Oleh : Ade Sobariah, S.Pd. (SDN Sangkali Kota Tasikmalaya)
SEPAK BOLA adalah suatu cabang olahraga yang digemari oleh semua kalangan masyarakat. Siapapun bisa bermain bola tanpa batas waktu, baik siang maupun malam. Sepakbola juga sangat digemari di seluruh dunia, sehingga banyak event/pertandingan diberbagai tingkat usia. Hingga para penggemar sepak bolapun memiliki idola masing-masing. Setiap pertandingan ramai dengan riuh para penonton. Bahkan di beberapa tempat sering digelar acara nonton bersama. Apalagi jika mereka sudah menjadi fans panatik, apapun akan dilakukan bahkan akan merasa kecewa jika tim favoritnya kalah.
Ketika covid-19 melanda, tayangan sepakbola di televisi semakin dibatasi bahkan hamper tidak ada tayangan apalagi liga Indonesia yang diberhentikan sementara. Namun, para pecinta sepak bola tidak pernah sepi malah semakin ramai. Tidak terkecuali mereka anak-anak yang masih duduk dibangku SD. Dilapangan sekitar perkampungan mereka masih ramai bermain sepak bola seakan tidak ada corona. Begitupun ketika pembelajaran tatap muka terbatas (PPKM) diberlakukan, setiap ada waktu senggang di sekolah siswa laki-laki seperti tidak bisa diam bermain sepak bola meski menggunakan bola plastik.
Rupanya di sekolah mereka merasa merdeka. Merdeka untuk bergerak, merdeka untuk berkreasi. Selama ini banyak orang tua yang mengeluhkan anak-anaknya yang malas belajar pada pelajaran daring, seringkali tidak fokus mengerjakan tugas dari guru, bahkan sering mengganggu pekerjaan rumah. Justru setelah mulai sekolah mereka menjadi lebih semangat untuk belajar dan fokus pada pembelajaran. Mereka semangat pergi ke sekolah karena semangat bisa bermain bola kembali dengan teman-temannya.
Sebagai guru PJOK penulis melihat banyak anak berbakat dalam sepak bola namun mereka tidak mendapat ruang untuk meningkatkan kompetensinya karena pandemi yang melanda selama hampir dua tahun. Untuk mengatasi hal itu perlu adanya komunikasi yang baik dengan kepala sekolah untuk mengoptimalkan sarana-prasarana di sekolah. Tidak hanya itu, orang tua dapat memasukkan anaknya ke sekolah sepak bola (SSB) agar mereka dapat berkembang dengan baik.
Sebagai pemantik agar siswa dapat berolahraga dengan sarana-prasaranya yang kurang memadai, penulis berupaya membuat atau memodifikasi alat sederhana seperti ulahup, keranjang sampah dus, dan gawang dari pipa. Dengan modifikasi alat yang sederhana itu, siswa dapat belajar menendang tepat sasaran, melakukan tehnik yang baik, dan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Maka dari itu, kreatifitas guru khususnya guru PJOK dalam membuat atau memodifikasi sarana dan media pembelajaran sangatlah dibutuhkan.
Kemampuan guru dalam memodifikasi alat yang sederhana diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa khususnya pada saat belajar menembak bola tepat pada sasaran. tidak menutup kemungkina berawal dari pembelajaran PJOK di sekolah, akan tumbuh bibit-bibit muda pemain sepak bola yang handal dan dapat mengharumkan bangsa.
Komentar