Oleh Wiwin Siti Wahyuni,S.Pd.SD (Guru SDN 2 Manangga-Kota Tasikmalaya)
INDONESIA adalah bangsa yang besar, bangsa dengan 1300 pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya. Indonesia juga memiliki 300 suku bangsa yang juga tersebar diseluruh wilayahnya. Keaneka ragaman ini adalah anugrah yang harus disyukuri dan dirawat dengan baik. Dalam perjalanan untuk merawat keaneka ragaman yang ada butuh sikap saling menghargai dan saling menghormati antar warga negara.
Sikap saling mengharagai dan menghormati antar warga negara atau kita biasa menyebutnya toleransi perlu ditanamkan sedini mungkin kepada anak kita. Anak harus diajari bagaimana bersikap terhadap sesuatu yang berbeda dan tidak sama dengan dirinya. Dengan belajar sedari dini maka anak akan terbiasa menerima segala perbedaan yang terjadi dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga sikap sikap intoleran pada anak bisa diminimalisir sedini mungkin. Sikap intoleran yang biasanya terjadi pada anak adalah prilaku perundungan atau bullying. Prilaku ini sering kita jumapai pada pemberitaan di media baik cetak maupun elektronik. Bahkan terkadang prilaku perundungan ini terjadi dilingkungan kita sendiri tanpa kita sadari.
Sebelum pandemi terjadi guru biasanya bisa memantau prilaku intoleran dan mengarahkan secara langsung bahwa prilaku intoleran itu tbukan suatu prilaku yang baik. Namun smenjak pandemi dan kegiatan pembelajaran guru kesulitan untuk menanamkan dan memberikan pemahaman mengenai sikap toleran. Ketika pembelajran tatap muka ketika terjadi suatu kejadian intoleran baik itu dalam bentuk bulliying secara verbal mauapun tindakan biasanya akan ada anak yang memberikan infromasi kepada guru. Kemudian guru akan memebri arahana bagaimana sikap yang sepatutnya dilakukan. Namun setelah pandemi agak sulit guru mengajarkan mengenai sikap toleran kepada anak.
Menyiasati hal diatas kita bisa menerapakna pola pembelajaran yang menekankan sikap toleransi dalam kegiatannya. Mengingat selama pandemi kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring atau on line kita bisa merancang kelompok dimana didalamnya terdiri dari beraneka ragam dan latar belakang anak. Mengapa kita harus mencampur siswa? Ahal ini dilakukan guna menghindari terjadinya bullying, karena biasanya bullying terjadi pada anak dengan perbedaan ekonomi yang cukup mencolok. Faktor lain juga karena biasanya anak dari keluarga kurang mampu biasanya tersisihkan saat bergaul karena keadan ekonomi mereka. Dengan mencampurkan anatara siswa yang berpotensi membully dengan siswa yang berpotensi terbully diharapkan muncul sikap saling menghargai antar anak. Juga untuk memecaha kelompok kelompok anak yang bersikap ekslusif dalam peragulan sehari hari. Karena biasanya anak dengan prilaku ekslusif biasanya susah menghargai lingkungannya terutama yang tidak sekelompok dengan mereka.
Selain mencampur kelompok guru pun perlu merancang penugasan kepada peserta didik yang proses pengerjaannya memerlukan kerjasama yang baik antara seluruh anggotanya. Tugas yang diberikan haruslah menekankan sikap gtoong royong dan saling menghormati antar anak. Sehingga anak tidak lagi bersikap ekslusif dan tidak lagi membeda-bedakan anak lainnya yang tidak sama keadaannya dengan mereka.
Dengan penanam sikap toleran ini di harapkan anak saat sudah selesai pandemi dapat memiliki sikap toleransi yang baik. Tidak terjadi lagi perundungan terhadap anak lainnya yang memeliki perbedaan latar belakang yang mencolok dengan mereka. Sikap toleransi yang terbentuk kelak akan sangat berguna guna bekal anak di kemudian hari. Sikap toleran dapat membuat anak dapat bergaul dan bergabung dengan siapapun dan kelompok manapun tanpa membeda bedakan lagi ras, agama, suku dan budaya. (***)