Oleh : Hasrawana, S.Pd.I (Guru PAIBP SDN 2 Cibunigeulis Kota Tasikmalaya)
MENGAJAR adalah seni, sehingga senantiasa harus terlihat dan terasa indah oleh pelaku belajar dalam hal ini guru dan peserta didik. Pembelajaran PAIBP merupakan muatan pelajaran wajib di Sekolah Dasar. PAIBP lebih menekankan pada penanaman karakter peserta didik dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam. Selain itu dalam muatan pelajaran PAIBP terkandung juga konten-konten pembelajaran mengenai syariat dalam beribadah sesuai tuntutan ajaran Agama Islam. Karakteristik pembelajaran PAIBP yang memang lebih banyak mengatur tentang pola-pola dalam menjalani kehidupan yang benar, menuntut saya selaku guru PAIBP untuk memberikan penguatan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran secara real atau nyata, tidak serta merta menjelaskan konsep secara teoritis, akan tetapi lebih cenderung ke aplikasi kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, saya harus menciptakan kondisi pembelajaran yang terasa nyata seperti suasana dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh peserta didik agar tujuan dari pembelajaran PAIBP itu sendiri dengan mudah dapat tercapai.
Kontekstual learning menjadi salah satu pilihan saya dalam mengelola pembelajaran muatan PAIBP di SDN 2 Cibunigeulis, Kontekstual learning lebih menekankan pada pola pembelajaran yang nyata sesuai konteks dan keadaan saat itu, artinya setiap teori atau konsep yang diajarkan langsung di aplikasikan dalam dunia nyata atau kehidupan sehari-hari peserta didik, hal ini sejalan dengan pendapat Elaine B. Jhonson yang menyatakan bahwa “Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses Pendidikan untuk menolong siswa/siswi melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari, caranya dengan menghubungkan subjek-subjek akademi yang sudah dipelajari dengan kontes kehidupan sehari-hari. Dalam mengelola pembelajaran konsteksual pada muatan pelajaran PAIBP di SDN 2 Cibunigeulis, saya mengatur pembelajaran sesuai dengan kondisi nyata kehidupan yang digambarkan dalam materi yang akan dipelajari, seperti halnya pada pokok bahasan Zakat Fitrah, settingan saya dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
Pertama, tentunya saya melakukan analisis KI-KD PAIBP yang memang bersifat aplikatif dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang dicontohkan pokok bahasan Zakat Fitrah, KD ini sangat aplikatif dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Kedua, saya menggali pemahaman awal peserta didik terkait materi yang akan dipelajari tersebut dengan memberikan pertanyaan terbuka bersifat klasikal tentang pokok bahasan materi. Ketiga, saya menanamkan keyakinan kepada peserta didik tentang manfaat dari materi yang akan dipelajari. Keempat, saya memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mendalami materi yang dimaksud sesuai keinginan peserta didik masing-masing, bisa mencari informasi dari buku bacaan, video pembelajaran, hasil wawancara, atau pun apa saja sesuai kemauan peserta didik. Kelima saya mengatur keadaan ruang kelas seperti keadaan nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan simulasi terkait materi yang dibahas, misalnya dalam hal ini Zakat Fitrah, saya mensetting ruang kelas seperti ruangan saat penerimaan Zakat Fitrah dan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok untuk mensimulasikan materi tersebut secara nyata atau real sesuai keadaan sebenarnya. Terakhir saya mereview pembelajaran dan menanyakan manfaat yang diperoleh dari pembelajaran tersebut kepada peserta didik dan meyakinkan bahwa kegiatan yang disimulasikan tadi harus dilaksanakan dalam kehidupan nyata sekaligus menganalisis sikap-sikap positif dalam kegiatan simulasi tersebut.
Beberapa manfaat yang nbampak ketika menerapkan pembelajaran kontekstual pada muatan pelajaran PAIBP di SDN 2 Cibunigeulis adalah sebagai berikut :
- Peserta didik lebih semangat dan fleksibel dalam belajar;
- Pola berfikir peserta didik lebih kritis, logis dan sistematis;
- Peserta didik lebih peka terhadap lingkungan sekitar karena pembelajaran pun berbasis lingkungan sekitar;
- Pemahaman yang diperoleh oleh peserta didik lebih mudah dan bertahan lama karena pemahaman tersebut diperoleh dengan cara mengalami secara nyata.
Hindarilah pemahaman bahwa peserta didik itu hanya objek dalam belajar tapi rubahlah paradigma tersebut bahwa mereka itu subjek bahkan sumber dalam pembelajaran, kita hanya tinggal menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif bagi mereka, dan memfasilitasi pembelajaran yang diinginkan oleh peserta didik. Semoga kita semua bisa menciptakan iklim pembelajaran yang diminati dan dirindukan oleh peserta didik.(***
Komentar