Oleh: Wiwin Siti Wahyuni,S.Pd.SD (Guru SDN 2 Manangga-Kec.Bungursari-Kota Tasikmalaya)
PANDEMI corona virus yang menyerang selama hampir satu tahun setengah ini memaksa kegiatan pembelajaran tatap muka dihentikan dan beralih menjadi pembelajaran daring. Pelaksaan pembelajaran daring tentu tidak akan seoptimal ketika melakukan pembelajaran tatap muka. Karena ada banyak kendala yang terjadi ketika pembelajaran daring dilakukan seperti kendala quota dan sinyal. Belum lagi aplikasi pendukung yang memiliki keterbatasan waktu penggunaan apabila menggunakan yang versi tidak berbayar. Hal ini tentu saja menjadi perhatian dari pemerintah. Dalam hal ini kementrian pendidikan dan kebudayaan sudah berusaha semaksimal mungkin agar pembelajaran tetap berlangsung optimal. Terlihat dari adanya bantuan subsidi quota bagi siswa dan guru, peniadaan ujian akhir bagi kelas VI pada tahun ajaran 2019-2020.
Hal lainya yang menjadi perhatian adalah tingkat kompleksitas materi yang diberikan. Cakupan materi yang diberikan tentu tidak mungkin seluas dan sedalam ketika kita melakukan pembelajaran secara tatap muka. Kendala yang muncul tidak memungkinkan bagi guru untuk melakukan pendalaman materi secara maksimal. Tentu perlu ada solusi guna menghadapi permasalahan ini. Kementrian pendidikan dan kebudayaan melakukan terobosan guna menyiasati pendalaman materi,yaitu dengan melakukan penyederhaan kompetensi dasar. Penyederhanaan dilakukan dengan cara mendahulukan materi yang dirasa penting dan menggabungkan pembahasan kompetensi dasar yang memiliki kemiripan dalam cakupan materinya.
Dalam salah satu kesempatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bapak Nadiem Makariem menyatakan tujuan dari penyederhanaan kompetensi dasar adalah untuk menyiasati terjadinya kendala yang dialami oleh guru, orang tua dan siswa dalam pelaksaan pembelajaran jarak jauh. “Penyederhanaan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya,” adalah point yang menjadi fokus penyederhanaan komptensi dasar sebagaimana diucapkan bapak nadiem pada saat di wawancara oleh sejumlah media. Penyederhanaan kompetensi dasar ini disebt juga sebagai kurikulum darurat. Dimana pemberlakuan kurikulum darurat ini dilakukan selama masa pandemi. Ketika pertama kali diluncurkan kurikulum ini dicanangkan hanya sampai akhir tahun ajaran 2019-2020. Namun dalam perjalannya ternyata pandemi tidak selesai di bulan juni sehingga memaksa guru untuk tetap menggunakan kurikulum darurat sampai saat ini.
Penggunaan kurikulum darurat ini dirasa sangat membantu bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Karena dengan penyederhaan kompetensi dasar pada kurikulum darurat guru bisa lebih fokus dalam menyampaikan materi pelajaran dengan segala keterbatasan yang ada. Penyederhaan yang dilakukan pun membantu juga bagi orang tua untuk memantau perkembangan hasil belajar anaknya disekolah.
Terobosan yang dilakukan Kementrian Pendidikan dan Kebudyaan dengan menerapkan kurikulum darurat dimana didalamnya dilakukan peyederhanaan komptensi dasar dirasa cukup berhasil menjadi solusi selama kegiatan pembelajaran jarak jauh. Kegiatan pembelajaran daring pun menjadi lebih ringan dilakaukan oleh guru, lebih mudah diterima oleh siswa. Hasil yang dicapaipun dirasa lebih optimal dibanding dengan sebelum adanya penyederhanaan komptensi dasar.
Upaya yang dilakukan pemerintah patut diacungi jempol, karena dengan segala kendala yang ada pemerintah tetap mengupayak hasil yang maksimala dalam pembelajaran. Dengan kurikulum darurat ini pun pemerintah tetap berupaya semaksimal mungkin agar pembelajaran tetap berlangsung dengan optimal dan hasil yang maksimal.(***