oleh

Membangun Karakter Anak di Era Pandemi Covid-19

Nana Suryana*)

Seiring semakin meningkatnya kasus positif Covid-19 di Indonesia, nasib pembelajaran di sekolah semakin tidak menemukan fomat yang ideal. Pemberian pulsa gratis kepada guru dan siswa untuk menunjang pembelajaran daring masing belum menjadi solusi. Kegiatan Ruring (Guru Keliling) yang dilakukan beberapa waktu yang lalu terpaksa dihentikan. Akhiranya situasi pademi Covid-19 pun membuat pola pendidikan tatap muka tinggal harapan. Namun pendidikan untuk anak tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ketika pendidikan berhenti maka proses membangun generasi masa depan menjadi berhenti dan akhirnya kualitas bangsa semakin tidak jelas.

Dalam situasi seperti ini, keluarga dimiliki peranan penting dalam mengembangkan pribadi anak.  Perlakuan orang tua yang penuh kasih sayang merupakan faktor penting dalam mempersiapkan anak menjadi pribadi paripurna. Keluarga harus mampu memaksimalkan fungsi-fungsinya dengan baik, yaitu fungsi biologis, ekonomis, pendidikan (edukatif), perlindungan (protektif), sosialitatif, rekreatif, dan agama (Yusuf, 2007). Oleh karenanya upaya apapun yang dilakukan orang tua seharusnya berfokus bagaimana memfasilitasi perkembangan individu anak sesuai nilai-nilai, baik nilai agama maupun sosial. Pertanyaan kemudian apa yang dapat dilalukan orang tua dalam memaksimalkan fungsi keluarga-terutama dalam membangun kakater anak di era pademi covid-19 ini?

Di masa pademi covid-19 ini paling tidak ada dua hal yang dapat dilakukan orang tua dalam membangun karakter anak di rumah. Pertama terapkan pola komunikasi yang efektif dalam keluraga. Pesan yang disampaikan oleh orang tua harus mampu diterima anggota keluraga dengan cermat sehingga apa yang disampaikan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh komunikator (orang tua). Kegagalan anak dalam menerima pesan akan menimbulkan salah persepsi terhadap isi dan akan membahayakan baik bagi orang tua maupun anggota keluraga yang lain; menimbulkan kesenangan. Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ketika orang tua mengucapkan “Selamat Pagi anak-anak!, apa kabar ?”, kita tidak bermaksud mencari keterangan. Komunikasi itu hanya dilakukan untuk mengupayakan agar anak merasa apa yang disebut senang. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan lebih hangat, akrab, dan menyenangkan. Dalam lingkungan keluarga komunikasi itu mutlak diperlukan untuk membangun hubungan antara anggota keluarga menjadi lebih akrab, hangat, dan menyenangkan; mempengaruhi sikap. Komunikasi dalam keluarga selain untuk menimbulkan pengertian dan kesenangan bagi anggotanya juga penting mampu mempengaruhui sikap anggota keluarga; menimbulkan hubungan sosial yang baik. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih saying (affection); melahirkan tindakan. Orang tua sering mengalami kesulitan untuk merubah tidakan anaknya ke arah yang lebih baik. Ketika orang tua mengingatkan, kadang anaknya justru pergi, acuh tak acuh, dan sebagainya.

Kedua penerapan gaya perlakuan terhadap anak. Perlakuan atau pengasuhan terhadap anak merupakan salah satu unsur pembinaan lainnya dalam pribadi anak. Perlakuan keras misalnya akan berlainan akibatnya dengan perlakuan lembut dalam pribadi anak. Hubungan yang harmonis, penuh pengertian dan kasih sayang, akan membawa dampak yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak yang tenang, terbuka dan mudah dididik, karena ia mendapat kesempatan yang cukup dan baik untuk tumbuh dan berkembang. Hubungan yang tidak harmonis, banyak perselisihan dan percekcokan akan membawa anak ke pertumbuhan pribadi yang sukar dan tidak mudah dibentuk, karena ia tidak mendapatkan suasana yang kondusif untuk berkembang. Untuk membina keakraban anak dan orang tua, bukan hanya kasih sayang yang dibutuhkan anak. Anak memerlukan adanya rasa aman dan nyaman, terutama tatkala ia sedang dalam masa pertumbuhan. Anak harus merasa aman di rumah, di luar rumah dan sekolah. Bila di rumah tidak nyaman, maka anak akan mencari rasa aman dan nyaman itu di tempat lain. Jika ia tidak nyaman di sekolah maka ia akan malas sekolah.

Gaya perlakuan (parenting style) adalah cara yang digunakan orang tua dalam memperlakukan anak dan bersifat konsisten. Sikap dan perlakuan yang hangat, kasih sayang, atau penuh perhatian dapat mengembangkan kepribadian anak yang sehat dan keterampilan berinteraksi yang baik dan akan menyebabkan anak mampu menuntaskan tugas perkembangannya. Sebaliknya gaya  perlakuan (parenting style) yang bersifat dingin, kaku atau keras dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam menuntaskan perkembangannya, khususnya dalam berinteraksi dengan orang lain.

*Ketua Prodi PGMI Suryalaya Tasikmalaya

 

 

 

Komentar