarakat bahwa perempuan dalam banyak situasi tidaklah setara dengan laki-laki. Dalam kehidupan keluarga, ibarat sepasang sepatu, keduanya akan berfungsi optimal dan harmoni jika keduanya ada. Keduanya sama pentingnya. Peran dan tugas di dalam keluarga dapat disepakati bersama dengan konsep saling membantu dan berbagi. Konsep saling yang bermakna kesetaraan dalam praktek kehidupan keluarga  akan sangat bermanfaat unruk menjaga hubungan suami istri. Masing-masing pasangan bertanggungjawab agar perilaku mereka menimbulkan respon positif bagi pasangannya dengan tidak merendahkan pasangan, saling menghormati dan menempatkan serata dengan kita. Sehingga keluarga dapat terbina dengan baik bukan saja dalam konteks agama sebagai tujuan utama berkeluarga namun dalam konteks sosial juga tercapai, karena manusia selain sebagai mahluk hamba Tuhan, mahluk individu, manusia juga sebagai mahluk sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan orang lain dalam upaya pencapaian kebutuhannya.

Komentar