oleh

Mantan Kapolda Jabar Mengutuk Keras Terjadinya Pencopotan Label Gereja di Lokasi Bencana Gempa Bumi Cianjur

Kota Tasikmalaya, LINTAS PENA—Viral aksi pencopotan label bantuan dari sebuah gereja pada tenda bantuan yang diberikan untuk korban gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat  baru-baru ini, dan  membuat gemas mantan Kapolda Jabar Irjen Pol (Purn) Dr.H.Anton Charliyan yang disampaikan kepada awak media LINTAS PENA MEDIA

“Saya secara pribadi maupun atas nama organisasi yang selama ini berjuang Bersama-sama saya al :  SAMMARI, Koalisi Rakyat Bersatu, BP2MP, Lasykar Siliwangi, Manggala Garuda Putih,  Fantastik, Almagari dll. mengutuk keras terjadinya pencopotan label gereja , oleh siapapapun dalam rangka bantuan bencana alam di Cianjur. “tegasnya.

Karena dalam hal ini , menurut Abah Anton panggilan akrab Anton Charliyan, mereka datang dalam misi Kemanusiaan, semangat gotong royong untuk saling tolong menolong, saling peduli antar sesama, bukan misi agama, jika mereka memakai label adalah suatu hal yang wajar, semua yang datang membawa spanduk, label dan benderanya masing-masing, tidak ada yang berhak melarang dari komunitas apapun, termasuk komunitas agama yang berlainan

Abah Anton pun menanggapi pernyataan Bupati Cianjur Herman Suherman dan Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan terkait aksi pencopotan label bantuan dari sebuah gereja pada tenda bantuan yang diberikan untuk korban gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, baru-baru ini.

Bupati Herman mengatakan pencopotan tersebut seharusnya tidak dilakukan. Namun Herman berharap, dalam gerakan kemanusiaan, para donatur tidak menonjolkan label tertentu dari kelompoknya.

Sedangkan Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan mengatakan pencopotan label ini dilakukan salah satu organisasi masyarakat (ormas) di Kabupaten Cianjur. Namun Doni menyebutkan para pengungsi dan ormas tersebut tidak menolak bantuan yang diberikan.

Karena itu, ia mengatakan pencabutan label ini bukan sebagai aksi intoleran. Menurut Abah Anton, hal ini dilakukan agar bantuan yang diberikan tidak menonjolkan kelompok tertentu, melainkan atas dasar kemanusiaan.“Pernyataan Bupati dan Polisi mengabaikan fakta intoleransi dan lebih  bertujuan untuk meredam situasi dan menghindari adanya ketegangan,” ujarnya

Mantan Kadiv Humas Polri ini melanjutkan, tidak bisa disangkal bahwa aksi yang dilakukan oleh salah satu ormas di Cianjur itu didasari prasangka keagamaan. Kelompok intoleran semacam ini sering menuduh dibalik bantuan sosial ada misi terselubung, seperti pemurtadan.

            “Jika pencopotan label ini ditolelir, agar Bupati dan Kapolres memberlakukan hal yang sama , jangan ada satu tulisan atau atributpun yang diperbolehkan dalam rangka memberi  bantuan terhadap bencana Cianjur, termasuk label-label pemerintah dan label polisi itu sendiri. Jika betul betul murni alasanya hanya untuk  kemanusiaan semata,  sebagaimana pernyataan yang disampaikan Bupati dan Kapolres. Tolong agar berhati hati daalm membuat suatu statment, jangan sampai terkesan  standar ganda , jangan sampai terlihat menyolok mata, dimana yang ini boleh, tapi yang eno tidak boleh dicopotin atribut dan labelnya .Apalagi disini terlihat dicopot karena alasan  agama.  Sangat-sangat tidak relevan dan tidak logis, jika karena bantuan bencana ini dianggap sbg sebuah missi untuk penyebaran agama, terlepas dari alasan apapun juga. ini adalah tindakan intoleransi yang tidak boleh dibiarkan , harus di tindak tegas , sekali lagi harus ditindak tegas. Sebagaimana yang saya simak pernyataan Pak Ridwal Kamil  Gubernur Jabar. saya sepakat sekali. Karena jika terus dibiarkan, hal ini akan dianggap sebagai  sebuah pembenaran, dan pasti akan terus terulang. Ingat Indonesia ini BUKAN NEGARA AGAMA, tapi negara yang berazaskan BHINEKA TUNGGAL IKA. Artinya, bukan milik satu agama tertentu, bukan juga milik mayoritas, karena dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika ini kita semuaya faham, sudah tidak ada lagi mayoritas dan minoritas, tidak ada lagi superioritas yang paling aku. “paparnya.

Abah Anton menambahkan, “Insya Allah saya yang berbicara disini  seorang muslim, Alhamdulillah pernah ziarah ke Makkah 4 kali, Sepanjang perjalanan saya belajar ilmu agama,  Islam tidak pernah mengajarkan untuk merusak, apalagi membenci dan mendeskriditkan agama lain.  Saya mohon dalam hal ini pemerintah, aparat keamanan Cq Kapolri bisa bertindak tegas, para ulama yang nasionalis &  agar turut juga mengingatkan masyarakat luas, Wattawa Saubil haq Watawwa saubil Sob.. Jangan sampai ibarat pepatah sudah jatuh (kena bencana), ketimpa tangga pula, Semoga dari kejadian ini kita sebagai sebuah bangsa, bisa lebih saling menghargai dlm berbagai aspek kehidupan sosial, antar umat Beragama….. Kikis habis sikap sikap  intoleran di NKRI ini, karena bila terus menerus dibiarkan akan jadi virus yang lebih Berbahaya dari Covid 19, yang akan membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara di NKRI ini. Merdeka !!!”pungkas tokoh masyarakat Jawa Barat ini. (REDI MULYADI)***

Komentar